JAYAPURA, PAPUA -- Setiba di Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Sabtu (28/9/2019), Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit menyaksikan sendiri, betapa rata-rata warga Minang mengalami trauma berat pasca tragedi Wamena dan tak mau kembali ke Papua. Mereka sangat berkeinginan segera meninggalkan "rantau berdarah" itu untuk kembali pulang ke kampung halaman. 

Nasrul juga tak kuasa menahan tetesan air matanya saat mendengarkan keluh kesah warga Minang yang menjadi korban kerusuhan di Wamena.

Berdasarkan informasi yang ia himpun dalam pertemuan tersebut, saat ini ada sekitar 1.300 orang warga Sumbar di Wamena. 

"Mereka ini asalnya saja dari Minang. Kebanyakan dari mereka sudah lahir dan besar di Papua. Mereka warga Papua, penduduk Papua," ungkap Nasrul Abit usai menemui pengungsi dari Wamena di Sentani. 

Kedatangan Wagub Sumbar ke Papua adalah untuk melihat langsung masyarakatnya yang menjadi korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya.


Setelah bertatap muka dan mendengarkan langsung keluhan warga Sumbar di sana, menurut Nasrul nantinya warga Sumbar di Wamena akan didata dan ditanya satu per satu, apakah ingin kembali pulang atau ada yang mau bertahan di Jayapura atau tempat lainnya. 

Dalam kunjungannya ini, Nasrul juga telah bertemu dengan Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua dan juga dari pihak TNI, untuk mendengarkan langsung kejadian yang sebenarnya.

“Tadi juga telah bertemu tokoh Minang dan sudah mendapatkan banyak informasi kongkrit semuanya. Kami akan tindak lanjuti dengan baik masalah ini,” jelasnya.

Novi Hendra, Ketua Ikatan Keluarga Minang (IKM) di Kabupaten Jayapura, menyebutkan, sekitar 160 orang pengungsi asal Sumbar sudah tiba di Jayapura.

“Sudah ada enam orang yang tadi pagi pulang ke kampung halaman. Lalu, sembilan jenazah juga sudah dipulangkan ke kampung halaman,” ujar Novi di tempat yang sama.


Novi sangat berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi Sumbar atas  kedatangan Wagub Sumbar yang melihat warganya langsung di Papua.

“Kami ingin pemerintah menyelesaikan hal ini. Banyak warga Minang mengalami trauma dan tak mau kembali ke Papua,” ungkapnya lagi.

(tnc/bin)
 
Top