Mulutmu Harimaumu yang akan Menerkammu

<p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b></b></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge8E05Y96BWlsGashegmvVGxW1DgcIUPrkkKOmFV82JFPGhJ9tdL8-tD6xScTFCinMCY92IKGIEtL9KZtmDBIDezBVPaDm2klRGMwl0sW7VhA_cckB-cUmi79WHq8mb3t3VL8oV8xPR8mBeZvpzO3s5Zbr3xBR8jaZza-iwzYEj40ce_s1tXXe_OKOOQ/s768/Mulutmu%20Harimaumu%20yang%20akan%20Menerkammu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="558" data-original-width="768" height="233" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge8E05Y96BWlsGashegmvVGxW1DgcIUPrkkKOmFV82JFPGhJ9tdL8-tD6xScTFCinMCY92IKGIEtL9KZtmDBIDezBVPaDm2klRGMwl0sW7VhA_cckB-cUmi79WHq8mb3t3VL8oV8xPR8mBeZvpzO3s5Zbr3xBR8jaZza-iwzYEj40ce_s1tXXe_OKOOQ/s320/Mulutmu%20Harimaumu%20yang%20akan%20Menerkammu.jpg" width="320" /></a></b></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Eka Teresia</b></span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Penulis/ Ketua Penyala Literasi Sumbar</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">MULUT adalah jendela hati, dan kata-kata yang keluar darinya bisa menjadi pedang yang tajam, merobek kepercayaan dan memicu amarah. Kasus AS menjadi cermin betapa kata-kata yang terlontar tanpa kendali bisa berujung pada bencana. Ia, seorang anggota dewan terhormat yang seharusnya menjadi teladan, justru memilih untuk mengumbar kata-kata yang melukai hati rakyat.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Sebagai wakil rakyat, tugasnya adalah menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan kesejahteraan. Namun, alih-alih merangkul, Sahroni malah menebar benci. Ia mungkin menganggap remeh kekuatan kata-kata, tidak menyadari bahwa di balik setiap perkataan yang merendahkan, ada hati yang terluka dan kemarahan yang membara.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Rakyat yang selama ini diam dan bersabar, akhirnya bungkam serentak bersama menghakimi AS. Kesabaran yang telah menumpuk sekian lama, seperti bendungan yang akhirnya jebol, meluapkan amarah yang tidak terbendung.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Pepatah lama mengatakan, “Mulutmu harimaumu,” dan AS merasakan kebenaran ungkapan itu secara pahit. Harimau yang ia pelihara, yang tak lain adalah lidahnya sendiri, akhirnya menerkam balik.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Rumahnya dibakar, isinya dijarah. Itu adalah harga yang harus dibayar atas setiap kata-kata yang ia ucapkan. Ini bukan hanya tentang kehilangan harta benda, tetapi juga kehancuran martabat dan kepercayaan yang tidak bisa kembali.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Kasus Sahroni adalah pengingat bagi kita semua, terutama bagi mereka yang memiliki kekuasaan dan pengaruh, bahwa diksi dan etika berkomunikasi sangatlah penting. Kata-kata bisa membangun atau menghancurkan. Pilihlah kata-kata yang membangun jembatan, bukan tembok.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Pilihlah kata-kata yang menenangkan, bukan memprovokasi. Karena pada akhirnya, kehormatan dan keselamatan kita tidak hanya bergantung pada tindakan, tetapi juga pada setiap kata yang kita ucapkan. (*)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><i>Padang, 31 Agustus 2025</i></b></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><i><br /></i></b></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b></b></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsY8qeDK4K4FhEauNZwSqDH9dcqQX_0H37_-ThszkhFW7_rdJb_JHTrjX7ojNX_4dkRdGzWyHjFDZqJ5V-R4k3PRRZf2Y78c9aFQW1kW4JMaieVxg22fNvnLJVk1DL3PrnlJ6Ukbu4BlVcC8qzmS-WJdN2NKSR8Pk3l96k4ZkkHB5a8lc_Cd-apW8tpw/s720/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="720" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsY8qeDK4K4FhEauNZwSqDH9dcqQX_0H37_-ThszkhFW7_rdJb_JHTrjX7ojNX_4dkRdGzWyHjFDZqJ5V-R4k3PRRZf2Y78c9aFQW1kW4JMaieVxg22fNvnLJVk1DL3PrnlJ6Ukbu4BlVcC8qzmS-WJdN2NKSR8Pk3l96k4ZkkHB5a8lc_Cd-apW8tpw/w640-h398/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" width="640" /></a></b></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><i><br /></i></b><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB6VZjQhBvtI_dG0AUPWfumgPUqN_Q2_jiEEfzqg_DWZt90dlj2HoGZKqUxwPRZxF2BHDKYWCq1_Dfg_7ZbzzjQMtnirL2ndhDU4T5TZRkXfbpbGIELFDkwy24tQ3f5y9WQm_GfELk4MFV1r-PZMR5_HJrDoYoJxBZhTmG5dxaHZrz7Uqjy8UQmOIutg/s2733/SUMATRAZONE%20CARI%20BIRO%20PERWAKILAN%20TERBAIK.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1986" data-original-width="2733" height="466" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB6VZjQhBvtI_dG0AUPWfumgPUqN_Q2_jiEEfzqg_DWZt90dlj2HoGZKqUxwPRZxF2BHDKYWCq1_Dfg_7ZbzzjQMtnirL2ndhDU4T5TZRkXfbpbGIELFDkwy24tQ3f5y9WQm_GfELk4MFV1r-PZMR5_HJrDoYoJxBZhTmG5dxaHZrz7Uqjy8UQmOIutg/w640-h466/SUMATRAZONE%20CARI%20BIRO%20PERWAKILAN%20TERBAIK.jpg" width="640" /></a></div><br /></span><p></p>

Mulutmu Harimaumu yang akan Menerkammu

Eka Teresia Penulis/ Ketua Penyala Literasi Sumbar MULUT adalah jendela hati, dan kata-kata yang keluar darinya bisa menjadi pedang yang taj...

Baca selengkapnya »

Trio Legislator SUE dan Runtuhnya Kepekaan

<p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b></b></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOw8V6v3foTYzS7WXYl7Wx9N2GvjZxml4zb3RVGbKMtwLQfRhQysWWjCtaVGn1x7TFFubCgF2vRUEMQLehkhk4pu3wdbI8ESyuQbtJHJJaRohJClDP8ho2itmjDOfE7xMxZoKxiGyC94ANx04qJRjlH-3JHSHssn71CiEOl5vu2tCmNaAQYImUI25o_Q/s768/Trio%20Legislator%20SUE%20.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOw8V6v3foTYzS7WXYl7Wx9N2GvjZxml4zb3RVGbKMtwLQfRhQysWWjCtaVGn1x7TFFubCgF2vRUEMQLehkhk4pu3wdbI8ESyuQbtJHJJaRohJClDP8ho2itmjDOfE7xMxZoKxiGyC94ANx04qJRjlH-3JHSHssn71CiEOl5vu2tCmNaAQYImUI25o_Q/s320/Trio%20Legislator%20SUE%20.jpg" width="320" /></a></b></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Oleh ReO Fiksiwan</b></span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b></b></span></p><blockquote><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>“Satu-satunya kebebasan yang layak disebut kebebasan adalah kebebasan untuk mengejar kebaikan kita sendiri dengan cara kita sendiri, selama kita tidak mencoba merampas hak orang lain atau menghalangi upaya mereka untuk mendapatkannya.“ — John Stuart Mill (1806-1873), On Liberty (1859).</b></span></p><p></p></blockquote><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">DI TENGAH gelombang demonstrasi yang mengguncang pagar parlemen, tiga nama legislator mencuat bukan karena gagasan, melainkan karena gestur: Sahroni, Uya, dan Eko (SUE?*)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Mereka bukan sekadar legislator, tapi juga simbol dari apa yang disebut Giorgio Agamben (83) sebagai homo sacer—manusia yang secara hukum hidup, tapi secara politik telah ditanggalkan dari martabatnya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Mereka menari di atas penderitaan, mengolok keresahan, dan menyebut suara publik sebagai “tolol sedunia”.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Di negeri yang dibangun dari pajak rakyat, mereka menari di atas ganimah yang disamarkan sebagai tunjangan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ahmad Sahroni (48), sang sultan Tanjung Priok, lebih dikenal lewat kolektor jam tangan dan mobil mewah daripada legislator yang berpihak.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ketika rumahnya digeruduk massa, bukan karena rakyat iri, tapi karena rakyat muak.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Uya Kuya (50), selebritas penghipnotis, menyebut gaji Rp3.000.000 per hari sebagai “tidak besar”, seolah rakyat yang hidup dengan Rp50.000 sehari adalah ilusi yang bisa dihapus dengan sugesti.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Eko Patrio (54), komedian layar kaca, memilih berjoget di tengah Sidang Tahunan MPR, menjadikan parlemen sebagai panggung hiburan, bukan ruang etika.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Mereka adalah manifestasi dari hamartia yang ditulis Martha Nussbaum (78) dalam Fragility of Goodness (1986)—cacat karakter yang muncul bukan dari kebodohan, tapi dari keberlimpahan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ketika kekayaan materi menjadi tameng dari rasa malu, maka kepekaan pun runtuh.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Etika publik ala Aristoteles, dalam Etika Nikomakea, mengatakan bahwa kebajikan (arete) bukan sekadar tindakan (praxis), tapi disposisi jiwa (hexis) yang terlatih.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dalam On Liberty (YOI,1996), John Stuart Mill, Anggota Parlemen Inggris 1865-1868, mengungkap bahwa kebebasan individu, berbicara dan prinsip “harm“, harus diimbangi dengan tanggung jawab moral terhadap akibatnya serta dibarengi pentingnya akuntabilitas terhadap rakyat.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Tapi, trio SUE ini memilih sarkasme daripada refleksi, memilih panggung daripada pertanggungjawaban.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Foucault akan menyebut mereka sebagai agen biopolitik, di mana tubuh rakyat diatur, dikontrol, dan dijadikan objek pengawasan, sementara tubuh legislator bebas menari di ruang kekuasaan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Gramsci pun akan menyebut mereka sebagai bagian dari hegemoni budaya, di mana dominasi tidak lagi hadir dalam bentuk represi, tapi dalam bentuk candaan yang menormalisasi ketimpangan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ketika joget menjadi respons atas penderitaan, maka kita sedang menyaksikan tragedi yang dikemas dalam komedi.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Trio ini bukan sekadar individu, mereka adalah cermin dari sistem yang telah kehilangan rasa.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Diacu dari The Sense of Beauty (1896), George Santayana, yang menulis bahwa keindahan sejati lahir dari kepekaan terhadap harmoni. Ia menyebut sebagai “objectified pleasure.“</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Tapi harmoni tak mungkin lahir dari legislator yang menari di atas luka.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dalam Sense and Sensibility (Akal Budi dan Kepekaan, Gramedia, 2022), Jane Austen menunjukkan bahwa nalar dan perasaan harus berjalan beriringan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Tapi di Senayan, yang berjalan hanya nalar kalkulatif, tanpa perasaan. Apalagi, kepekaan?</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Runtuhnya kepekaan, the frigile of sensibility, bukan sekadar soal moral belaka, tapi soal ontologi politik.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpa_gBmoGzTe4u_3ZXPnt1nDdQu_anNvHWNx8qgEw2no_JlOCETsSn4exw1UxOIZxINm2wOJfultCOcb2E5e38nShCmfy3zxOyF1AnlQXPfBDnxU0q6JPggHoOoJ6fIJSAe-OEZ4DsRYiO-zYQPhVh-Vfy2epqh52ogsPhYMTV0XWWtLN_p31jC9XSGA/s2733/Yuuk%20jadi%20biro%20perwakilan%20sumatrazone.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1876" data-original-width="2733" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpa_gBmoGzTe4u_3ZXPnt1nDdQu_anNvHWNx8qgEw2no_JlOCETsSn4exw1UxOIZxINm2wOJfultCOcb2E5e38nShCmfy3zxOyF1AnlQXPfBDnxU0q6JPggHoOoJ6fIJSAe-OEZ4DsRYiO-zYQPhVh-Vfy2epqh52ogsPhYMTV0XWWtLN_p31jC9XSGA/s320/Yuuk%20jadi%20biro%20perwakilan%20sumatrazone.jpg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ketika wakil rakyat — kata yang sudah aus dari substansinya — tak lagi merasa terwakili oleh rakyat, maka demokrasi berubah menjadi teater kekonyolan.</span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dan dalam teater itu, Sahroni, Uya, dan Eko, Sang SUE, adalah aktor utama yang lupa bahwa panggung mereka dibangun dari keringat dan suara rakyat.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Mereka lupa bahwa setiap Pemilu bukan sekadar angka-angka suara yang diraih, tapi amanah yang harus ditunai.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Tapi, ketika amanah itu ditari-tarikan, maka rakyat berhak marah.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Bukan karena mereka tolol, tapi karena mereka tahu, bahwa keadilan bukan soal gaji, tapi soal rasa, kepekaan atas keadilan!</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">*Akronim dialih ke bahasa Jawa “sue” (suwe) seperti kalimat:</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">“Suwe tenan aku ngenteni kowe.”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Artinya: Lama sekali aku menunggumu. (*)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">#coverlagu: Final Countdown by Europe(1986). Lagu ini mengusung tema perpisahan dan petualangan besar sebagai metafora tentang perubahan besar dalam hidup, atau bahkan tentang cinta yang penuh risiko dan ketidakpastian. ,(**)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ_bL0s0A8CRrBj5vcfMPlpWx4KZN7Lmgf876PBNYZSBgZl45592PqH2Rw3YQb6EOsNZHdm777PiGTRah2R5_kRyPY6VWLPclcXrIOwhsc96-CfuQuxHwhvc3bbsdxinZTtaL1mNMx5EhJSR4YV9bsqWItNQuskMqjCPLJu8jH7cp5vGviCC2FEKHJTw/s720/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-size: large;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="720" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ_bL0s0A8CRrBj5vcfMPlpWx4KZN7Lmgf876PBNYZSBgZl45592PqH2Rw3YQb6EOsNZHdm777PiGTRah2R5_kRyPY6VWLPclcXrIOwhsc96-CfuQuxHwhvc3bbsdxinZTtaL1mNMx5EhJSR4YV9bsqWItNQuskMqjCPLJu8jH7cp5vGviCC2FEKHJTw/w640-h398/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" width="640" /></span></a></div><span style="font-size: large;"><br /></span><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span><p></p>

