PAYAKUMBUH, SUMBAR -- Belum sempat terealisasi setelah dicanangkan pada 2004 lalu, akhirnya pada 2021 helat Kemah Seniman Sumatera Barat (Sumbar bertajuk "Mambasuik dari Bumi" digelar juga oleh Dinas Kebudayaan Sumbar. Kegiatan  dilangsungkan selama tiga hari di Lapangan Komunitas Intro Koto Nan Ampek,  "kota botiah" Payakumbuh, mulai Kamis hingga Sabtu (11-13/11/2021) ini. 

Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan Sumbar Gemala Ranti mengklaim bahwa kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Gubernur Mahyeldi pada Kamis (11/11/2021) malam tersebut melibatkan banyak seniman dan pihak yang berkaitan se-Sumbar. 

Sedikitnya 200 orang seniman dari berbagai bidang hadir dalam kegiatan akhir tahun yang menurut gubernur dalam sambutan di acara pembukaan Kamis (11/11/2021) malam merupakan "obat rindu" antara sesama seniman di Sumbar. Bahkan pada kesempatan yang sama,  Ketua DPRD Sumbar, Supardi, berharap, Kemah Seniman Sumbar bisa menjadi agenda rutin bahkan jika bisa dikembangkan jadi Kemah Seniman Nusantara.


“Kegiatan kemah seniman ini adalah kegiatan yang belum sempat dilaksanakan, kita berupaya melibatkan seniman di berbagai bidang seni. Berharap kegiatan ini membuka ruang untuk bersilaturahmi bagi seniman agar terjalin kerjasama dalam berkarya, kita berharap ke depannya akan ada kolaborasi dari berbagai bidang seni,” ungkap Kadis Kebudayaan Gemala Ranti saat jumpa pers pra iven di Padang, Selasa (9/11/2021) lalu.

Kepala Bidang (Kabid) Kesenian dan Diplomasi Budaya, Ilfitra menjelaskan, kegiatan yang terlaksana atas inisiasi DPRD Sumbar melalui dana pokir ini melibatkan 200 seniman se-Sumbar. 

Sementara, Kepala Seksi (Kasi) Diplomasi Budaya, Viveri Yudi mengungkapkan, sebenarnya kegiatan sejenis pertama kali muncul di Sumbar pada tahun 1983 melalui Badan Koordinasi Kesenian Indonesia. Namun, tahun ini melalui Dinas Kebudayaan, dilaksanakan kembali.


Terkait teknis kegiatan Kemah Seniman Sumbar di Kota Payakumbuh tersebut, ia menjelaskan bahwa untuk peserta pihaknya selaku panitia penyelenggara memakai dua metode. Pertama peserta undangan, yaitu yang direkomendasikan oleh masing-masing kurator dari bidang seni musik, teater, sastra, seni rupa dan khusus seni tradisi. "Ada persyaratan tertentu, misalnya seniman tersebut sudah memiliki karya,” ujarnya. Kelompok kedua, peserta openpole, yaitu terbuka. 

Feri menambahkan Kemah Seniman biasanya dilaksanakan di tempat kelahiran tokoh kebudayaan, yang pernah berkontribusi untuk kesenian di Sumbar.

Sekarang, dengan tagline "Mambasuik dari Bumi", kegiatan Kemah Seniman harus mengapresiasi, mengeksplorasi dan mengekspos kebudayaan dimana kegiatan dilaksanakan.

“Tidak hanya berupa keseniannya, tetapi juga kulinernya. Kemudian mencari kurator yang sebagian besar berasal dari daerah dimana kemah itu dilaksanakan. Kita coba mendorong untuk melahirkan analisa-analisa terhadap karya seni,” tuturnya.


Kegiatan Kemah Seniman Sumbar diisi serangkaian pertunjukan, diskusi, workshop dan pameran. Pertunjukan ditampilkan oleh penampil Minang dari luar yaitu Alfianto dan Rani Jambak. 

Juga hadir enam kurator, yaitu Iyut Fitra, Robi Satria, Andika, Andi Porong, Dela Nasution. Kebetulan didominasi oleh anak muda, sementara Iyut Fitra merupakan kurator senior. 

Wali Kota Payakumbuh Riza Falepi berharap, Kemah Seniman bisa memperkuat kebudayaan. Sebab budaya merupakan hal yang patut untuk dipertahankan, dikembangkan dan diwariskan pada generasi muda.

Pemko Payakumbuh terang Riza, sedang memikirkan membuat tempat literasi budaya Minang. Hal ini dimaksudkan supaya bisa dipelajari banyak pihak.

#red/f:dok.fb feni effendi/msubhan/fplpasbar/s.juned/denimailizon








 
Top