SITUBONDO – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Situbondo bersama Ketua DPRD Situbondo, Edy Wahyudi menggelar sosialisasi pembauran kebangsaan. Ini dilakukan untuk menumbuhkembangkan rasa keharmonisan, saling menghormati dan menghargai antar sesama suku dan etnis. Sehingga dapat terwujud kehidupan sosial yang solid dan integral. 

Kegiatan sosialisasi pembauran kebangsaan pada Kamis (11/11/2021) lalu tersebut merupakan kegiatan jaring aspirasi masyarakat (Jasmas) Ketua DPRD Situbondo, Edi Wahyudi, sekaligus dalam rangka membangkitkan semangat kebangsaan di kalangan masyarakat, demi terwujudnya kehidupan yang harmonis, serta menciptakan suasana keutuhan bangsa dalam NKRI. 

“Kegiatan dilaksanakan selama dua hari, diikuti sebanyak seratus peserta. Pelaksanaannya dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dan kedua masing-masing dikuti 50 peserta. mengingat saat ini masih dalam situasi Covid-19 yang belum selesai,” terang Kabid Integrasi Bangsa Bakesbangpol Situbondo, Adi Pratama.

Kepala Bakesbangpol Situbondo, Basuki, mengungkapkan, posisi geografis Indonesia sangat menguntungkan dengan sumber kekayaan alam yang potensial. Selain sebagai rahmat juga berpotensi  mengundang sejumlah kerawanan dan ancaman. Kata dia, kondisi ini memposisikan Indonesia menjadi ladang perebutan pengaruh negara-negara besar dengan segala cara. 

“Salah satunya dengan memanfaatkan segala aspek  berbangsa dan bernegara yang meliputi idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Hal ini sudah menjadi ancaman nyata bagi keutuhan NKRI,” terang Basuki usai membuka acara sosialiasi.

Diterangkan, agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap utuh, bangsa Indonesia harus memiliki daya tahan dan daya tingkat untuk menghadapi segala  persoalan, ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Imunitas bangsa dapat diwujudkan melalui pemahaman dan beberapa nilai luhur bangsa oleh seluruh warga negara Indonesia.

Penduduk Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, etnis, agama, dan bahasa dengan latar belakang dan golongan yang berbeda-beda, tengah mengalami ujian berat akibat arus globalisasi yang mulai menggerus nilai-nilai kebangsaan. Dengan berganti pola hidup yang individualistik dan mengagungkan kebebasan.

“Disinilah kehadiran Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) sangat dibutuhkan untuk kebutuhan NKRI yang sangat rentan terhadap konflik. Pembauran antar suku agar fanatisme kesukuan tidak memicu konflik, sekecil apapun persoalan sosial harus segera terselesaikan agar tidak menjadi besar,” bebernya.

Dia menambahkan, untuk mengantisipasi terjadinya konflik, maka pembauran kebangsaan merupakan bagian dari proses pembudayaan  bangsa yang harus dipacu ke arah yang positif. Hal itu harus diwujudkan dengan sikap mawas diri, tenggang rasa, kerukunan serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap kebersamaan dalam upaya memajukan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

"Pembauran kebangsaan dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya di Kabupaten Situbondo, maka perlu dibentuk suatu wadah informasi, komunikasi, konsultasi dan kerjasama antar warga. Alhamdulillah Kabupaten Situbondo sudah terbentuk, walau dalam perjalanan dari waktu ke waktu anggaran untuk FPK mengalami penurunan. Mudah-mudahan tidak mematahkan semangat pengurus FPK dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnys," tuturnya.

Sementara Ketua DPRD Situbondo, Edy Wahyudi berharap kegiatan ini bisa memberikan motivasi dan daya dorong yang besar kepada generasi muda dan masyarakat luas. Khususnya di Kabupaten Situbondo, agar menjadi generasi yang tangguh dan berkualitas yang siap menerima estafet kepemimpinan saat ini. "Guna membangun generasi yang lebih maju dan sejahtera," imbuhnya.

Ia menjelaskan bahwa bela negara adalah sikap dan prilaku, serta tindakan warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. 

"Peran generasi millennial dalam bela negara menurutnya adalah cinta tanah air, menjaga persatuan dan kesatuan. Ikut berperan aktif dalam pembangunan sesuai bidangnya masing-masing serta memelihara hasil pembangunan," terang Edy usai memberikan materi sosiasilasi kepada peserta.

Politisi PKB tersebut juga menjelaskan, bahwa globalisasi tidak bisa kita hindari. Sebagai generasi muda harus selektif dalam menerima informasi. Kata dia, perang pada saat ini bukan lagi perang konvensional, melainkan proxy war dengan menggunakan pihak ke tiga. 

“Makanya bela negara tidak identik angkat senjata. Namun banyak cara, sehingga generasi millennial harus mempunyai jiwa yang kokoh dalam mewaspadai berbagai informasi, pengetahuan dan konten yang dapat mengubah pola pikir, mental, kepribadian dan moral bangsa," pungkasnya. 

(jon/pri/adv)




 
Top