JAKARTA -- Pemerintah mengirim tim untuk menelusuri motif serangkaian penyerangan terhadap pemuka agama dan tempat-tempat ibadah. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menilai penyerangan ini bukan ‘permainan’ baru.

"Ini kan permainan lama?, jangan-jangan ada yang main-main,” ucap Moeldoko di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (20/2/2018).

Mantan Panglima TNI ini belum bisa menyimpulkan apakah penyerangan itu terkait dengan Pilpres 2019. Namun, sejumlah pihak sudah menggiring isu tersebut dengan pertarungan pilpres.

“Itu menjadi sensitif karena mendekati ke sana. Kan gitu?,” kata Moeldoko.

Seperti yang ditegaskan Presiden Joko Widodo sebelumnya, lanjut Moeldoko, pelaku penyerang pemuka agama akan ditindak tegas. Tidak ada tempat di negeri ini bagi mereka yang melakukan tindakan kekerasan.

“Entah itu tindakan kekerasan apalagi intoleransi, harus ditindak tegas,” ujar dia.

Diberitakan, penyerangan terhadap pemuka agama dan rumah ibadah terjadi di beberapa tempat. Pada Kamis (1/2/2018) pagi, Ketua Brigade Persatuan Islam Indonesia (Persis) Ustaz R Prawoto dianiaya Asep Maftuh. Prawoto akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di kawasan Burujul, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, pada malam harinya.

Penyerangan lain juga terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hidayah Santiong, Kampung Sentiong RT 04/01, Desa Cicalengka Kulon, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Pengasuh Ponpes Al-Hidayah Santiong, KH Emon Umar Basyri diserang oleh orang tak dikenal.

Setelah itu terjadi penyerangan terhadap romo dan sejumlah jemaat di Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta pada Minggu (11/2/2018). Belakangan diketahui, pelaku penyerangan adalah seorang mahasiswa bernama Suliyono.

Di Tuban pada Selasa (13/2/2018), pria berinisial MZ mengamuk dan merusak Masjid Baitur Rohim Tuban. Dia memecahkan kaca masjid lantaran kesal ditegur oleh petugas masjid.

Pada Minggu (18/2/2018) kemarin, patung di Pura di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dirusak orang tak dikenal. Perusakan terjadi pada dua patung yang ada di pintu depan gapura Pura Mandara Giri Semeru Agung.

 
Top