PADANG -- Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) belakangan intens memfasilitasi ajang diskusi demi meningkatkan saling kolaborasi antara kalangan akademisi, pebisnis, praktisi sektor pariwisata, pelaku ekonomi kreatif (ekraf) serta unsur pemerintah dan media dalam memajukan sektor kepariwisataan dan ekraf di Kota Padang.

Menyusul sederet ajang serupa yang telah digelar sebelumnya, kali ini Disparbud Kota Padang mengemasnya secara lebih kreatif dalam nuansa informil. 

"Maota Kreatif, Kolaborasi Komunitas/Asosiasi Pariwisata dalam Promosi Kreatif Seni Pertunjukan di Kota Padang", demikian tajuk kegiatan yang digelar Bidang Pemasaran Disbudpar Padang di Lounge Kupi Batigo jalan KH Ahmad Dahlan, Padang, Rabu (16/2/2020). 

Stressing pembahasan dalam "Maota Kreatif" ini lebih mendorong pada kontinuitas ekraf seni pertunjukan di Kota Padang sebagai penambah daya tarik wisata. Potensi seni pertunjukan kota ini perlu lebih dieksplor, sehingga para pelakon dan komunitas-komunitas yang ada akan lebih berkembang dan survive.  

Devy Kurnia Alamsyah, SS, M.Hum
Hadir selaku narasumber, Ketua Ketua Pusat Kajian Ekonomi Kreatif Universitas Negeri Padang (PUKEK UNP) Devy Kurnia Alamsyah, SS, M.Hum pada kesempatan tersebut mengungkapkan penilaiannya bahwa sejauh ini keberadaan seni pertunjukan di Kota Padang baru sebatas selebrasi, baru hadir pada momen-momen hibah. Seni pertunjukan di ibukota provinsi Sumatera Barat ini belum menjadi karya-karya bernilai jual. 

"Dalam artian, belum ada pasar-pasar khusus untuk menjual karya kreatif para pelaku ekraf di kota ini, termasuk seni pertunjukan," ungkapnya. 

Sementara, pada sisi lain, ia mengakui bahwa sebenarnya potensi seni pertunjukan di Kota Padang sangatlah besar. Potensi yang mustinya dibarengi ketersediaan titik-titik reguler atau kawasan-kawasan tertentu dengan spesifikasi seni pertunjukan tertentu. 

Dengan adanya titik-titik reguler tersebut, maka akan tercipta kontiniutas seni pertunjukan yang tidak saja bisa memantik dampak positif bagi kehidupan masyarakat, terutama aktivitas ekonomi, namun juga berefek kesejahteraan bagi para pelakon maupun komunitas seni pertunjukan. Pada taraf inilah nantinya baru bisa disebut,"Seni Pertunjukan Lokomotif Ekonomi Kreatif di Kota Padang".

Untuk mencapai taraf tersebut, tekan Devy, pengembangan seni pertunjukan sebagai subsektor ekonomi kreatif tentunya tidak hanya dibebankan ke pemerintah semata. Di sinilah dukungan stakeholder lain yang dikenal dalam konsep ABCG (academic, business, community dan goverment), sangat dibutuhkan. Karena itu segenap stakeholder musti berkolaborasi, saling mengisi dan tidak jalan sendiri-sendiri.

Masing-masing pihak hendaknya sama-sama menyadari bahwa seni pertunjukan sebagai satu unsur kesenian memiliki peran yang sangat menonjol dalam konteks kegiatan kepariwisataan, bahkan sebenarnya telah menunjukkan posisinya sekaligus sebagai komponen daya tarik wisata. Untuk menjadikannya brand dan layak jual tentu dibutuhkan kiat-kiat dan langkah sistematis.

Maisol Hadi, Diplm.Tour, S.Sos
Narasumber lainnya, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kota Padang, Maisol Hadi, Diplm Tour, S.Sos, mengakui bahwa seni pertunjukan dan pariwisata merupakan dua kegiatan dengan keterkaitan yang sangat kuat. Seni pertunjukan dalam konteks industri pariwisata telah menjadi atraksi atau daya tarik wisata yang sangat penting dan menarik, khususnya apabila dikaitkan dengan kegiatan wisata budaya.

Nah, dalam situasi pandemi seperti sekarang ini tentu kegiatan wisata budaya tertentu mengalami penurunan drastis. Imbasnya, selama hampir satu tahun ini terjadi kondisi sepi job di kalangan pramuwisata sehingga tentunya berpengaruh pada penghasilan.

Khusus mensiasati jungkir baliknya sektor pariwisata di tengah pandemi Covid-19, menurut Maisol Hadi kalangan pramuwisata tak musti terpaku dengan rutinitas yang selama ini bergantung pada kehadiran wisatawan melalui biro-biro perjalanan yang menjadi mitra masing-masing. 

"Pandai-pandailah cari hidup. How to make life. Banyak alternatif usaha yang bisa dilakukan, salah satunya yang masih terkait pariwisata seperti buka kafe, coffee shop dan sebagainya. Manfaatkan relasi yang ada untuk berkunjung, bisa diundang melalui medsos. Suguhkan inovasi atau kreativitas yang bisa bikin betah pengunjung seperti unpluge, live music dan lainnya. Semisal ada tamu dari negeri jiran, suguhkan lagu-lagu Minang yang mereka senangi," paparnya.

H. Mahyeldi Ansharullah
Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah, yang berkesempatan hadir sekaligus membuka secara resmi kegiatan ini menyatakan sangat apresiatif sekaligus mengakui bahwa ide-ide brilian, gagasan-gagasan serta karya-karya besar justru banyak yang lahir dari obrolan atau diskusi santai di tempat-tempat yang jauh dari kesan formil seperti di lapau-lapau, warkop-warkop dan sejenisnya, seperti yang kini diselenggarakan di Lounge Kupi Batigo. 

"Semoga maota kreatif hari ini memberikan manfaat dan solusi bagi kemajuan pariwisata dan ekonomi kreatif di Kota Padang, khususnya seni pertunjukan," harapnya.

Kepala Disparbud Kota Padang Arfian dalam laporannya menjelaskan, pembiayaan sejumlah kegiatan ekraf di Padang termasuk "Maota Kreatif" di Lounge Kupi Batigo bersumber dari dana hibah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Kolaborasi kalangan akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media diharapkan menghasilkan rekomendasi untuk pengembangan ekraf terutama subsektor seni pertunjukan di Kota Padang.

Selanjutnya kegiatan ini juga bertujuan untuk menciptakan sinergitas dari seluruh pihak terkait dalam pengembangan ekonomi kreatif serta menyusun program strategis dalam menstimulus kreatifitas dan inovasi pelaku ekraf seni pertunjukan di Kota Padang.

(adv)




 
Top