Trio Legislator SUE dan Runtuhnya Kepekaan

Oleh ReO Fiksiwan “Satu-satunya kebebasan yang layak disebut kebebasan adalah kebebasan untuk mengejar kebaikan kita sendiri dengan cara kit...

Baca selengkapnya »

Rumah Megah Ahmad Sahroni "Crazy Rich Priok" Dijarah Massa!

<p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLJMyMpDz_idc3FIAuZxrsTMFlVZDfOwicPRc7P2JzZl06wBozewZBRIjaGRTmrweySNjfhCXFxgemZM-SUul1-ln0BR40Vyz1znxUVmCvQXLaXxRgeTFRhK6b1Nc38LjdtyGp2IPf0VZQikFmhKBL73I_LMPjaUm5qxNg36BIknZKPM-qzFDr9vtilw/s4096/Rumah%20Crazy%20Rich%20Priok%20Dijarah%20Massa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2304" data-original-width="4096" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLJMyMpDz_idc3FIAuZxrsTMFlVZDfOwicPRc7P2JzZl06wBozewZBRIjaGRTmrweySNjfhCXFxgemZM-SUul1-ln0BR40Vyz1znxUVmCvQXLaXxRgeTFRhK6b1Nc38LjdtyGp2IPf0VZQikFmhKBL73I_LMPjaUm5qxNg36BIknZKPM-qzFDr9vtilw/w320-h180/Rumah%20Crazy%20Rich%20Priok%20Dijarah%20Massa.jpg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">JAKARTA -- Situasi mencekam melanda kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (30/8/2025) malam. Rumah megah milik politisi Partai NasDem, Ahmad Sahroni yang juga dikenal sebagai “crazy rich” asal Priok, dikepung ratusan massa. Tidak hanya mengepung, massa juga nekat menjarah isi rumah yang bernilai fantastis.</span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Pemandangan itu terekam dalam siaran langsung akun TikTok @m451mam, yang dalam hitungan jam sudah ditonton lebih dari 1,4 juta kali. Dalam video, suasana tampak kacau: pintu rumah jebol, barang-barang berharga diangkut, dan teriakan massa terdengar bersahutan.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Barang Berharga Raib, Brankas Dibawa Pergi</span></b></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Sejumlah massa yang berada di lokasi mengaku hampir seluruh isi rumah sudah “dihabisi”. Mulai dari pakaian mewah, koleksi sepatu, hingga barang elektronik berpindah tangan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">“Sudah pada dihabisi, brankas juga sudah dibawa,” ujar salah seorang pria dalam video tersebut.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">“Baju-bajunya, sepatu juga sudah dibawa sama massa,” tambahnya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Rumah Sahroni, yang selama ini dikenal megah dengan desain modern dan dijaga ketat, kini tampak porak-poranda. Bagian dalam rumah berantakan, kaca pecah berserakan, sementara sebagian besar ruangan terlihat kosong setelah dijarah.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Netizen Ingatkan Massa: Jangan Dibakar</b>!</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Meski amarah massa meluap, netizen yang menyaksikan siaran langsung itu justru ramai-ramai mengingatkan agar aksi tidak berujung pembakaran. Alasan utamanya, rumah Sahroni berdempetan dengan permukiman padat penduduk.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">“Kami enggak akan membakar rumah Sahroni, karena di sini banyak penduduknya dan berdekatan,” kata seorang pria dalam siaran tersebut.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">“Kalau dibakar, kasihan sama warga sekitar,” sambungnya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuoT3zbjCnAmP_ue7v_oNlWWaCPNFfagipbmcVQlxsz9HzNL9WqFtSWncZVZ81qKwj7qykGaawDc0A9MiB7z-cbEs3qgIOyVtz5DUnH0PcIjsvggZi1KbNrNkcyAjc2UegKdUtESuqP8ryL6CxMQIa7LI36qbw3IFdVhIHDiMQFd8s4HDszbtz-_OxTg/s2733/Yuuk%20jadi%20biro%20perwakilan%20sumatrazone.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1876" data-original-width="2733" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuoT3zbjCnAmP_ue7v_oNlWWaCPNFfagipbmcVQlxsz9HzNL9WqFtSWncZVZ81qKwj7qykGaawDc0A9MiB7z-cbEs3qgIOyVtz5DUnH0PcIjsvggZi1KbNrNkcyAjc2UegKdUtESuqP8ryL6CxMQIa7LI36qbw3IFdVhIHDiMQFd8s4HDszbtz-_OxTg/s320/Yuuk%20jadi%20biro%20perwakilan%20sumatrazone.jpg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Komentar serupa juga membanjiri kolom komentar TikTok. Banyak netizen yang meminta agar massa menahan diri dan tidak melakukan tindakan anarkis yang bisa mengorbankan warga tak bersalah.</span><p></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Situasi Masih Mencekam</span></b></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Hingga berita ini diturunkan, massa masih bertahan di sekitar rumah Ahmad Sahroni. Suara teriakan dan kerumunan warga terus terdengar, sementara aparat kepolisian belum tampak melakukan tindakan tegas untuk membubarkan massa.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait insiden ini. Begitu pula dari Ahmad Sahroni maupun Partai NasDem, yang hingga kini belum memberikan pernyataan.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">#bin</span></b></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></b></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsYF4GWhgJpfBi3jb7CnEYddMPZF4VuZ7xcRzcGqRIWRV7Wf_R1HPXPA8b9HpmnUmyPYWyL-lehHxC6ye74lw2g6GzHSs1y0b_J3uzEniW1gjpwe0s_IyAqd2qcqzc-TJI_CtsKj3N5SW2vPVxoyafoLHHgKmdtTSHGnCm0yKl33Ylk2V9X0rytcwwAQ/s720/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="720" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsYF4GWhgJpfBi3jb7CnEYddMPZF4VuZ7xcRzcGqRIWRV7Wf_R1HPXPA8b9HpmnUmyPYWyL-lehHxC6ye74lw2g6GzHSs1y0b_J3uzEniW1gjpwe0s_IyAqd2qcqzc-TJI_CtsKj3N5SW2vPVxoyafoLHHgKmdtTSHGnCm0yKl33Ylk2V9X0rytcwwAQ/w640-h398/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" width="640" /></a></span></b></div><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><span><br /></span></span></b><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6CjGJyBKK4q2u01LYRrse4wK2hOHQlWqbWyFAcDR8u7iVT6fMZx1ice8iFjRQ5pTSL1BsijJoA_arJ_Gxtk9mPtq6M4tzfcE-S4R4FamU2dyFx1E-vIVOB6n7gpqogqSFsTcAOPJHpEQcTFTXaE8-eRYMGpTlFsUmDvnku1MUfEOtALAcsy5MDKzyeQ/s2733/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><img border="0" data-original-height="2694" data-original-width="2733" height="630" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6CjGJyBKK4q2u01LYRrse4wK2hOHQlWqbWyFAcDR8u7iVT6fMZx1ice8iFjRQ5pTSL1BsijJoA_arJ_Gxtk9mPtq6M4tzfcE-S4R4FamU2dyFx1E-vIVOB6n7gpqogqSFsTcAOPJHpEQcTFTXaE8-eRYMGpTlFsUmDvnku1MUfEOtALAcsy5MDKzyeQ/w640-h630/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" width="640" /></span></a></div><br /><p></p>

Rumah Megah Ahmad Sahroni "Crazy Rich Priok" Dijarah Massa!

JAKARTA -- Situasi mencekam melanda kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (30/8/2025) malam. Rumah megah milik politisi Partai NasDem,...

Baca selengkapnya »

Inovasi Pembelajaran Berbasis Alam dan Kolaborasi Komunitas TK Siti Maryam Dapat Apresiasi Positif Asesor Akreditasi

