Oleh: Irwan Prayitno*

PADA kunjungan Anwar Ibrahim di Sumbar selama beberapa hari pada Oktober 2018 lalu, saya sempat mencatat beberapa poin penting ketika bersama beliau. Di antaranya adalah kisah setelah dibebaskan dari penjara. 

Anwar Ibrahim mengikuti pemilu sela untuk menjadi anggota parlemen Malaysia, dan nantinya sebagai syarat untuk menjadi Perdana Menteri Malaysia. Ia memilih sebuah tempat atau dapil (daerah pemilihan) bernama Port Dickson Negeri Sembilan.

Anwar sebenarnya bisa memilih Penang, yang merupakan basis suara utamanya untuk mendapatkan kemenangan. Pihak lain bahkan ada yang menawarkan daerah tertentu agar bisa menang. Para kader Partai Keadilan Rakyat (PKR) juga menawarkan Anwar daerah mereka sebagai tempat pemilu. Tetapi Anwar memilih sebuah tempat yang tidak ada basis pemilih fanatik atau pemilih yang berbasis hubungan keluarga dan teman. 

Anwar melakukan hal ini untuk meyakinkan dirinya bahwa ia bisa diterima oleh berbagai komunitas ras maupun agama. Anwar ingin diterima di semua daerah sebagai pemimpin. Anwar tidak ingin menang di kandang sendiri. 

Tidak diduga sama sekali ternyata Anwar meraih 71 persen dari total suara.  Anwar menyebut bahwa kemenangannya di Port Dickson turut disumbangkan oleh orang Melayu di sana.  Yaitu orang-orang Minang. Orang minang yang merantau ke Malaysia. Sehingga ada “saham” orang Minang atas kemenangannya di Port Dickson. 

Anwar yang datang ke berbagai tempat di Sumbar, menyampaikan kekagumannya terhadap Minang. Diawali dari kekaguman terhadap budaya Minang yang dilihatnya seperti pantun, tarian, pakaian, kuliner dan lainnya. 

Kemudian Anwar juga menyampaikan kekagumannya kepada tokoh-tokoh Minang yang menjadi inspirator, motivator dan rujukan dirinya dalam berjuang. Anwar menyebut Bung Hatta dan judul-judul bukunya, yang banyak membicarakan ekonomi kerakyatan. Kemudian disebutnya M. Natsir, tokoh Islam yang sangat dikagumi dunia yang juga pemimpin parpol Islam terkenal. Buya Hamka juga ia sebut bersama buku-bukunya, termasuk Tafsir Al Azhar dan novel-novelnya. Anwar sewaktu orasi pengukuhan gelar Doktor Honoris Causa juga menyebut M. Yamin dan Sutan Syahrir. 

Satu hal menarik dari Anwar Ibrahim, ia juga seorang sastrawan, sehingga ia tahu nama-nama sastrawan Minang. Maka disebutlah nama-nama para sastrawan tersebut beserta karyanya. Seperti Salah Asuhan karya Abdul Muis,  Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya Buya Hamka, Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Siti Nurbaya karya Marah Roesli, dan karya-karya lain disebut Anwar bersama pengarangnya yang ternyata dihafal Anwar. Beliau lancar menceritakan isi pikiran tokoh tokoh minang tersebut.

Karena banyaknya tokoh-tokoh Minang yang ia tahu, maka pada saat orasi pengukuhan gelar Doktor Honoris Causanya, Anwar bisa dibilang hampir hanya menyebut nama-nama tokoh Indonesia yang dari Minang di luar nama Bung Karno. Sehingga ketika ia ingin menyebut nama seorang tokoh dari Jawa yaitu Prawoto, sempat salah terucap menjadi Prabowo. Prawoto adalah Ketua Partai Masyumi terakhir. Mungkin orang lebih kenal M. Natsir sebagai Ketua Partai Masyumi dibanding Prawoto. 

Di Sumbar, Anwar mengunjungi beberapa tempat bersejarah, seperti Perguruan Thawalib yang pernah menjadi tempat belajarnya Buya Hamka. Kemudian singgah di Diniyyah Putri, tempat tokoh-tokoh wanita Malaysia pernah belajar. Pimpinan Diniyyah Putri juga menjelaskan kepada Anwar bahwa Sutan Syahrir sempat belajar di situ. Rumah kelahiran Bung Hatta dan Istana Bung Hatta juga disinggahi Anwar. 

Dalam menemani perjalanan Anwar Ibrahim di Sumbar, setidaknya saya bisa simpulkan bahwa Anwar banyak mengisi pengetahuannya untuk bekal perjuangan dari tokoh-tokoh Minang tersebut. Di samping itu, Anwar juga mengambil pemikiran dari Fazlur Rahman, pendiri atau tokoh International Institute of Islamic Thought (IIIT). Anwar juga berteman dekat dengan Syaikh Yusuf Qardawi dan Recep Tayip Erdogan dan mengambil pemikiran dari keduanya. Dan banyak lagi tokoh dari berbagai negara yang ia sebutkan pemikiran para tokoh tersebut  turut mewarnai perjuangannya.  

Anwar Ibrahim bisa menjadi contoh bagi generasi muda yang memiliki idealisme, cita-cita, untuk memperjuangkan nilai-nilai yang diyakini. Sehingga tidak perlu memulai dari nol untuk mencoba-coba sesuatu yang mungkin saja gagal. Karena Anwar Ibrahim pun juga mencontoh dari tokoh-tokoh yang ia kenal, tahu dan kagumi.

Kita bisa mengikuti hal-hal positif yang sudah dilakukan Anwar Ibrahim. Karena kesuksesan Anwar Ibrahim adalah akibat mencontoh kesuksesan orang-orang yang dikagumi dan dikenalnya. Insya Allah kita pun akan sukses jika mencontoh hal-hal positif tersebut dari orang seperti Anwar Ibrahim. Mengikuti tokoh yang sudah terbukti sukses, lebih mudah untuk mengikutinya.

Semoga hadirnya Anwar Ibrahim di Sumbar dan dianugerahi Doktor Honoris Causa oleh UNP, bisa memberikan inspirasi bagi kaum muda Minang. Terutama dalam meneladani perjuangan beliau, prinsip yang dipegangnya, kesederhanaannya, semangat anti korupsi, dan keberpihakan kepada masyarakat. Dan semoga kelak bisa menjadi faktor yang memperkuat hubungan antara Malaysia dengan Indonesia, khususnya Sumbar. ***


* Penulis adalah Gubernur Sumatera Barat

# Tulisan dipublikasikan pertama kali oleh koran harian Singgalang edisi 7 November 2018

 
Top