PROBLEM kelistrikan Indonesia dewasa ini, tidak terjadi peningkatan secara per kapita. Indonesia jauh tertinggal bahkan butuh waktu 5 tahun untuk mengejar ketertinggalan dari Malaysia. Meskipun peringkat Indonesia masih berada di atas Kamboja dan Laos, atau nomor 3 di Asean, tapi itu dinilai sudah keterlaluan!

Pernyataan kontroversial itu diungkapkan Ketua Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) Sumatera Barat, Ir. Insannul Kamil, M.Eng, Ph.D, dalam seminar nasional yang diselenggarakan di Hotel Kyriad Bumiminang Padang, Rabu (19/2/2020). Seminar yang dihadiri oleh sekitar 150 orang peserta ini mengusung tema “Peluang dan Tantangan Inovasi Bisnis Ketenagalistrikan yang Berkelanjutan untuk Mewujudkan Indonesia Maju di Era Revolusi Industri 4.0”.

Ironisnya, menurut Wakil Rektor 3 Universitas Andalas (Unand) yang baru dilantik ini, masyarakat Indonesia dalam penggunaan smartphone menempati peringkat nomor 3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India. Ia menilai ini korelasi yang tidak bagus karena salah satu indikator kemajuan suatu negara adalah terjadinya peningkatan listrik per kapita.

Pria bertubuh tinggi besar ini merinci, target Indonesia 1200 KWH per kapita tapi cuma 160-an KWH yang tercapai. "Di sisi lain, listrik mati 2 jam saja, masyarakat sudah heboh!," kata pemilik sapaan "Nanuk" itu sambil setengah tertawa. Ia juga melihat dewasa ini pasar internasional tidak lagi bicara suplay tapi bicara demand.

Nanuk mengungkapkan fakta ironis masyarakat Indonesia dalam penggunaan smartphone menempati peringkat nomor 3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India. Ia menilai ini korelasi yang tidak bagus karena salah satu indikator negara maju, terjadi peningkatan listrik per kapita.

Menyikapi kondisi ini, terang Nanuk, MKI Sumbar memposisikan diri untuk menguraikan problem ini. Ia juga melihat ada potensi 132 MW yang tak jelas disurplus kemana? "Ekonomi kita tidak bergerak, ekonomi baru juga tak muncul. Ya, sudah, simpan saja 132 MW itu", ungkapnya sedikit ketus.

Sindir PT

Ketua MKI Sumbar itu juga menyindir masyarakat perguruan tinggi (PT). “Mahasiswa kita mengirim lamaran kemana-mana, tak ada yang berusaha memikirkan profesi dari upaya mencari jalan untuk mengatasi problem ini. Kita mengaku surplus tapi tak diimbangi dengan daya dorong kekuatan- kekuatan untuk meningkatkan kapasitas ekonomi," paparnya. 

Sehubungan dengan itu, ungkap Nanuk, MKI mencoba menawarkan diri untuk menjadi partner SDM-nya PLN dan partner dari perguruan tinggi yang relevan.

Pasokan Listrik Sumbar Sudah Sangat Cukup

Di sisi lain, General Manager PT PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sumbar, Bambang Dwiyanto mengatakan, pasokan listrik untuk Sumbar sudah sangat cukup, bahkan sudah tersambung dengan bagian Sumatera Selatan, Riau, dan Jambi sehingga ketahanan sudah sangat kuat.

Dalam kesempatan itu, Dwi mengimbau agar masyarakat yang menggunakan listrik yang sifatnya produktif beralih ke penggunaan energi listrik yang mempermudah kehidupan. Penggunaan motor listrik menurutnya lebih efisien daripada bahan bakar minyak, begitu juga dengan penggunaan motor listrik yang 60% lebih hemat daripada motor minyak. 

Ia juga mengajak untuk meningkatkan penggunaan kompor listrik yang lebih hemat daripada kompor gas. "Kami mengajak teman-teman MKI juga mengajak masyarakat menggunakan energi listrik agar lebih produktif dan meningkatkan konsumsi listrik per kapita di Sumbar", terangnya.

Asril Kalis, Ketua Panitia Seminar dan Rapat Kerja MKI Sumbar memimpin penandatanganan MoU dengan 3 (tiga) perguruan tinggi di Sumbar yaitu PNP, ITP, dan Universitas Bung Hatta. 

“Ke depan MKI Sumbar ingin semakin berperan dalam dunia pendidikan dan mendorong peluang kelistrikan dalam dunia bisnis di Sumatera Barat,” ujar Asril Kalis semangat.

#advetorial



 
Top