HARI ini, hampir semua remaja punya HP. Bukan cuma satu, kadang dua. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, layar ponsel seolah jadi dunia utama mereka. Scroll TikTok, buka Instagram, chat, game, YouTube — jadi rutinitas harian.

Awalnya cuma cari hiburan, tapi lama-lama jadi kebiasaan. Dari kebiasaan, berubah jadi kecanduan. Banyak remaja nggak sadar kalau dirinya udah gak bisa lepas dari gadget. Dan ini bukan soal malas belajar aja, tapi lebih dalam: soal mental, nilai hidup, sampai masa depan.

## Fakta yang Perlu Diketahui

Beberapa data bikin kita nggak bisa lagi anggap enteng masalah ini:

* Rata-rata remaja Indonesia menghabiskan waktu 6,6 jam sehari di media sosial. Bahkan 11 persen di antaranya lebih dari 15 jam. (Sumber: Indonesian Health Foundation, 2023)

* Indonesia jadi salah satu negara dengan penggunaan media sosial tertinggi di dunia, yaitu sekitar 188 menit per hari. (Sumber: GoodStats, 2024)

* Sekitar 35 persen remaja usia 13–19 tahun mengalami depresi ringan hingga berat, dan salah satu penyebabnya adalah penggunaan medsos berlebihan. (Sumber: Fikom Unitomo, 2023)

* Di Jakarta, 34 persen siswa SMA mengalami gangguan kesehatan mental, dan 20 persen merasa kesepian akibat terlalu sibuk dengan gadget. (Sumber: Health Collaborative Center, 2024)

* Data Dinas Pendidikan mencatat, nilai rata-rata siswa di semester awal 2024/2025 turun hingga 15 persen dibanding tahun sebelumnya. (Sumber: Dinas Pendidikan DKI Jakarta)

Kalau dilihat dari data ini, jelas banget bahwa masalah ini bukan remeh. Ini udah jadi krisis generasi.

## Kenapa Remaja Bisa Kecanduan?

Masalah ini nggak muncul begitu aja. Ada beberapa hal yang jadi akar masalah:

1. Sistem hidup kita hari ini ngasih ruang bebas banget buat semua orang cari hiburan tanpa batas. Sistem sekuler-kapitalis bikin orang berpikir hidup itu soal senang-senang, cari validasi, dan pamer.

2. Keluarga makin sibuk, orang tua kerja terus. Anak dibiarkan pegang HP sendiri, tanpa arahan. Sekolah juga fokus nilai, bukan karakter.

3. Lingkungan sosial juga gak mendukung. Bahkan medsos pun sering jadi tempat yang toxic: pamer, gibah, body shaming, flexing, dan standar hidup yang gak realistis.

Teknologi jadi alat, tapi kalau dipakai tanpa kendali, bisa rusak segalanya.

## Islam Punya Cara Pandang Berbeda

Islam tidak menolak gadget atau media sosial. Tapi Islam punya aturan yang jelas soal apa yang boleh dan nggak boleh.

Pertama, hidup itu bukan sekadar cari senang. Semua waktu yang kita punya akan ditanya oleh Allah. Kita bakal diminta pertanggungjawaban atas tiap detik yang kita habiskan.

Kedua, Islam mengajarkan bahwa setiap aktivitas harus punya nilai ibadah. Scroll medsos, nonton video, ngepost — semuanya harus kita pikirkan: ini bermanfaat gak? Halal gak? Nambah pahala atau dosa?

Nabi Muhammad ï·º pernah bersabda, “Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi)

Ketiga, Islam ngajarin kita untuk jadi generasi yang kuat. Bukan cuma secara fisik, tapi juga mental dan spiritual. Remaja bukan cuma anak-anak yang doyan scroll, tapi calon pemimpin. Harus kuat akidahnya, jernih pikirannya, dan tahu arah hidupnya.

## Gimana Solusi Islam Atasi Ini?

Islam nggak cuma kasih solusi individu. Islam juga kasih solusi menyeluruh dari akar sampai cabang:

1. Bangun kepribadian Islam dari kecil. Biar remaja ngerti tujuan hidup itu bukan jadi viral, tapi jadi hamba Allah dan pemimpin di bumi.

2. Orang tua harus hadir. Bukan cuma secara fisik, tapi juga jadi teladan. Orang tua juga harus bijak pakai gadget. Anak akan meniru.

3. Bentuk lingkungan sosial yang positif. Remaja butuh teman yang sefrekuensi dalam kebaikan. Butuh komunitas dakwah, bukan cuma komunitas tren.

4. Negara juga harus ikut andil. Dalam sistem Islam (Khilafah), negara bertugas menjaga generasi. Media dikontrol, pendidikan dibenahi. Bukan dibiarkan bebas seperti sekarang.

## Saatnya Hijrah Digital

Remaja hari ini gak butuh sekadar "detoks digital", tapi hijrah digital. Hijrah dari konten gak jelas ke konten bermanfaat. Dari scroll gak jelas ke belajar Islam. Dari hidup demi validasi ke hidup karena Allah.

Karena kalau kita gak ambil alih arah hidup kita, gadget dan media sosial yang akan ambil alih semuanya. Masa muda akan habis, dan penyesalan datang belakangan.

“Barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. An-Nisa: 100)

###




 
Top