Oleh: Irwan Prayitno
          - Gubernur Sumatera Barat


Di kota-kota metropolitan dunia, terutama di negara maju sudah lazim didapati kereta api dalam berbagai bentuknya menjadi angkutan massal yang efektif mengantar orang ke berbagai tujuan dalam jumlah banyak dan waktu yang singkat. 

Dalam perkembangannya ada kereta api yang berubah menjadi kereta listrik. Karena lebih efektif dan efisien dalam hal waktu perjalanan dan biaya, jumlah orang yang menggunakan transportasi kereta api yang ada di bawah tanah lebih banyak dibanding pengguna transportasi lainnya yang berada di atas tanah. 

Tanpa kereta api, kemacetan di kota-kota tersebut akan makin bertambah. Sedangkan sudah ada kereta api saja kemacetan tetap terjadi. Negara-negara maju memang sudah lama menjadikan kereta api sebagai alat transportasi massal yang efektif dan dapat diandalkan. 

Akan halnya Indonesia, meskipun ada yang menganggap perkembangan pemanfaatan kereta api sebagai angkutan massal di kota-kota Indonesia terlambat tapi tetap lebih baik diwujudkan perlahan-lahan dibanding tidak menerapkannya sama sekali. Karena dengan perkembangan yang sudah ada, kereta api menjadi angkutan yang cukup nyaman dan bisa diandalkan. 

Pada 21 Mei 2018 lalu Presiden Joko Widodo meresmikan pengoperasian kereta api bandara dengan rute BIM – Simpang Aru. Perencanaan jalur kereta yang sudah berbilang puluhan tahun ini dengan dukungan dari berbagai pihak akhirnya bisa diwujudkan. Dan ini menjadi kebanggaan bagi masyarakat Sumbar. Karena ini merupakan kereta api bandara yang ketiga di Indonesia, setelah Bandara Kualanamu (Medan) dan Bandara Soekarno Hatta (Jakarta). 

Saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu di sini, yang telah turut berkontribusi kepada perkembangan transportasi berbasis kereta di Sumbar. Baik dari yang terkait langsung dengan dunia perkeretaapian (instansi pemerintah, pemerintah daerah, OPD, LSM), maupun tokoh-tokoh Minang di rantau dan ranah, serta perantau dan masyarakat Sumbar. Semoga perhatian yang cukup besar ini juga bisa memperlancar pembangunan perkeretaapian di Sumbar. 

Pemikiran yang datang dari rantau maupun ranah tentang pentingnya pembangunan perkeretaapian di Sumbar menunjukkan bahwa sangat banyak orang yang sadar bahwa membangun kembali transportasi kereta api sebagai alat transportasi massal di Sumbar menjadi hal penting. Dari respon yang sangat antusias ini, kami di pemprov pun berusaha maksimal agar kereta api bisa menjadi alat transportasi massal yang mampu menghubungkan berbagai tempat di Sumbar. 

Saat ini di Sumbar sedang berlangsung revitalisasi jalur kereta api Padang – Padang Panjang -  Bukittinggi – Payakumbuh, dan Padang - Padang Panjang – Solok – Sawahlunto – Sijunjung. Rute ini sudah memiliki jalur yang sempat mati cukup lama. Dengan respon yang sangat antusias dari masyarakat di Sumbar dan para perantau, terutama terhadap kereta api bandara, maka kami pun mohon dukungan untuk revitalisasi jalur ini. Mudah-mudahan dua rute tersebut bisa diwujudkan dengan dukungan seluruh pihak. 

Selain itu, kami juga sedang merevitalisasi jalur kereta ke Riau yang juga sudah diprogramkan oleh pemerintah pusat. Yaitu rute Sijunjung – Riau. Pembangunan kembali jalur kereta api di Sumbar sudah kami kemukakan langsung kepada Presiden Joko Widodo, baik saat kami memberikan sambutan pada peresmian kereta api bandara maupun saat menemani Presiden dalam kunjungan kerja di Sumbar.

Jika revitalisasi jalur kereta di Sumbar dan juga Sumbar – Riau terwujud, maka insya Allah akan memberikan dampak positif yang sangat banyak kepada masyarakat. Baik dalam mengurangi kemacetan, perpindahan orang antar kota yang lebih cepat, semakin meningkatnya pariwisata yang sangat potensial meningkatkan kesejahteraan masyarakat, semakin bergeraknya perekonomian, semakin rendahnya biaya logistik, dan juga dampak positif lainnya yang akan muncul setelah kereta api di jalur tersebut beroperasi. ***

# Tulisan ini dipublish pertama kali oleh SHU Singgalang, terbitan hari Selasa 3 Juli 2018

 
Top