<p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj34nEFFKrGUcA4NMLltJgkQmP6Cffw8XOyJHDdswkGJM_jfQ1DJpeQ4syq_qoYSMg4HXV688D366SA1pp_6p4_ra0TjPOS5Oe6HK03qMG5C4bPFPISsGFlKEUSpYujiuUUkuypGaprm1RLE2qMwTZCuXDMXcix08-R47xP_1vHnAS0UC6xCdb2HKRww/s1920/Asesor%20VIDEOKAN%20PBM%20TK%20SITI%20MARYAM.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj34nEFFKrGUcA4NMLltJgkQmP6Cffw8XOyJHDdswkGJM_jfQ1DJpeQ4syq_qoYSMg4HXV688D366SA1pp_6p4_ra0TjPOS5Oe6HK03qMG5C4bPFPISsGFlKEUSpYujiuUUkuypGaprm1RLE2qMwTZCuXDMXcix08-R47xP_1vHnAS0UC6xCdb2HKRww/s320/Asesor%20VIDEOKAN%20PBM%20TK%20SITI%20MARYAM.jpg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">DEPOK, JABAR — Taman Kanak-Kanak (TK) Siti Maryam, di bawah naungan Yayasan Baitul Bestari Malik (YBBM), mendapatkan apresiasi sangat positif dari tim asesor Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar dan Menengah (BAN PDM). Dalam kunjungan visitasi Rabu (27/8/2025) yang menjadi bagian dari proses evaluasi standar mutu, tim asesor menyoroti berbagai keunikan dan kualitas pembelajaran yang diterapkan di sekolah.</span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Tim asesor, Agus Hamdan Satiagraha, M.Pd., dan Supriatna, S.Ag., M.Pd., tiba di sekolah yang berada di Kecamatan Bojongsari Kota Depok ini, pada pukul 07.15 WIB. Kedatangan mereka disambut hangat oleh perwakilan yayasan, tim guru, dan Kepala Sekolah TK Siti Maryam. Kegiatan diawali dengan ramah tamah dan peninjauan langsung ke berbagai area sekolah, termasuk ruang UKS dan Perpustakaan Beranda Bestari.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Asesor Agus Hamdan secara khusus mengapresiasi konsep bangunan perpustakaan yang 100% dibangun dari bahan barang bekas, menunjukkan komitmen sekolah terhadap kreativitas dan keberlanjutan. Apresiasi ini menjadi pembuka yang positif terhadap seluruh rangkaian kegiatan akreditasi yang akan berlangsung.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Aktivitas Pembelajaran yang Penuh Inovasi</span></b></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Proses akreditasi berlanjut dengan observasi langsung terhadap kegiatan harian siswa. Seluruh siswa TK Siti Maryam berkumpul untuk melakukan ice breaking bersama dengan lagu dan gerak “Selamat Pagi Good Morning”, sebuah karya orisinil sekolah. Setelah itu, siswa menyanyikan lagu "Indonesia Raya" dan melakukan Senam Sehat Ceria. Kegiatan dilanjutkan dengan aktivitas penguatan motorik kasar, di mana siswa bermain melempar, menangkap, dan menendang bola.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Pembelajaran kemudian dibagi per kelompok usia. Siswa TK A beraktivitas memberi makan burung dan ikan koi, serta berburu sampah dan daun untuk kegiatan ecoprinting. Sementara itu, siswa TK B diajak memberi makan kambing, menyiram tanaman, dan memberi makan ikan lele. </span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">“Kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak-anak secara langsung dengan alam dan hewan ternak ini sangat luar biasa. Praktik siswa berburu sampah dan memilah sampah merupakan kegiatan unik yang jarang kami temukan di sekolah-sekolah lain yang kami kunjungi. Anak-anak belajar empati dan tanggung jawab sejak dini,” ujar asesor Agus Hamdan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Kemudian siswa melanjutkan pembelajaran rotasi di tiga sudut. Siswa TK A berkreasi dengan ecoprinting, membuat playdough dengan pewarna alam, dan merakit monumen dari lego. Di sisi lain, siswa TK B membuat kriya kapal laut, melukis pemandangan pantai, dan bermain peran sebagai nelayan. Kegiatan ini menunjukkan integrasi antara seni, kreativitas, dan pembelajaran tentang budaya daerah.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Asesor juga mengapresiasi dengan positif pada kegiatan unik lain, seperti eksperimen sains telur mengapung untuk TK A, dan terutama untuk kegiatan cooking class yang dilakukan siswa TK B dan diampu langsung oleh salah satu orang tua siswa, menunjukkan keterlibatan aktif komunitas wali murid dalam proses pendidikan.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Kolaborasi Kuat dari Berbagai Pihak</span></b></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Keberhasilan proses pembelajaran di TK Siti Maryam tidak lepas dari dukungan penuh berbagai pihak. Dalam sesi wawancara, Komite Sekolah yang mewakili para orang tua, menjelaskan keterlibatan mereka yang sangat dalam, mulai dari berbagai kepanitiaan acara, kegiatan outing, hingga menjadi narasumber di profesi day.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ketua II Bidang Pendidikan Yayasan Baitul Bestari Malik, Tri Andri Marjanto, menegaskan bahwa yayasan memandang pendidikan sebagai prioritas utama. "Kami berusaha menyediakan fasilitas yang lengkap dan aman, serta memastikan setiap program pembelajaran didukung penuh. Kami percaya, kolaborasi yang kuat antara yayasan, sekolah, dan orang tua adalah kunci untuk membentuk karakter anak-anak yang cerdas dan berakhlak mulia," ujarnya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dari sudut pandang Dinas Pendidikan, Pengawas TK Kecamatan Bojongsari, Esti Kristina, M.Pd., memberikan apresiasi. “Saya melihat komitmen yang sangat besar di TK Siti Maryam. Konsep pembelajaran yang terintegrasi dengan lingkungan dan budaya lokal ini adalah praktik baik yang patut dicontoh. Dukungan yayasan dan peran aktif orang tua menjadi kekuatan utama sekolah ini,” kata beliau.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyrLaQ7UtqUilNhDkw8iRedXMulL2Qwv5Y1nuvvCjM6kSOtuQ4ZzCywL0BCHWJJXHCiyMW0IfQAnjC_jBj4_PEiV61SHSlgBBd0sFMbSardR1OePkYwofaIM8I9FKMzuLfX8GoH797Qu4pk4u9LF-NDRP8l5JMG71VBHx1IguTEc2iBZhwY0S_-TkJqw/s4032/Keluarga%20besar%20TK%20SITI%20MARYAM%20bersama%20asessor.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="3024" data-original-width="4032" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyrLaQ7UtqUilNhDkw8iRedXMulL2Qwv5Y1nuvvCjM6kSOtuQ4ZzCywL0BCHWJJXHCiyMW0IfQAnjC_jBj4_PEiV61SHSlgBBd0sFMbSardR1OePkYwofaIM8I9FKMzuLfX8GoH797Qu4pk4u9LF-NDRP8l5JMG71VBHx1IguTEc2iBZhwY0S_-TkJqw/s320/Keluarga%20besar%20TK%20SITI%20MARYAM%20bersama%20asessor.JPG" width="320" /></a></span></b></div><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Harapan dan Komitmen Berkelanjutan</span></b><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dalam sesi exit meeting, tim asesor memberikan umpan balik yang konstruktif kepada Kepala Sekolah dan para guru. Asesor mengakui bahwa hampir semua poin penting dalam pembelajaran, seperti praktik ibadah, mitigasi bencana, pemanfaatan barang bekas (loose part), dan pembelajaran budaya daerah, telah dilakukan dengan baik di TK Siti Maryam. Dokumentasi pembelajaran yang lengkap juga menjadi nilai tambah.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Kepala TK Siti Maryam, Ria Nova Santi, S.Pd., menyatakan rasa terima kasih atas masukan yang diberikan. “Kami merasa sangat terbantu dengan catatan temuan dari asesor. Hal ini akan menjadi bahan evaluasi kami untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran yang kami berikan," jelasnya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Asesor mengakhiri kunjungan mereka dengan rasa puas. “Kami senang mendapatkan tugas visitasi akreditasi di TK Siti Maryam. Kami melihat sekolah ini mendapatkan perhatian penuh dari Yayasan, serta juga mendapat dukungan penuh dari komunitas jamaah pengajian yang bernaung di bawah yayasan. Ini adalah modal yang sangat berharga untuk terus berkembang,” pungkas Agus Hamdan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Kunjungan akreditasi ini ditutup dengan sesi foto bersama, menandai berakhirnya proses visitasi yang penuh dengan pembelajaran dan apresiasi. TK Siti Maryam siap melangkah maju, terus berinovasi, dan meningkatkan kualitas pendidikannya demi masa depan anak-anak Indonesia.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">#rel/ede</span></b></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></b></p><p><b></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-XgfAM9KzFnhJn1dBjL5O4dV34Gs60K7WVsbOYcUXCqkn2rkONQ6c9FdJ4pih4v1wGGTDZcrKNk3Fkbh6L9JPw30YlI352Dp1rudRJr4cKcoGJqqM6xww5udk304araD50JvkgjLMTaTJVUDdUx57UZXg3ITPVm2bwwx4gQjmM5cSk4d_M6ZTG-j0Yg/s720/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="720" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-XgfAM9KzFnhJn1dBjL5O4dV34Gs60K7WVsbOYcUXCqkn2rkONQ6c9FdJ4pih4v1wGGTDZcrKNk3Fkbh6L9JPw30YlI352Dp1rudRJr4cKcoGJqqM6xww5udk304araD50JvkgjLMTaTJVUDdUx57UZXg3ITPVm2bwwx4gQjmM5cSk4d_M6ZTG-j0Yg/w640-h398/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" width="640" /></span></a></b></div><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></b><p></p>

Inovasi Pembelajaran Berbasis Alam dan Kolaborasi Komunitas TK Siti Maryam Dapat Apresiasi Positif Asesor Akreditasi

DEPOK, JABAR — Taman Kanak-Kanak (TK) Siti Maryam, di bawah naungan Yayasan Baitul Bestari Malik (YBBM), mendapatkan apresiasi sangat positi...

Baca selengkapnya »

Aniyah, Pemred Media Sumbar Resmi Diwisuda: Perjuangan, Cinta dan Semangat yang Tak Pernah Padam

<p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyai93TtiyBf2bd_u3PQZ6wjW8klL4Z8OvhQb9B_AYkGBh_dRvPh-rRPOx3okjKgxM2hLwqPuudrW_hlV-ffW7mn0c4JPwjeMK2VUiqWLaC3GnRar2eqebq-vl8OEhq132EQKd3zJTw_IybAA_sfXhmG0QAFoJ4QgyFPpJ8-9nbHGWXjR5gIpZx7CWqg/s1504/Aniyah%20diwisuda.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1504" data-original-width="1004" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyai93TtiyBf2bd_u3PQZ6wjW8klL4Z8OvhQb9B_AYkGBh_dRvPh-rRPOx3okjKgxM2hLwqPuudrW_hlV-ffW7mn0c4JPwjeMK2VUiqWLaC3GnRar2eqebq-vl8OEhq132EQKd3zJTw_IybAA_sfXhmG0QAFoJ4QgyFPpJ8-9nbHGWXjR5gIpZx7CWqg/w268-h400/Aniyah%20diwisuda.jpg" width="268" /></a></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">PADANG – Kebahagiaan mendalam dirasakan oleh Aniyah, Pemimpin Redaksi (Pemred) Media Sumbar, saat dirinya resmi diwisuda di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yayasan Tarbiyah Islamiyah (YASTIS) Padang pada Kamis, (28/8/2025).</span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">‎Momen ini menjadi puncak perjalanan panjangnya menempuh pendidikan tinggi, penuh liku dan perjuangan yang tidak mudah.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">‎Bagi Aniyah yang akrab disapa Ani atau Ira, wisuda bukan sekadar prosesi akademik. Di balik toga dan senyum bangganya, tersimpan kisah pengorbanan, tekad dan ketulusan seorang perempuan yang berjuang di banyak peran: sebagai mahasiswi, sebagai istri dan sebagai ibu dari dua putri kecil yang selalu menjadi pemantik semangatnya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">‎“Alhamdulillah, hari ini adalah bukti bahwa perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil. Saya sangat bersyukur bisa menyelesaikan pendidikan di STAI YASTIS Padang, kampus yang menurut saya terbaik dalam mendidik dan membina mahasiswa dengan dosen-dosen profesional dan penuh perhatian,” ungkap Aniyah dengan mata berkaca-kaca.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">‎Aniyah mengaku perjalanannya menempuh pendidikan tidaklah mulus. Ia sempat menempuh studi di beberapa kampus sebelum akhirnya menemukan rumah akademiknya di STAI YASTIS Padang. Di kampus inilah, ia merasa benar-benar dibimbing, diarahkan dan diberi ruang untuk tumbuh.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">‎Meski sibuk dengan tanggung jawab sebagai seorang ibu dan pemimpin redaksi kantor beeita, Aniyah tidak pernah menyerah pada cita-cita. Setiap lelahnya berubah jadi doa, setiap tantangan ia hadapi dengan keyakinan bahwa pendidikan adalah investasi terbaik, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk anak-anaknya kelak.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">‎“Bagi saya, gelar ini bukan hanya pencapaian pribadi, tapi hadiah untuk keluarga kecil saya, untuk kedua putri saya yang selalu menjadi alasan terbesar saya berjuang,” ucapnya penuh haru.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">‎Kisah Aniyah menjadi bukti bahwa mimpi tidak pernah mengenal kata terlambat. Bahwa seorang ibu sekalipun, dengan segudang tanggung jawab, tetap bisa berdiri tegak di podium wisuda, menyandang toga dengan penuh kebanggaan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">‎Wisuda Aniyah di STAI YASTIS Padang bukan hanya tentang pencapaian akademik, tetapi juga tentang keberanian seorang perempuan yang memadukan peran keluarga, karier dan pendidikan dengan penuh cinta.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">‎#rel/ede</span></b></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></b></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">‎</span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRNL9ypoYDTbNg5F-9yhA-qaPwmynFV3AUq388WUh5Hkq7Nlp7gwzjG0Lp3hLkh5GW5xFxs8t7oITwOVzV090LSM7nfWmYVcMHVPc_OvjL6w0GCafHuiNbNMpQVWbd8MljZTQ__2bwVQ4EiYZTGE7YGXPSbG9VUfaG1d8cystSPC6pg5sKdpIhcpZ0SA/s720/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="720" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRNL9ypoYDTbNg5F-9yhA-qaPwmynFV3AUq388WUh5Hkq7Nlp7gwzjG0Lp3hLkh5GW5xFxs8t7oITwOVzV090LSM7nfWmYVcMHVPc_OvjL6w0GCafHuiNbNMpQVWbd8MljZTQ__2bwVQ4EiYZTGE7YGXPSbG9VUfaG1d8cystSPC6pg5sKdpIhcpZ0SA/w640-h398/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" width="640" /></a></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaAGqsIa2MmGuVWKy_60bZcqhCxTAqoVCSg5IgBykD2A7rot6XoJBjPJhtA5HbnGji_WUYrTRjNSTydoOrMiBm03pUVmGVsz6qvqcoCywGDj8rRe4yNg_n9HvNBUB4UO2as0xu-TsWhT3JAKyRUi5CIMjILNzV3s8EsKpJHK_OFWlksELfX7E2e-IeIA/s2733/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><img border="0" data-original-height="2694" data-original-width="2733" height="630" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaAGqsIa2MmGuVWKy_60bZcqhCxTAqoVCSg5IgBykD2A7rot6XoJBjPJhtA5HbnGji_WUYrTRjNSTydoOrMiBm03pUVmGVsz6qvqcoCywGDj8rRe4yNg_n9HvNBUB4UO2as0xu-TsWhT3JAKyRUi5CIMjILNzV3s8EsKpJHK_OFWlksELfX7E2e-IeIA/w640-h630/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" width="640" /></span></a></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">‎</span></p>

Aniyah, Pemred Media Sumbar Resmi Diwisuda: Perjuangan, Cinta dan Semangat yang Tak Pernah Padam

PADANG – Kebahagiaan mendalam dirasakan oleh Aniyah, Pemimpin Redaksi (Pemred) Media Sumbar, saat dirinya resmi diwisuda di Sekolah Tinggi A...

