Onymia
SEEKOR singa yang lapar berkata kepada seekor rubah:
“Carikan aku makanan, atau aku akan memakanmu!”
Rubah pun pergi menemui seekor keledai dan berkata:
“Singa ingin menjadikanmu raja, ikutlah denganku.”
Ketika singa melihat keledai, ia langsung menyerang dan menggigit telinganya. Namun, keledai berhasil melarikan diri sambil berkata kepada rubah:
“Kau menipuku! Singa mencoba membunuhku!”
Rubah menjawab:
“Jangan bodoh! Ia hanya mengambil telingamu supaya kau bisa memakai mahkota. Mari kita kembali.”
Keledai pun merasa itu masuk akal, lalu mengikuti rubah lagi. Kali ini, singa menyerang dan menggigit ekornya! Keledai kembali melarikan diri dan berkata:
“Kau berbohong lagi! Singa memotong ekorku!”
Rubah menjawab:
“Itu agar kau bisa duduk dengan nyaman di atas takhta. Kembali denganku.”
Rubah berhasil membujuk keledai untuk kembali sekali lagi. Kali ini singa langsung menangkap dan membunuhnya. Lalu ia berkata kepada rubah:
“Kerja bagus membawanya kembali. Sekarang, ambil kulitnya dan bawakan aku otak, paru-paru, hati, dan jantungnya!”
Rubah pun menguliti keledai dan memakan otaknya, lalu membawa paru-paru, hati, dan jantung kepada singa.
Singa marah dan bertanya:
“Di mana otaknya?!”
Rubah menjawab:
“Ia tidak punya otak, rajaku. Kalau ia punya, ia takkan kembali kepadamu setelah kau menyakitinya berkali-kali.”
Singa terdiam sejenak dan berkata:
“Itu benar sekali.”
Pesan moral:
Kecerdasan dan kecerdikan memang bisa menjadi kunci untuk bertahan hidup dan mencapai tujuan. Namun, tanpa kebaikan hati dan integritas, kecerdikan justru bisa berubah menjadi tipu daya yang merugikan orang lain. Pada akhirnya, kebodohan sering lahir dari ketidakmampuan belajar dari pengalaman seperti keledai yang berkali-kali tertipu. (*)
Semoga bermanfaat