Mitha Pisano
Di sebuah desa bernama Sukamaju, hiduplah seorang saudagar kaya raya yang bernama Tuan Suryana. Ia dikenal bukan hanya karena kekayaannya, tetapi juga karena sifatnya yang angkuh dan sombong. Setiap kali berjalan di pasar, dia selalu menghina sesuka hatinya para pedagang kecil.
“Kenapa jualan kalian seperti ini? Barang kalian jelek dan tidak pantas dibeli orang seperti diriku!” katanya sambil tertawa menyeringai.
Tak hanya pada pedagang, para petani juga sering dia hina. Ketika melihat Pak Rudi, seorang petani tuarenta yang membawa hasil panennya, ia berkata, “Kau membuang-buang waktumu! Lihatlah aku, hidupku mewah tanpa perlu mengotori tangan dengan tanah.”
Pada suatu hari, ada seorang pria tua asing bernama Pak Wiryo mendatangi desa itu. Ia terlihat sederhana, akan tetapi ada sesuatu yang berwibawa dalam dirinya. Ia mendengar banyak cerita tentang kesombongan Tuan Suryana dan memutuskan untuk memberinya pelajaran.
Pak Wiryo datang ke rumah Tuan Suryana dan berkata, “Tuan, aku mendengar kau orang yang sangat kaya raya dan pandai dalam bisnis. Aku ingin belajar darimu.”
Merasa tersanjung, Tuan Suryana menerima tawaran itu dan berkata, “Tentu saja! Aku memang yang terbaik dalam hal berdagang.”
Pak Wiryo kemudian bertanya, “Jika kau kehilangan semua harta kekayaanmu, apa yang akan kau lakukan?”
Tuan Suryana lalu tertawa keras. “Itu tidak mungkin terjadi! Kekayaanku sudah cukup untuk tujuh turunan!”
Akan tetapi, takdir berkata lain. Malam itu, badai besar datang melanda desa. Rumah dan toko milik Tuan Suryana roboh diterjang angin. Gudang tempat ia menyimpan barang-barangnya pun terbakar akibat sambaran petir. Dalam satu malam, ia kehilangan segala-galanya.
Pagi harinya, Tuan Suryana berjalan ke pasar dengan pakaian yang sangat lusuh. Ia mencoba meminta bantuan dari orang-orang yang dulu sering ia hina. Akan tetapi, tak seorang pun dari mereka yang mau menolongnya.
Ketika ia hampir putus asa, Pak Wiryo datang dan berkata, “Sekarang kau baru tahu bagaimana rasanya dihina dan diabaikan? Kesombongan dan keangkuhanmu dulu telah membutakanmu dari kenyataan bahwa hidup ini berputar. Hari ini kau di atas, besok bisa saja kau jatuh ke bawah.”
Tuan Suryana menundukkan kepala, menyesali semua perbuatannya. Dengan rendah hati, ia meminta maaf kepada semua orang yang pernah ia hina dulu. Berkat kebaikan hati para penduduk desa, ia diberi kesempatan untuk memulai hidup baru sebagai seorang pekerja di ladang. Sejak saat itu, ia hidup dengan rendah hati dan menghormati semua orang.
Pelajaran pun tersampaikan: kesombongan hanya akan membawa kehancuran, dan menghargai orang lain adalah kunci kehidupan yang bahagia (*)
02 Februari 2025
@hatipena
![]() |