Baca selengkapnya »

Surat di Dinding Kontrakan

<p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgK9YFPIhr5zeJtVtnKjslhz7CnQTc3OerjZ4IQ7HU1BU4_GhqHKlBpWtRunXybQcBeME_h6JpktWk-d66J38Tf4NNFXL_lx_SUFhD0zb2qJcrQlCWP7fVg2jB4ETF2tcpRygZambsqUpVl2GC4Rl0zFDZy4YoWOp1aQq3m0BImmi2PpgBKKYY-qvQfcw/s2048/Surat%20di%20Dinding%20Kontrakan.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1679" data-original-width="2048" height="262" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgK9YFPIhr5zeJtVtnKjslhz7CnQTc3OerjZ4IQ7HU1BU4_GhqHKlBpWtRunXybQcBeME_h6JpktWk-d66J38Tf4NNFXL_lx_SUFhD0zb2qJcrQlCWP7fVg2jB4ETF2tcpRygZambsqUpVl2GC4Rl0zFDZy4YoWOp1aQq3m0BImmi2PpgBKKYY-qvQfcw/s320/Surat%20di%20Dinding%20Kontrakan.jpg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">MALAM itu sunyi di Banjaran. Di kontrakan kecil berukuran tiga kali empat meter, lampu bohlam redup bergantung di langit-langit. Cat dindingnya sudah pudar, retakan kecil menjalar seperti urat-urat lelah. Bau lembap bercampur dengan aroma minyak goreng yang entah sejak kapan menempel di udara.</span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Di sudut kamar, EN duduk bersandar di dinding. Kedua anaknya sudah tertidur. AA, anak sulungnya yang berusia sembilan tahun, memeluk boneka yang sudah kehilangan satu matanya. Bayi mungil, AAP, terlelap di tikar tipis, sesekali merengek kecil. EN menatap mereka dengan tatapan sayang, bercampur getir.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Tangan kirinya memegang secarik kertas, tangan kanannya menggenggam spidol hitam. Kertas itu ditempelkan ke dinding dengan isolasi bening. Tulisan tangannya bergetar, kadang huruf-hurufnya melebar, kadang mengecil seperti tak sanggup menyusun kalimat.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">“Saya sudah lelah lahir batin…”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ia berhenti sejenak, menarik napas panjang. Ada sesak yang tak pernah mau pergi. Hidupnya seperti lingkaran hutang yang tak ada ujung. Setiap hari selalu ada yang menagih, meski ia sendiri tak tahu lagi utang dari mana, jumlahnya berapa. Seolah-olah kemiskinan itu punya alamat tetap, dan alamat itu adalah rumahnya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Di luar sana, di kota yang sama, ada gedung megah dengan pilar kokoh dan karpet merah. Di dalamnya duduk para wakil rakyat dengan jas licin dan dasi berkilau. Setiap bulan mereka menerima tunjangan rumah Rp62 juta. Jumlah yang, bagi EN, bahkan tak bisa ia bayangkan bentuknya. “Mungkin kalau dikumpulkan bisa jadi gunung uang,” batinnya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ia tersenyum getir. Ironi itu menusuk dadanya: dirinya memilih mati karena tak sanggup lagi bayar kontrakan, sementara orang yang katanya “wakil rakyat” bisa hidup mewah tanpa merasa malu.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Suaminya, YS, bekerja serabutan. Pulang larut malam, kadang bawa uang, kadang tidak. Yang paling membuat EN hancur bukan sekadar miskin, tapi kebohongan. Ia merasa sendirian, ditinggalkan dalam kebisuan utang, sementara suaminya sibuk dengan  janji-janji palsu.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Air matanya jatuh mengenai spidol yang ia genggam. Ia kembali menulis:</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">“Aa, Dede… maafkan mamah. Jalan ini harus mamah tempuh. Mamah lebih rela ke neraka daripada melihat kalian sengsara. Insya Allah, kalian masuk surga.”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Tangannya gemetar. Ia menatap lama wajah kedua anaknya. Dalam hati ia berharap dunia lain lebih ramah bagi mereka daripada dunia yang kejam ini.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Jam dinding menunjukkan pukul setengah dua pagi. Suara jangkrik bersahutan di luar. Dari jauh, terdengar motor melintas di jalan kampung.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">EN berdiri. Ia melangkah pelan, menyiapkan tali yang sudah ia sembunyikan. Tangannya dingin. Detik demi detik terasa panjang.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">---</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcFcw-EKHS7HMm7hzKz3sWDU0D5-NXx0brGytPE2ipU96MbR9GfbTCdBLraTY2vD7tYKLjiFKayk6Nz1MGr7qIB99yIk3l-jWPKwxsAUVwnEzFcgOiNdPsHKTy-qpXsfkbFIyp2bK_FzQbSNXzwCXsNkFRlc4Z5dDD9N6DJvz5GKa4hw6QCQ_Y3RJ_pA/s2733/Untung%20gede%20jadi%20biro%20perwakilan%20sumatrazone.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1755" data-original-width="2733" height="205" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcFcw-EKHS7HMm7hzKz3sWDU0D5-NXx0brGytPE2ipU96MbR9GfbTCdBLraTY2vD7tYKLjiFKayk6Nz1MGr7qIB99yIk3l-jWPKwxsAUVwnEzFcgOiNdPsHKTy-qpXsfkbFIyp2bK_FzQbSNXzwCXsNkFRlc4Z5dDD9N6DJvz5GKa4hw6QCQ_Y3RJ_pA/s320/Untung%20gede%20jadi%20biro%20perwakilan%20sumatrazone.jpg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ketika suaminya pulang dini hari, pintu kontrakan terkunci dari dalam. Ia panik, mendobrak. Begitu masuk, ia terperanjat. Istri dan anak-anaknya sudah terbujur kaku. EN tergantung di pintu kamar, AA terbujur di ruang tamu, bayi mungil AAP terdiam di tikar.</span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Di dinding, secarik kertas masih menempel. Kata-kata yang ditulis dengan air mata menjadi saksi bisu: jeritan perempuan yang kalah oleh keadaan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Keesokan harinya, berita itu menyebar. Televisi menyiarkan gambar kontrakan sempit dengan garis polisi kuning melintang. Wartawan menyalin isi surat wasiat. Warga kampung berbisik-bisik, sebagian menitikkan air mata.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Di sisi lain, di ruang rapat DPRD Jawa Barat, suasana tak jauh berbeda dari biasanya. Kursi empuk, AC dingin, meja rapat dipenuhi kertas-kertas. Seseorang bercanda soal perjalanan dinas ke luar kota. Di sudut meja, laporan tentang “tunjangan rumah Rp 62 juta” hanya jadi bahan obrolan kecil, tanpa rasa bersalah.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ironi itu jelas: di kampung kecil, tiga nyawa melayang karena putus asa. Di gedung megah, para pejabat sibuk mempertahankan tunjangan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Seakan-akan dua dunia itu berada di planet berbeda, meski hanya dipisahkan jarak beberapa puluh kilometer.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Surat EN di dinding kontrakan bukan sekadar catatan bunuh diri. Ia adalah dokumen sosial potret bagaimana kemiskinan bisa menghancurkan jiwa, sementara negara gagal hadir. Ia bukan sekadar kisah pribadi, melainkan cermin besar bagi bangsa yang lebih sibuk merawat privilese pejabat daripada martabat rakyat.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dan kita, masyarakat yang membaca kisah ini, hanya bisa terdiam. Bertanya dalam hati: berapa banyak lagi nyawa harus jadi korban sebelum para pejabat berhenti hidup mewah di atas penderitaan orang kecil?</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>TAMAT</b></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><br /></b></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyk-dKqZpgx2M8x4q5Wpzl3WKQnblwKpb_TFPb7dpMz2McALZcCPfvrbwmAaM3f5Pegdt94KiAnCyhCfEE6Uk4lpNR98mp8tsRKaslQSZMc8YG5W04nrIvhHwC9cP6lvnubXRMYiqVrROM_GgIQjK0V6lHua5zqw3EELNjYPglHlUA28vVf_gPTD_ymg/s720/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="720" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyk-dKqZpgx2M8x4q5Wpzl3WKQnblwKpb_TFPb7dpMz2McALZcCPfvrbwmAaM3f5Pegdt94KiAnCyhCfEE6Uk4lpNR98mp8tsRKaslQSZMc8YG5W04nrIvhHwC9cP6lvnubXRMYiqVrROM_GgIQjK0V6lHua5zqw3EELNjYPglHlUA28vVf_gPTD_ymg/w640-h398/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" width="640" /></a></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><br /></b></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp2CBPWVxJ39yC7iI9bv6IWm-ZYmu3JvKpvSt_KW-GuOnlhmSlbX_paHqCKhVqw2m1AnzVu_mmSa-5twRFpbR71SUoavradf6IqRi2QH4tS37L1hbObF_KkmFg6ICvChIdRGN7M4zEuzBL8PfdJGDDn4ktBgulCK9W-FlDs0rvlqOxTM_es8ycLk_yuw/s679/Polteknas%20the%20great%20campus.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="679" data-original-width="673" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp2CBPWVxJ39yC7iI9bv6IWm-ZYmu3JvKpvSt_KW-GuOnlhmSlbX_paHqCKhVqw2m1AnzVu_mmSa-5twRFpbR71SUoavradf6IqRi2QH4tS37L1hbObF_KkmFg6ICvChIdRGN7M4zEuzBL8PfdJGDDn4ktBgulCK9W-FlDs0rvlqOxTM_es8ycLk_yuw/w634-h640/Polteknas%20the%20great%20campus.jpg" width="634" /></a></div><br /><p></p>

Surat di Dinding Kontrakan

MALAM itu sunyi di Banjaran. Di kontrakan kecil berukuran tiga kali empat meter, lampu bohlam redup bergantung di langit-langit. Cat dinding...

Baca selengkapnya »

Pernah Nggak Kamu Alami? Sudah Nulisnya Susah, Eh Sepi Pembaca!

