OlehUstad Adi Hidayat#

HARI Jumat adalah saatnya memperbanyak ibadah bagi umat Islam, khususnya kaum lelakinya, melaksanakan salat Jumat.

Seseorang berusia 20 tahun seharusnya minimal pernah salat Jumat 650 kali, 30 tahun minimal 1150 kali dan di umur 40 tahun paling tidak 1650 kali.

Dari sekian Jumat yang sudah kita lewati, sudah pahamkah kita tentang hakikat ibadah Jumat? Apa saja hikmahnya? Salat Jumat jangan hanya dijadikan formalitas, datang, salat dua rakaat, duduk mendengarkan khutbah. Tidak cuma itu, tetapi banyak manfaatnya untuk kita. 

Jumat dalam Islam merupakan hari spesial, yakni hari ibadahnya orang Islam. Jauh sebelum Nabi Muhammad menjadi nabi, Jumat sudah menjadi hari spesial bagi bangsa Arab kala itu, khususnya kaum Quraish.

Di masa itu, pekerjaan utama mereka ada tiga, yaitu pebisnis, penyanyi atau penyair dan dukun.

Mereka yang bergelut di tiga profesi ini dipandang sebagai kaum terhormat.

Bagi pebisnis, usaha mereka lancar dan sering berniaga ke luar Arab.

Lalu penyanyi atau penyair, dalam sepekan selalu aktif menghasilkan karya.

Kemudian dukun selalu aktif dan rajin membuat jimat yang kerap diyakini ampuh oleh bangsa Arab.

Selama enam hari mereka bekerja, dalam sepekan itu selalu ada hari mereka libur dan berkumpul di satu tempat, nama hari itu adalah yaumul arubah atau hari arubah.

Apa yang mereka lakukan di hari arubah? Mereka berkumpul, berpesta dan berbangga diri. Bagi pebisnis, hari itu adalah saatnya pamer kekayaan. Bagi penyanyi, itu saatnya mereka menampilkan karya seni mereka. Bahkan, karya-karya terbaik mereka dalam sepekan itu diumumkan, ditempel di dinding Kakbah.

Kemudian para dukun di hari itu menampilkan jimat-jimat buatan mereka.

Para dukun ini yang paling berpengaruh karena semua pebisnis dan penyanyi tunduk kepada mereka, percaya dengan ramalan dan keampuhan jimat mereka.

Kata dukunnya, pebisnis dan penyanyi selama sekian waktu jangan dulu begini, begitu, itu dipatuhi sama mereka.

Kemudian, setelah Nabi Muhammad menjadi nabi, tradisi ini diubah oleh Allah dengan diturunkannya ayat sembilan hingga 11 Surah Aljumuah.

Di situ diserukan agar kita, khususnya umat Islam mengganti kegiatan pamer dan pesta di masa jahiliyah itu dengan beribadah menyembah Allah.

Nama yaumul arubah kemudian berubah menjadi yaumul jumuah atau hari Jumat.

Kata jumuah atau Jumat dalam Bahasa Arab memiliki tiga arti, yaitu sesuatu yang terkumpul, perkumpulan yang menjalin relasi atau silaturahmi dan saling memberikan perhatian.

Jadi, hikmahnya adalah dengan berkumpul melaksanakan salat Jumat, kita tak hanya berkumpul untuk beribadah, namun sekaligus menjalin relasi dan silaturahmi serta saling mengenal, mengetahui kondisi serta perhatian kepada jemaah lain yang hadir di salat Jumat itu.

Jika di masa yaumul arubah antara yang kaya dengan miskin tampak kontras sekali, namun di hari Jumat, khususnya saat salat Jumat antara miskin dan kaya tak ada sekat.

Semuanya sama status sosialnya di hadapan Allah berkumpul melaksanakan salat Jumat.

Jadi, esensi salat Jumat tak sekadar formalitas ibadah, namun bisa untuk sekaligus menjalin silaturahmi dengan jemaah lainnya, mengetahui siapa yang duduk di belakang, depan dan samping kita, saling kenal dan memperhatikan kondisi mereka.

Barangkali ada yang duafa di situ, kita jadi tahu dan bisa lebih perhatian ke mereka. Jadi, hablumminnas atau hubungan sosial kita ke sesama manusia terjalin.

Hikmah lainnya dari salat Jumat adalah mempererat hubungan kita kepada Allah atau hablum minallah.

Allah memerintahkan kita untuk berzikir di hari Jumat. Jumat adalah saatnya kita memperbanyak ibadah dan masanya evaluasi ibadah kita selama sepekan. Dengan beribadah Jumat, Allah juga ingin mengingatkan kita untuk bertawal dan bertakwa kepada-Nya.

#disampaikan dalam salah satu khutbah Jumat di salah satu masjid di Kota Bandung, Jawa Barat
 
Top