<p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><i></i></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><i><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXGk450u2hx7JSfMu_yBAL7EugccB5dk7TArAIgLRGNdMqog7hIZA9rHAFncldkE2YgG9OEZ9Seg8JNYGOwvJjFGO2pD83sWKyHxDcarEWupKTANO9MFE9mtp0-G1jc_l3ElKeZhPhP2KPhPmkW6baqTe4OHW8QKkWgkVV312u1dWAMJAlZC2Ov9fdYA/s627/Sudah%20Nulisnya%20Susah,%20Eh%20Sepi%20Pembaca!.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="489" data-original-width="627" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXGk450u2hx7JSfMu_yBAL7EugccB5dk7TArAIgLRGNdMqog7hIZA9rHAFncldkE2YgG9OEZ9Seg8JNYGOwvJjFGO2pD83sWKyHxDcarEWupKTANO9MFE9mtp0-G1jc_l3ElKeZhPhP2KPhPmkW6baqTe4OHW8QKkWgkVV312u1dWAMJAlZC2Ov9fdYA/w320-h250/Sudah%20Nulisnya%20Susah,%20Eh%20Sepi%20Pembaca!.jpeg" width="320" /></a></i></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><i>Oleh: </i><b>Wijaya Kusumah/ Omjay</b></span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">PERNAH nggak kamu mengalami hal ini: sudah capek-capek menulis, otak diperas, jari pegal, hati pun ikut berdebar-debar menunggu hasil tulisan dipublikasikan, tapi ternyata… sepi pembaca? Rasanya seperti menyiapkan pesta besar-besaran, tapi tidak ada tamu yang datang. Sunyi, senyap, bahkan komentar pun tak ada.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Saya yakin hampir semua penulis, baik pemula maupun yang sudah bertahun-tahun menulis, pernah mengalami momen “tragis” ini. Awalnya kita semangat menulis karena ingin berbagi cerita, berbagi ilmu, atau sekadar meluapkan isi hati. Namun ketika tulisan selesai dipublikasikan, ekspektasi kita tidak sejalan dengan kenyataan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Tulisan yang kita anggap sangat bagus, penuh ide segar, ternyata tidak mendapat respon yang berarti. Sebaliknya, tulisan sederhana yang kita buat sambil lalu, tanpa persiapan panjang, justru bisa viral.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Lalu, kenapa bisa begitu?</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Mengapa Tulisan Bisa Sepi Pembaca?</b></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Sebelum buru-buru menyalahkan platform, algoritma, atau bahkan diri sendiri, mari kita coba memahami beberapa alasan mengapa tulisan kita bisa saja sepi pembaca:</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">1. Judul Tidak Menarik</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Judul adalah pintu utama yang menentukan apakah orang mau membaca atau tidak. Kadang kita menulis dengan penuh semangat, tapi judulnya “datar” sehingga pembaca melewatkan begitu saja. Misalnya, “Pengalaman Saya ke Pasar” tentu kalah menarik dibanding “Kejutan Lucu Saat Saya Belanja di Pasar Tradisional”.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">2. Isi Kurang Relevan dengan Minat Pembaca</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Kita menulis sesuatu yang menurut kita penting, tapi belum tentu pembaca merasa sama. Misalnya, menulis tentang detail hobi tertentu tanpa menjelaskan manfaatnya bagi orang lain.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">3. Waktu Publikasi Kurang Tepat</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Sama seperti jualan, menulis juga ada “jam ramai”-nya. Menulis artikel panjang diunggah jam 1 dini hari mungkin hanya segelintir orang yang sempat melihat.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">4. Minim Promosi</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Jangan berharap tulisan langsung ramai dibaca kalau tidak dipromosikan. Dunia digital penuh dengan informasi. Jika kita hanya mengandalkan orang kebetulan menemukan tulisan, peluangnya kecil.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">5. Kurang Konsisten</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Pembaca biasanya setia pada penulis yang rutin menulis. Kalau kita hanya muncul sesekali, orang tidak akan terbiasa menunggu karya kita.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b></b></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZQNPkqVUhNhLj_kEs4b-zIl6Ajs3HivRc946c57tPy53UTJguulirx5TgOEp_rn9Kg5SxG2_qk08_xrbhYPesWexhz9fomFdvkYFSVIsp_qjRhMod4-ccQiJvvfNDSdRkmXg7qpIuAQGkFAeBrJk3lxr7k2ApF35pFEqMMN2qFqMBqQysbDjG1GE6kQ/s2733/Yuuk%20jadi%20biro%20perwakilan%20sumatrazone.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1876" data-original-width="2733" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZQNPkqVUhNhLj_kEs4b-zIl6Ajs3HivRc946c57tPy53UTJguulirx5TgOEp_rn9Kg5SxG2_qk08_xrbhYPesWexhz9fomFdvkYFSVIsp_qjRhMod4-ccQiJvvfNDSdRkmXg7qpIuAQGkFAeBrJk3lxr7k2ApF35pFEqMMN2qFqMBqQysbDjG1GE6kQ/s320/Yuuk%20jadi%20biro%20perwakilan%20sumatrazone.jpg" width="320" /></a></b></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Rasa Kecewa Itu Wajar</b></span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Jujur saja, ketika tulisan sepi pembaca, hati ini pasti terasa kecewa. Apalagi kalau kita sudah menghabiskan banyak waktu menulis, mencari referensi, hingga menyusunnya dengan sungguh-sungguh.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Namun, justru di sinilah ujian seorang penulis. Apakah kita menulis hanya demi jumlah pembaca, atau menulis karena memang punya kebutuhan batin untuk berkarya?</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Omjay, guru blogger Indonesia, sering berkata: “Menulis itu ibarat menanam pohon. Tidak semua benih langsung tumbuh besar. Ada yang perlu waktu, ada yang bahkan mati. Tapi tugas kita tetaplah menanam.”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Artinya, jangan langsung putus asa kalau tulisan sepi. Bisa jadi hari ini sepi, tapi siapa tahu besok atau lusa tulisan itu dibaca orang yang tepat, lalu memberi dampak besar dalam hidupnya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Tips Agar Tulisan Tidak Sepi Pembaca</b></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Kalau boleh berbagi pengalaman, ada beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan supaya tulisan lebih hidup dan tidak sepi pembaca:</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">1. Gunakan Judul yang Menggugah</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Judul adalah wajah tulisanmu. Buatlah yang menimbulkan rasa penasaran, tapi jangan menipu. Misalnya, ganti judul “Cara Menulis” menjadi “5 Rahasia Menulis yang Jarang Dibongkar Penulis Senior”.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">2. Tulis dengan Gaya Bercerita</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Orang suka cerita. Daripada menjejali dengan data kering, coba selipkan pengalaman pribadi, humor, atau kisah nyata.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">3. Kenali Target Pembaca</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Tulisan yang dibaca remaja tentu berbeda dengan yang dibaca guru, dosen, atau pebisnis. Sesuaikan bahasa dan isi agar lebih nyambung.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">4. Promosikan dengan Bijak</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Bagikan di media sosial dengan pengantar yang menarik. Jangan hanya melempar link, tapi beri kalimat pancingan seperti: “Pernah nggak kamu merasa menulis capek-capek tapi sepi pembaca? Aku baru ngalamin. Ceritaku ada di sini…”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">5. Konsisten Menulis</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Konsistensi adalah kunci. Semakin sering kita menulis, semakin terbiasa orang mengenal gaya tulisan kita. Lama-lama pembaca setia akan terbentuk.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Menulis Itu Perjalanan Panjang</b></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Banyak orang berpikir menulis adalah soal hasil instan. Padahal, menulis adalah perjalanan panjang. Kita tidak bisa langsung berharap viral, terkenal, atau mendapat ribuan pembaca.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Coba bayangkan, penulis besar pun tidak langsung populer. Ada yang karyanya baru dihargai setelah bertahun-tahun. Ada juga yang bukunya diabaikan penerbit sampai akhirnya menjadi bestseller.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Jadi, kalau tulisanmu sepi pembaca hari ini, jangan kecil hati. Bisa jadi kamu sedang meniti jalan panjang seorang penulis sejati.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Refleksi: Untuk Siapa Kita Menulis?</b></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Pada akhirnya, kita harus bertanya pada diri sendiri: untuk siapa kita menulis?</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Kalau hanya untuk popularitas, maka setiap sepi pembaca akan membuat kita kecewa. Tapi kalau kita menulis karena ingin berbagi ilmu, pengalaman, atau sekadar melatih diri, maka sepi pembaca bukanlah masalah besar.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Saya pribadi sering mengingat pesan Omjay: “Menulislah dengan hati, bukan hanya dengan jari. Karena ketika tulisan lahir dari hati, ia akan sampai ke hati pembaca, meskipun hanya satu orang.”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Itulah kekuatan menulis. Walau pembacanya sedikit, tulisan bisa memberi dampak besar.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Penutup</b></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Jadi, pernah nggak kamu alami: sudah nulisnya susah, eh sepi pembaca? Kalau pernah, jangan khawatir. Kamu tidak sendirian. Hampir semua penulis pernah melewati fase ini.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Jadikan itu sebagai bahan bakar untuk terus belajar, memperbaiki diri, dan menulis dengan konsisten. Ingat, pembaca bukan segalanya. Yang penting, kita terus menulis. Karena dengan menulis, kita sebenarnya sedang menyelamatkan ingatan, mencatat sejarah pribadi, dan berbagi jejak untuk generasi berikutnya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Suatu saat nanti, mungkin tulisan yang kamu anggap “sepi” hari ini, justru akan menjadi “harta karun” bagi orang lain di masa depan. Jadi, tetaplah menulis, meski pembaca sepi. Karena penulis sejati tidak pernah berhenti hanya karena jumlah pembaca. (*)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAksbFzz6QR2VmIaPQkEDMssP5Lab7qK4cQZv4d8zKorTnT_PjLPh_MDGr-lsWkqNUZq1trQw8CI8EMZLBuEstJS4dsHHPMVcaX_mWh5SX8RpmvCA8bgM_DGsh3oCo9ygcVDNHcApR8hFCB54JIttsh2Vdyewm70gwBwfEjGkVHYnhA6z0Ai9FcmjoWQ/s720/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="720" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAksbFzz6QR2VmIaPQkEDMssP5Lab7qK4cQZv4d8zKorTnT_PjLPh_MDGr-lsWkqNUZq1trQw8CI8EMZLBuEstJS4dsHHPMVcaX_mWh5SX8RpmvCA8bgM_DGsh3oCo9ygcVDNHcApR8hFCB54JIttsh2Vdyewm70gwBwfEjGkVHYnhA6z0Ai9FcmjoWQ/w640-h398/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" width="640" /></span></a></div><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbGRVA8OVv4ASUrhoviEvkBC6upnGQM0pTpaLzFlU5x1Aj078rkYHnyM-qdNnJ4x6YvkzlBddSSC7heZLTCR8_LyLAhTkuLqu1vGYdlGPATExPPxRaI2GOQgkB4UtYbyyPGWcS0zYmsdKDBgfFALqaR4-_KcDmEtcoUu4q1YCksp7aQO4dL7w7hoikSQ/s2733/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><img border="0" data-original-height="2694" data-original-width="2733" height="630" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbGRVA8OVv4ASUrhoviEvkBC6upnGQM0pTpaLzFlU5x1Aj078rkYHnyM-qdNnJ4x6YvkzlBddSSC7heZLTCR8_LyLAhTkuLqu1vGYdlGPATExPPxRaI2GOQgkB4UtYbyyPGWcS0zYmsdKDBgfFALqaR4-_KcDmEtcoUu4q1YCksp7aQO4dL7w7hoikSQ/w640-h630/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" width="640" /></span></a></div><br />

Pernah Nggak Kamu Alami? Sudah Nulisnya Susah, Eh Sepi Pembaca!

Oleh: Wijaya Kusumah/ Omjay PERNAH nggak kamu mengalami hal ini: sudah capek-capek menulis, otak diperas, jari pegal, hati pun ikut berdebar...

Baca selengkapnya »

Tuyul Penghilang Beras

<p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><i></i></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><i><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOopMpYk0ZHo5ketBMvqN3hnuywEppj4kT62EfxrvFjI-LhsxJOdMy48GmezbDUoEJOTI-EUH1Cyv0nj-MudX9r8enAjl5vEkpQVlvo2Y2mmvQz2r5jnydBUN9a3W8GeajDy0xFGQnHBIrwyAJY3ht-TvC-p-ndaXRXUWJfeECRApYHPufZYgGxzN1cA/s768/Tuyul%20Penghilang%20Beras.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOopMpYk0ZHo5ketBMvqN3hnuywEppj4kT62EfxrvFjI-LhsxJOdMy48GmezbDUoEJOTI-EUH1Cyv0nj-MudX9r8enAjl5vEkpQVlvo2Y2mmvQz2r5jnydBUN9a3W8GeajDy0xFGQnHBIrwyAJY3ht-TvC-p-ndaXRXUWJfeECRApYHPufZYgGxzN1cA/s320/Tuyul%20Penghilang%20Beras.jpg" width="320" /></a></i></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><i>Oleh: </i><b>Ririe Aiko</b></span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">PAGI ini, rakyat di sebuah negeri antah berantah kembali menghadapi kenyataan pahit yang tak kalah ajaib dari kisah mistis. Negeri itu dikenal sebagai negara agraris dengan tanah subur dan hasil pertanian melimpah. Namun entah bagaimana, beras—makanan pokok yang sebulan lalu masih menumpuk di etalase toko—mendadak lenyap bak ditelan tuyul. </span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Semalam saja, karung-karung beras yang biasanya berdiri tegak di rak pasar raib tanpa jejak. Seakan ada tangan gaib yang menyapu bersih, padahal yang bekerja hanyalah rumor kenaikan harga. Begitu kabar naik harga merebak, stok pun hilang lebih cepat daripada kilat.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Fenomena ini tentu mengingatkan pada episode lama: minyak goreng. Kala itu, barang sehari-hari mendadak jadi komoditas mewah, menguji kesabaran rakyat. Kini babak baru dimulai dengan beras. Harga melonjak, stok lenyap, dan komentar pejabat hadir seperti bumbu satir di tengah piring kosong.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Di berbagai daerah, harga beras medium sudah menembus batas harga eceran tertinggi. Di wilayah timur negeri, kisahnya lebih getir: harga beras medium bisa mencapai empat hingga enam kali lipat dari harga normal di pusat kota. Rasanya, sepiring nasi uduk di sana sebanding dengan makan malam mewah di ibu kota negeri antah berantah.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Di tengah situasi pelik, muncul pula pernyataan yang menambah garam di atas luka: harga beras di negeri antah berantah masih lebih murah daripada di negeri maju lain. Entah bagaimana logika ini muncul, seolah rakyat harus bersyukur hanya karena membandingkan harga dengan negeri yang pendapatannya jauh lebih besar.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">“Apa yang harus dibandingkan, jika dari segi pendapatan saja sudah kalah jauh? Rakyat negeri antah berantah memang tampak hidup mapan, tetapi kenyataannya banyak yang bergantung pada pinjaman.”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Publik pun makin muak. Alih-alih memberi empati dan solusi nyata, pejabat justru terdengar seperti tak berempati. Ucapan yang keluar dari mulut mereka seolah bukan jawaban, melainkan jargon kosong yang hanya indah di podium. Mereka pandai merangkai kata, tapi tak pernah menyentuh akar masalah.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Sebagai solusi alternatif, masyarakat dianjurkan beralih ke pangan lokal lain: singkong, jagung, atau sagu. Wacana ini mungkin terdengar manis dalam seminar tentang ketahanan pangan. Namun di dapur rumah tangga, pilihan itu lebih mirip ajakan untuk menurunkan standar hidup ketimbang solusi jangka panjang. Nasi telah menjadi identitas kultural; menghapusnya dari piring bukan perkara mudah. Lagi pula, wacana ini selalu datang kala harga beras naik, lalu lenyap begitu situasi kembali normal.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Pada akhirnya, kisah beras ini bukan sekadar soal makanan. Ia adalah cermin kegagalan tata kelola pangan yang berulang. Setiap kali ada isu kenaikan harga, polanya sama: barang mendadak langka, harga melesat, operasi pasar dijadikan penenang sementara, dan pejabat melontarkan komentar yang membuat rakyat geleng kepala.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Rakyat sudah terlalu lelah dengan siklus ini. Hidup di negeri sendiri kian terasa seperti menjalin hubungan toxic: sudah setengah hati bertahan, tapi tiap hari disuguhi luka baru. Jika beras—simbol nadi kehidupan bangsa—saja tak mampu dijaga ketersediaannya, jangan heran bila yang berikutnya benar-benar langka bukan hanya beras, tapi juga kesabaran publik. (*)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica;">*) Inilah kisah di negeri antah berantah, yang kisahnya hanya fiksi. Jika ada kemiripan dengan kenyataan, itu di luar tanggung jawab penulis. Sekian.</span></p><p><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitBkguzEiKxgZEjCfCRlRdUSbth2CbkJhhp8sqy0ovtf1ZtaJltyZGPAJhwUOsFqjDZsSMOBykNbrftKf_BFwA9G7pQp_Uzd2J6eJ4jR1HIp15uN_mEGx2_PHK3N4tZ3Jjfz2CGTyaqWzsSeyGMsLJ84m9zb46ZeXghWRR-L-62wBbxn42BiVkNsMnSg/s720/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="720" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitBkguzEiKxgZEjCfCRlRdUSbth2CbkJhhp8sqy0ovtf1ZtaJltyZGPAJhwUOsFqjDZsSMOBykNbrftKf_BFwA9G7pQp_Uzd2J6eJ4jR1HIp15uN_mEGx2_PHK3N4tZ3Jjfz2CGTyaqWzsSeyGMsLJ84m9zb46ZeXghWRR-L-62wBbxn42BiVkNsMnSg/w640-h398/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" width="640" /></a></div><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPzD5-ya7akPl1wgjoc3YxI4G19Ws4__oHDxqxaA7IRBstOmUDHcd-rz2OX0wUjdMObPfpwosLhe8uRGBG_9x4CemTsa6xJIlr64aSmSj_GyYGVwIoy2YOmhhtIwS3mjmqpSWHeCUAWcCMCOzjoHuD3tyk2ajU49PtDhGFVLDL4lKYObffuL-TV4NUFw/s2733/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2694" data-original-width="2733" height="630" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPzD5-ya7akPl1wgjoc3YxI4G19Ws4__oHDxqxaA7IRBstOmUDHcd-rz2OX0wUjdMObPfpwosLhe8uRGBG_9x4CemTsa6xJIlr64aSmSj_GyYGVwIoy2YOmhhtIwS3mjmqpSWHeCUAWcCMCOzjoHuD3tyk2ajU49PtDhGFVLDL4lKYObffuL-TV4NUFw/w640-h630/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" width="640" /></a></div><br />

Tuyul Penghilang Beras

Oleh: Ririe Aiko PAGI ini, rakyat di sebuah negeri antah berantah kembali menghadapi kenyataan pahit yang tak kalah ajaib dari kisah mistis....

Baca selengkapnya »

Rukun Digital Umrah-Haji

<p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b></b></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8HMpCS-wB6yoCsL9NIY1HokE8ZNJ_1OiElGwHOjRihPxuFVkRoR4k9ECiTPyrtI9LQ_QJkp_u98TkeR1urAm-96xGP_iFPVwOk7-_RWr0JyXE9CRHEjPhSjQpL2iRMSjtPXHYgf0_AGDzAAjfyvIALzKJdyGOjy1n6dFdTcv1YjHfGN-4uGkTMX_yIg/s768/Rukun%20Digital%20Umrah-Haji.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="421" data-original-width="768" height="175" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8HMpCS-wB6yoCsL9NIY1HokE8ZNJ_1OiElGwHOjRihPxuFVkRoR4k9ECiTPyrtI9LQ_QJkp_u98TkeR1urAm-96xGP_iFPVwOk7-_RWr0JyXE9CRHEjPhSjQpL2iRMSjtPXHYgf0_AGDzAAjfyvIALzKJdyGOjy1n6dFdTcv1YjHfGN-4uGkTMX_yIg/s320/Rukun%20Digital%20Umrah-Haji.jpg" width="320" /></a></b></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Catatan Cak AT</b></span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">BAYANGKAN Ibrahim, seorang nelayan dari pedalaman Kepulauan Mentawai. Hidupnya sederhana: laut adalah kantor, jala adalah komputer dan peta hanyalah posisi bintang di langit. Tahun ini, ia berkesempatan berangkat haji. Dalam bayangannya, ia akan sibuk thawaf, sa’i dan wukuf.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Tapi ternyata ada satu “rukun baru” yang tak pernah disebut dalam kitab fikih: harus menginstal aplikasi bernama Nusuk. Sayangnya, sinyal 4G di desanya kalah cepat dibanding suara azan subuh. Maka tibalah ia di Tanah Suci tanpa pernah melihat rupa Nusuk di layar ponselnya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Anehnya lagi, yang ia dapatkan justru selembar kartu plastik dengan barcode, entah dicetak terburu-buru di Jeddah atau Riyadh. “Oh, jadi ini Nusuk?” gumam Ibrahim. Ia mengira Nusuk itu doa baru, rupanya cuma aplikasi ponsel yang mendadak menjelma kartu.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Secara resmi, Nusuk adalah platform digital milik Saudi Tourism Authority bekerja sama dengan Saudi Data & AI Authority (SDAIA). Diluncurkan sebagai bagian dari Saudi Vision 2030, Nusuk dirancang menjadi super-app semua urusan wisata, termasuk umrah dan haji.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Aplikasi ini menawarkan fitur pemesanan transportasi, akomodasi, izin masuk ke Masjidil Haram, hingga jadwal ziarah. Singkatnya, Nusuk adalah tiket elektronik sekaligus “paspor domestik” jamaah umrah dan haji. Ia tak ubahnya gabungan Traveloka dan kitab manasik.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dalam bahasa Arab, “nusuk” berarti ritual ibadah, khususnya haji dan umrah. Nama yang mulia, meski implementasinya kadang terasa seperti aplikasi ride-hailing: “Anda tidak bisa naik bus ke Arafah kalau QR code Anda belum discan.”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Masalahnya, pada musim haji 2025 Nusuk tampil tergesa-gesa. Alih-alih jamaah menyiapkan aplikasi sejak dari rumah —dengan akun, password dan kode unik— mereka justru baru menerima kartu fisik setibanya di Tanah Suci.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Tak jelas alasan perubahan ini. Apakah karena kartu harus dicetak lebih dulu? Apakah karena tidak semua jamaah membawa ponsel pintar? Atau karena sistem digital belum sepenuhnya siap, sehingga jalan pintasnya adalah kartu plastik ala perpustakaan tahun 90-an?</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ironisnya, pemerintah Saudi sejak awal gencar mendorong jamaah “go digital” dengan Nusuk. Tetapi melihat kenyataan banyak jamaah tidak punya ponsel pintar, solusi daruratnya justru kembali ke pola lama: print and laminate. Modernisasi yang melompat, lalu terpeleset dan akhirnya berpegangan pada kartu darurat.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Padahal, Nusuk sangat vital. Tanpa kartu ini, jamaah nyaris lumpuh. Mereka tak bisa masuk ke Arafah, Mina, Muzdalifah, atau naik bus resmi. Data Kementerian Haji Saudi bahkan mencatat ribuan jamaah tersendat karena kartu Nusuk terlambat dibagikan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Akibatnya, ada yang berjalan kaki berkilo-kilometer, bukan karena semangat ibadah, melainkan karena sistem barcode tak mengenali mereka. Nusuk, yang mestinya menjadi solusi, justru menambah beban —akibat kebijakan tak transparan dengan persiapan seadanya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Indonesia sebagai negara dengan jamaah terbesar —lebih dari 200 ribu orang per tahun— tentu paling terdampak. Tak heran Badan Penyelenggara Haji Indonesia (BPHJ) mendesak agar mulai 2026 kartu Nusuk bisa dibagikan sejak di tanah air.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Sekilas terdengar sederhana: kartu dibagi di Indonesia, selesai. Tapi jangan keliru, ini menyangkut kedaulatan data, transparansi, dan kontrol distribusi. Jika hak distribusi tetap sepenuhnya dipegang Saudi, Indonesia hanya menjadi “objek.”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Namun bila kartu didistribusikan di tanah air, risiko baru juga muncul: kebocoran data jamaah, potensi pungli, bahkan kartu palsu. Pilihannya sama-sama rumit: antre di Jeddah, atau antre di KUA kecamatan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Kalau menoleh ke negara lain, drama Nusuk sebenarnya bisa dihindari. Turki sejak lama mengintegrasikan data biometrik dan mendistribusikan kartu elektronik sebelum keberangkatan. Jamaah tiba di Tanah Suci dengan dokumen siap pakai.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Mesir memilih jalur bertahap: kartu haji disebarkan lewat kantor distrik, sehingga masyarakat terbiasa memperlakukannya seperti paspor kedua. Koordinasi dengan Saudi berjalan baik, sehingga kebijakan baru bisa diterapkan lebih mulus.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMUF77siBnrzjcyANfepISsnndoFkz0bQtGH6gOdoqCAGyc-Lw3L-TkkuMPohhyphenhyphen2mkbT9PtvWjP6QT81n5_3H0hVMZtVV3KguMnUkQFeXf9qnswp6b_el00dJS4pN2OR8RDu2OdWSff4l6uzV5LSYCYcNP7DXW5Gx99CGO-p1XAvYbkdTLQIJGZA2Ncw/s2733/SUMATRAZONE%20CARI%20BIRO%20PERWAKILAN%20TERBAIK.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1986" data-original-width="2733" height="233" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMUF77siBnrzjcyANfepISsnndoFkz0bQtGH6gOdoqCAGyc-Lw3L-TkkuMPohhyphenhyphen2mkbT9PtvWjP6QT81n5_3H0hVMZtVV3KguMnUkQFeXf9qnswp6b_el00dJS4pN2OR8RDu2OdWSff4l6uzV5LSYCYcNP7DXW5Gx99CGO-p1XAvYbkdTLQIJGZA2Ncw/s320/SUMATRAZONE%20CARI%20BIRO%20PERWAKILAN%20TERBAIK.jpg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Maroko lebih pragmatis: sistem tiket digital memang ada, tapi kartu fisik sederhana tetap diberikan sebagai cadangan. Mereka sadar, baterai ponsel bisa habis, tapi kertas tetap bisa dipakai.</span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Malaysia bahkan lebih rapi lagi. Jamaahnya menerima “Kad Haji Pintar” yang sudah terintegrasi dengan chip, data imigrasi, dan akses transportasi, semuanya aktif sejak di Kuala Lumpur. Tidak ada cerita “kartu darurat dicetak di bandara.”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Perbandingan ini memperlihatkan: digitalisasi ibadah bukan sekadar soal aplikasi canggih, melainkan soal consistency of execution. Turki disiplin administrasi, Mesir bertahap, Maroko realistis, Malaysia integratif. Nusuk sebaliknya: terlalu ambisius, tapi eksekusinya mendadak manual.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Masalah lain: integrasi lintas negara. Setiap negara punya sistemnya sendiri —Malaysia dengan smart card, Turki dengan biometrik, Mesir dengan kartu distrik. Namun begitu sampai di Arab Saudi, semuanya harus tunduk pada Nusuk.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Sistem Nusuk bersifat sentralistik, Saudi-centric. Identitas digital negara asal tak ada nilainya. Ibarat punya SIM internasional, tapi tetap dipaksa bikin SIM lokal. Akibatnya jamaah menanggung identitas berlapis: paspor nasional, kartu haji lokal, dan tetap kartu Nusuk. Alih-alih menyederhanakan, justru menambah kompleksitas.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Pada akhirnya, Nusuk menjadi cermin ambisi besar yang terjebak pada eksekusi kecil. Ia lahir dari visi modernisasi, tapi tersandung distribusi kartu yang telat. Ia hendak menjadi solusi, tetapi kerap berubah menjadi beban.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ibrahim dari Mentawai barangkali akan pulang sambil berkata: “Haji itu berat. Thawaf tujuh putaran, sa’i tujuh kali bolak-balik, wukuf sehari semalam. Tapi yang paling berat adalah mencari kartu Nusuk yang baru dicetak.”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dan siapa tahu, suatu hari nanti, rukun haji resmi bertambah: niat, ihram, thawaf, sa’i, wukuf, melempar jumrah, dan… scan barcode. Begitu pula umrah, baru “sah” dan terlaksana dengan pakai nusuk digital. (*)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><i>Cak AT – Ahmadie Thaha</i></b></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 25/8/2025</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMMJlCQMThwpXBMboyQuD13zurTRiEhKjS64qtUsh8AZbgSXaKV1_0qQX1G6uFg2BBRiOeqn2BVccv5YMu51-SI-ur4AieUJS5mJRQoCn6hKu0RkFjjHasMH0KOtqdurdSpqMuuyHV2rvIYxYoc-oJCJo8FVpmHMvw4M9wrN1MVKAJujT_Y5VCOui9Aw/s720/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="720" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMMJlCQMThwpXBMboyQuD13zurTRiEhKjS64qtUsh8AZbgSXaKV1_0qQX1G6uFg2BBRiOeqn2BVccv5YMu51-SI-ur4AieUJS5mJRQoCn6hKu0RkFjjHasMH0KOtqdurdSpqMuuyHV2rvIYxYoc-oJCJo8FVpmHMvw4M9wrN1MVKAJujT_Y5VCOui9Aw/w640-h398/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" width="640" /></a></div><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1ilxUFAbWN4FsKd6rJ_Dl9L7WmMUOjsUX8AzEMJpUYZTwsJZzhHlGGlLamvzOTDUVmUMo1b5pB7zSTG1RnLYvLiI8pQ0oo9yrd960Jyb6VYPCJhIdBRFOaGeAAocJzQ4i8w3nl2imaMovbF_2DriEDDxS_XXjh8XWvObqjDlv1lqJLFpkY631ysjQ3A/s2733/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2694" data-original-width="2733" height="630" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1ilxUFAbWN4FsKd6rJ_Dl9L7WmMUOjsUX8AzEMJpUYZTwsJZzhHlGGlLamvzOTDUVmUMo1b5pB7zSTG1RnLYvLiI8pQ0oo9yrd960Jyb6VYPCJhIdBRFOaGeAAocJzQ4i8w3nl2imaMovbF_2DriEDDxS_XXjh8XWvObqjDlv1lqJLFpkY631ysjQ3A/w640-h630/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" width="640" /></a></div><br />

Rukun Digital Umrah-Haji

Catatan Cak AT BAYANGKAN Ibrahim, seorang nelayan dari pedalaman Kepulauan Mentawai. Hidupnya sederhana: laut adalah kantor, jala adalah kom...

Baca selengkapnya »

Apakah Indonesia Membutuhkan Dokter Revolusioner?

<p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b></b></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg45nviEdO2CT0JC6DbchDgxuDsgFxwzs6jaCzw9on9doeHoHaUCDPGeeKHkG1VQCTLvl0mrjIaaAcRF5_TkNb3bksqwZB7JhLOvsY8uKa5-ErkWoBsZUGU7Hy0D5iEqeYBQsG30xRAJsMtQ0L0EHilL03rhTs_1RNqJ-gJ3ETv761R3uK-lfizcQbAaw/s768/Apakah%20Indonesia%20Membutuhkan%20Dokter%20Revolusioner.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="539" data-original-width="768" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg45nviEdO2CT0JC6DbchDgxuDsgFxwzs6jaCzw9on9doeHoHaUCDPGeeKHkG1VQCTLvl0mrjIaaAcRF5_TkNb3bksqwZB7JhLOvsY8uKa5-ErkWoBsZUGU7Hy0D5iEqeYBQsG30xRAJsMtQ0L0EHilL03rhTs_1RNqJ-gJ3ETv761R3uK-lfizcQbAaw/s320/Apakah%20Indonesia%20Membutuhkan%20Dokter%20Revolusioner.jpg" width="320" /></a></b></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Novita Sari Yahya</b></span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">PERTANYAAN ini muncul ketika saya membaca postingan di Twitter yang ditulis oleh seorang dokter. Tulisan lengkapnya adalah: “Ibu saya Farida Hanum Bustamam mengatakan bahwa saat menjadi dokter, kita bisa menyembuhkan banyak orang. Kemudian, diberikan makna tambahan oleh guru neurointervensi saya, Prof. Jao Li Qun, bahwa dengan menjadi dokter peneliti, kita akan menyembuhkan ribuan orang lebih banyak. Akan tetapi, satu pesan yang selalu tergiang di kepala saya adalah ucapan Dr. Sun Yat Sen, yaitu jika menjadi seorang dokter revolusioner, maka dapat menyembuhkan satu bangsa.”</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Definisi Dokter Revolusioner</span></b></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Berdasarkan beberapa referensi, pengertian dokter revolusioner adalah dokter yang tidak hanya menjalankan praktik kedokteran, tetapi juga berperan aktif dalam perubahan sosial, politik, dan kemerdekaan suatu bangsa. Mereka menggunakan keilmuan dan posisi mereka untuk melawan penindasan, menyebarkan gagasan baru tentang kesetaraan dan pendidikan, serta menginisiasi gerakan untuk kemerdekaan.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Contoh Dokter Revolusioner</span></b></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Beberapa contoh dokter revolusioner adalah:</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dr. Wahidin Soedirohoesodo (Indonesia)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo (Indonesia)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dr. José Rizal (Filipina)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dr. Ernesto “Che” Guevara (Argentina/Kuba)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dr. Sun Yat-sen (China)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dr. . Radjiman Wedyodiningrat (Indonesia)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Drg. Moestopo (Indonesia)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dr. Sagaf Yahya (Indonesia)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Saya merasa bangga ketika membaca bahwa beberapa dokter Indonesia tercatat sebagai dokter revolusioner. Perjuangan mereka tidak hanya terbatas pada praktik kedokteran, tetapi juga melibatkan perubahan sosial dan politik yang signifikan. Dan yang membuat saya senyum adalah nama kakek saya, dr. Sagaf Yahya, tercantum sejajar dengan dokter revolusioner lainnya dari seluruh dunia.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Saya akan menceritakan kisah kakek saya sebagai dokter revolusioner yang jarang ditulis dalam sejarah. Ayah saya, dr. Enir Reni Sagaf Yahya, menceritakan bahwa ketika berusia 5 tahun, dia mengantarkan makanan ke penjara untuk ayahnya yang dipenjara oleh Jepang.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dr. Sagaf Yahya, Pendiri Partai Parindra di Jambi</span></b></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dr. Sagaf Yahya adalah pendiri Partai Parindra di Jambi pada tahun 1935. Partai ini merupakan partai terbesar dengan sistem kaderisasi terbaik, terutama di kalangan pemuda. Partai ini disiapkan untuk kemerdekaan Indonesia. Ketika Jepang masuk ke Jambi pada tahun 1942, dr. Sagaf Yahya dipenjarakan selama 3 tahun karena dianggap sebagai pendiri partai dan persiapan untuk kemerdekaan Indonesia. Setelah pembebasan, dr. Sagaf Yahya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jambi dan menjadi Residen pertama Jambi pada tahun 1945.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Pengalaman Ayah Saya</span></b></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ayah saya juga menceritakan tentang pengalaman dia sebagai mahasiswa kedokteran yang bergabung dengan PRRI. Banyak temannya yang meninggal dalam perjuangan tersebut. Setelah amnesti oleh Soekarno, ayah saya melanjutkan kuliah di FK UNAND dan menjadi dokter puskesmas, RSUD, dan bekerja di Kelantan Malaysia.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dokter Revolusioner Perjalanan hidup dipenjarakan, terbunuh dan disingkirkan</span></b></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Gambaran nyata ini merupakan bagian dari kehidupan saya yang diceritakan kembali untuk mengingatkan tentang sejarah nyata dokter revolusioner. Mereka dipenjara, terbunuh, dan disingkirkan karena pengkhianatan. Bagaimana dengan dokter revolusioner zaman Orde Baru? Saya menulis tentang Hariman Siregar, yang merupakan contoh dokter revolusioner yang menjalani kehidupan pahit sebagai aktivis Indonesia.</span></p><p><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2XAD2NGRaviCjGNRu9tg0QqyyWggOoHRkSSiJBZgg9AolBB2NmN5HGaiG6NR-El531PqWlQDZnh1M-Gcci7VAeJcz7EUt_MDddRa823caDr7E9tO1EQaV1kyvnpPQGb2w0dZCk43i36auOdxxLmCOjcQXgTDYHgR4wBCVGsnVI5J5cTmcsVNWC0PXQQ/s2733/Yuuk%20jadi%20biro%20perwakilan%20sumatrazone.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1876" data-original-width="2733" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2XAD2NGRaviCjGNRu9tg0QqyyWggOoHRkSSiJBZgg9AolBB2NmN5HGaiG6NR-El531PqWlQDZnh1M-Gcci7VAeJcz7EUt_MDddRa823caDr7E9tO1EQaV1kyvnpPQGb2w0dZCk43i36auOdxxLmCOjcQXgTDYHgR4wBCVGsnVI5J5cTmcsVNWC0PXQQ/s320/Yuuk%20jadi%20biro%20perwakilan%20sumatrazone.jpg" width="320" /></a></span></b></div><b><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dokter Revolusioner Zaman Orde Baru</span></b><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Ketika menulis tentang dokter revolusioner zaman Orde Baru, saya teringat pada Hariman Siregar. Bagi saya, Hariman Siregar adalah contoh dokter revolusioner yang menjalani kehidupan pahit sebagai aktivis Indonesia. Saya tertarik menuliskan pandangan Hariman Siregar tentang dokter revolusioner yang bertindak dalam perubahan sosial dan politik.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dengan demikian, tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang dokter revolusioner dan peran mereka dalam perubahan sosial dan politik di Indonesia.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Dokter revolusioner Hariman Siregar harus menghadapi berbagai tantangan berat setelah peristiwa Malari 1974. Ia mendekam di penjara, kehilangan bayi kembar, sang istri yang hilang ingatan, wafatnya sang ayah, serta mertuanya, Prof. Sarbini Soemawinata, yang juga mendekam di penjara.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Peristiwa Malari dan deretan peristiwa kehidupan Hariman Siregar di penjara menyebabkan ia jarang menyinggung masa-masa ini. Kalaupun ia mengisahkannya, selalu dengan mata berkaca, pertanda ia tak mampu menahan kesedihan bila mengenang masa-masa tersebut. Namun, Hariman segera menyadari bahwa itulah konsekuensi yang harus ditanggungnya atas sikap kritisnya terhadap rezim Orde Baru.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Semua kesedihan itu merupakan harga yang harus dibayarnya karena melawan suatu rezim otoriter dan represif. Sebagai ekspresi kesedihan itu, selama di penjara Hariman selalu menuangkannya dalam catatan harian. “Namun, bila membaca kembali catatan harian itu hanyalah kecengengan belaka. Sekadar uraian perasaan dan pikiran yang mendatangkan kesedihan. Padahal, gue nggak boleh lengah apalagi kalah oleh kesedihan. Gue harus mampu membuat diri gue sendiri menjadi kuat. Gue sedang melawan kekuasaan Soeharto, sampai mati gue nggak boleh kalah. Kita mesti kuat, meskipun dia (Soeharto) terus menginjak-injak kita,” begitulah tekad Hariman.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Hariman bertekad tak mau kalah dalam menghadapi rezim Soeharto, meski badannya mendekam di penjara. Ia mengenang masa-masa mendekam di penjara: “Di penjara sebenarnya gue sedang berhadapan juga dengan kekuasaan Soeharto dalam wujudnya yang lain. Di penjara kekuasaan itu dimanifestasikan melalui sipir penjara, prajurit penjaga, petugas pengawal, bahkan lewat benda mati seperti tembok dan gembok! Kalau kita sudah dikunci di dalam sel, kita tak bisa melawan kekuasaan tembok dan gembok. Kita tak bisa lagi melawan prajurit dan penjaga penjara yang mengunci sel. Wujud kekuasaan kini berganti. Tidak lagi berupa sosok Soeharto, melainkan bunyi ‘klik’ misterius ketika pintu sel kita digembok dari luar. Dan suara ‘klik’ itu sungguh menimbulkan rasa kebencian yang amat sangat. Karena secara telak kita menyadari bahwa kita sangat tidak berdaya. Tidak memiliki kekuatan perlawanan apa pun, kecuali kepasrahan.”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Apa yang dialami Hariman Siregar adalah peristiwa yang dialami oleh semua dokter revolusioner di dunia. Saya menceritakan bagaimana kakek saya, dr. Sagaf Yahya, dipenjarakan Jepang dan tentu mengalami hal yang sama, ketakutan di dalam penjara, penyiksaan fisik dan psikis sehingga menderita asma berat setelah keluar dari penjara Jepang. Akibat asma berat, terpaksa menyuntik dirinya sendiri kalau asmanya kambuh. Diminta lengser dari jabatan Residen pertama Jambi dengan alasan kesehatan yang tidak memungkinkan untuk menjalankan pemerintahan. Mungkin alasan lainnya karena politik.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Begitu juga pengalaman ayah saya sebagai mahasiswa yang terlibat di PRRI. Melihat dan menyaksikan temannya sesama mahasiswa kedokteran mati tertembak atau disiksa kalau tertangkap. Cerita ini menjadi penting untuk memahami apakah siap menjadi dokter revolusioner, berperang dengan ketakutan, kelaparan, tersingkirkan, bahkan kehilangan orang-orang yang disayangi.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Bagi saya, menjadi dokter revolusioner adalah seperti pernyataan Hariman Siregar</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Hal yang menarik bagi saya tentang Hariman Siregar, dokter revolusioner generasi ketiga yang dijuluki media, adalah pidatonya di ujung tahun 1973 dengan judul “Pidato Pernyataan Diri Mahasiswa” di hadapan dosen dan mahasiswa dari Jakarta, Bogor, dan Bandung. Pidato tersebut begitu menghentak dan meledak-ledak.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Penggalan pidato tersebut adalah: “Kita menerima kenyataan pahit bahwa kenaikan bantuan luar negeri dan modal asing adalah merugikan Indonesia. Masalahnya adalah bahwa sumber-sumber luar tadi tidak menguntungkan rakyat banyak, tidak sampai kepada rakyat banyak. Jelas, elite penguasa di Indonesia tidak mau bertanggung jawab untuk soal ini. Kepada para koruptor penjual bangsa, pencatut-pencatut sumber alam Indonesia yang mengejar-ngejar komisi sepuluh persen, kami serukan: bersiap-siaplah menghadapi gerakan kami yang akan datang.”</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Pernyataan Hariman Siregar tentang bagaimana tugas dokter revolusioner juga sangat menarik. Menurutnya, tugas dokter revolusioner bukan hanya mengobati pasien di pelayanan, tetapi juga menggerakkan revolusi melawan ketidakadilan, kesenjangan sosial, serta melawan penindasan, termasuk memperjuangkan kemerdekaan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Pertanyaannya adalah: dengan kondisi Indonesia hari ini,</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Apakah sudah harus muncul dokter revolusioner generasi keempat?</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Apakah dokter hari ini sudah siap menghadapi risiko dari perjuangan seperti generasi pertama, kedua, dan ketiga?</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Apakah semangat revolusioner generasi dokter sebelumnya masih ada dalam pemikiran, jiwa, dan dokter Indonesia hari ini?</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Jawabannya ada pada diri dokter Indonesia yang membaca tulisan ini. Hidup perjuangan rakyat! Merdeka, merdeka, merdeka 100 persen! (*)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><b><span style="font-family: helvetica;">Referensi:</span></b></p><p><span style="font-family: helvetica;">Husin Akip Cs Kibarkan Bendera di Menara Air –</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">https://share.google/GQFDgjvHI8jJmz4KZ</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Hasibuan, I., Airlambang, & Yosef Rizal. (2011). Hariman dan Malari: Gelombang Aksi Mahasiswa Menentang Modal Asing. Jakarta: Q-Communication.</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Hariman, Malari, dan Generasi Ketiga Dokter Pergerakan – KBA News https://share.google/RVLQzdqu2JzG530R3</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Peristiwa Malari 1974: Demonstrasi Tolak Kunjungan PM Jepang Kakuei Tanaka Berujung Rusuh | https://share.google/0gfcLK9Ii8qYFFr1x</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">​PRRI, Uji Nyali Orang Minang Lawan Soekarno – Prokabar https://share.google/WJaaVJ5rXvJ1PX4er</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Zainuddin, R., dkk. (1978/1979). Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi. Jakarta: Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Novita Sari Yahya</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Kegiatan sehari-hari penulis dan peneliti.</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Penulis buku</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">1..Romansa Cinta</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">2.Padusi: Alam Takambang Jadi Guru</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Novita & Kebangsaan</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Makna di setiap rasa antologi 100 puisi bersertifikat lomba nasional dan internasional</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Siluet cinta, pelangi rindu</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Self Love : Rumah Perlindungan Diri.</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Kontak pembelian buku : 089520018812</span></p><p><span style="font-family: helvetica;">Instagram: @novita.kebangsaan </span></p><p><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmD14EQpKOxFQJfGNZOgVxCQZnVSW7-CCIjrh8tuwSUaJDUpHPv4Wjkq7jgOJ-Fsk6CpBTNzPzEMr9mKI5Le9_lf10iN9txw8kOcRJhurCgWyEqx58-XNk_r14YtFk6ooQvrqvz3J98aU1aTd6wSvDaWLjDTutEkacLFcLrpbUy9BiZPxnJm3E-6L3qw/s720/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="720" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmD14EQpKOxFQJfGNZOgVxCQZnVSW7-CCIjrh8tuwSUaJDUpHPv4Wjkq7jgOJ-Fsk6CpBTNzPzEMr9mKI5Le9_lf10iN9txw8kOcRJhurCgWyEqx58-XNk_r14YtFk6ooQvrqvz3J98aU1aTd6wSvDaWLjDTutEkacLFcLrpbUy9BiZPxnJm3E-6L3qw/w640-h398/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" width="640" /></a></div><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAqb1U1-Pc2O4zsZnwhhyNQZLxvhLpwUSoh3sTbFIx7fgU6wDBWjcWG-d-mpy4PzJdc-mMh27VES5IIsqfp6czH3_SbxoTxBQzgPnJiWa_VEqaVfMA5n0iS7102EnR4TmoJo0I7SoSvDcQ0YpsdhM8uX2W8l33FT7BjBrXjlS9HHUWyjnE4Vz88kweYA/s2733/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2694" data-original-width="2733" height="630" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAqb1U1-Pc2O4zsZnwhhyNQZLxvhLpwUSoh3sTbFIx7fgU6wDBWjcWG-d-mpy4PzJdc-mMh27VES5IIsqfp6czH3_SbxoTxBQzgPnJiWa_VEqaVfMA5n0iS7102EnR4TmoJo0I7SoSvDcQ0YpsdhM8uX2W8l33FT7BjBrXjlS9HHUWyjnE4Vz88kweYA/w640-h630/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" width="640" /></a></div><br />

Apakah Indonesia Membutuhkan Dokter Revolusioner?

Novita Sari Yahya PERTANYAAN ini muncul ketika saya membaca postingan di Twitter yang ditulis oleh seorang dokter. Tulisan lengkapnya adalah...

Baca selengkapnya »

Prabowo, Presiden yang Meruntuhkan 3 Mitos Hidup Orang Indonesia

<p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b></b></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpGLM2dZOOBHpibmeIOpPwbKWXAnlA394Judcy1EgFTsgfmtnUryVXiKK4_Er8iAKyn7jLgnxhEkTiEXghiMYuZ7YZak_lSyIS6oLdRaaKKC0Z-C3oO961TrWgONRPljrQ9WkXIUgDcWUljSkcjIvfjfxXOxNBXWRMeR0QDfv0UyqQ2NiKs4gRXoCcHw/s600/Wowo%20Presiden%20Peruntuh%203%20Mitos%20Orang%20Indon.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="498" data-original-width="600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpGLM2dZOOBHpibmeIOpPwbKWXAnlA394Judcy1EgFTsgfmtnUryVXiKK4_Er8iAKyn7jLgnxhEkTiEXghiMYuZ7YZak_lSyIS6oLdRaaKKC0Z-C3oO961TrWgONRPljrQ9WkXIUgDcWUljSkcjIvfjfxXOxNBXWRMeR0QDfv0UyqQ2NiKs4gRXoCcHw/s320/Wowo%20Presiden%20Peruntuh%203%20Mitos%20Orang%20Indon.jpg" width="320" /></a></b></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b>Asrul Sani Abu</b></span><p></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">KITA sering hidup dengan mitos. Diajarkan sejak kecil, diwariskan turun-temurun, bahkan diyakini seakan itu hukum alam yang abadi. Tapi sejarah menunjukkan, mitos bisa runtuh. Dan Presiden Prabowo adalah buktinya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Mitos Pertama: Banyak anak, banyak rezeki</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Faktanya, Prabowo hanya punya satu anak. Namun rezekinya melimpah ruah, bukan sekadar harta, tapi juga mandat besar dari 270 juta rakyat Indonesia.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Mitos Kedua: Presiden harus punya Ibu Negara.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Nyatanya, Prabowo tetap berdiri kokoh tanpa pendamping resmi di Istana. Ia tetap dihormati, disegani, dan wibawanya tidak berkurang sedikit pun.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Mitos Ketiga: Banyak menikah, banyak rezeki.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Bapak Prabowo justru seorang duda. Tapi siapa sangka, di tengah kesendiriannya, rezeki, kekuasaan, dan kehormatan justru semakin deras mengalir padanya.</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;">Jadi, masih percayakah kita dengan ketiga mitos ini?…. (*)</span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><b><i>Salam</i></b></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitmpABgbUzPEItlJMu9VjP1CVjJ8awBe3mzRI367wkEwNOHxhw8q5LqGZ-b1JxIfcLuls1pFFuyV8ipQGDN1EugaSRHxwy2sqrn3MTRU2X_X2aGFxA1VDVoCJrxESzw02tVa4GIDayQRcuZOCEUAaGo6NhYBcb3F9DcFpiZy_sxHhPiXUkR9mX5bTP6A/s720/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="720" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitmpABgbUzPEItlJMu9VjP1CVjJ8awBe3mzRI367wkEwNOHxhw8q5LqGZ-b1JxIfcLuls1pFFuyV8ipQGDN1EugaSRHxwy2sqrn3MTRU2X_X2aGFxA1VDVoCJrxESzw02tVa4GIDayQRcuZOCEUAaGo6NhYBcb3F9DcFpiZy_sxHhPiXUkR9mX5bTP6A/w640-h398/ROBINSON%20KONSULTAN%20PERTANAHAN%20TERPERCAYA%20REPUBLIK%20INDONESIA.JPG" width="640" /></a></span></div><span style="font-family: helvetica; font-size: large;"> </span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ_7B5IBa8gJsMrHMsP6FzvuOmz1vo1uR5OXyoJ7PijCU7HBP7smR09drXJY7jiR5bcCORYwS8nbPGh2zBLzWvWoDexXiRkvabOO3dHQi8vvZBJ_p7dkd4rcoOsZXiLM8l074-oPxOIqrykVBQ6JpXRG402E3AV6tNBKtjgSE-j0jrcBt9lp1n23uVzw/s2733/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-size: large;"><img border="0" data-original-height="2694" data-original-width="2733" height="630" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ_7B5IBa8gJsMrHMsP6FzvuOmz1vo1uR5OXyoJ7PijCU7HBP7smR09drXJY7jiR5bcCORYwS8nbPGh2zBLzWvWoDexXiRkvabOO3dHQi8vvZBJ_p7dkd4rcoOsZXiLM8l074-oPxOIqrykVBQ6JpXRG402E3AV6tNBKtjgSE-j0jrcBt9lp1n23uVzw/w640-h630/kampus%20vokasi%20terbaik.jpg" width="640" /></span></a></div><br /><p></p>

Prabowo, Presiden yang Meruntuhkan 3 Mitos Hidup Orang Indonesia

Asrul Sani Abu KITA sering hidup dengan mitos. Diajarkan sejak kecil, diwariskan turun-temurun, bahkan diyakini seakan itu hukum alam yang a...

Baca selengkapnya »