Oleh Gunawan Trihantoro

- Ketua Satupena Kabupaten Blora dan Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah


DI ERA digital, branding bukan lagi milik korporasi saja. Dunia pendidikan pun dituntut membangun citra yang kuat, hangat, dan bermakna. Sekolah tidak cukup dikenal lewat prestasi akademik atau bangunan megah, tapi juga melalui cerita yang menginspirasi dan cara bicara yang menggugah.

Di sinilah pentingnya keterampilan Creative Writing dan Public Speaking sebagai bagian dari strategi public relations (PR) sekolah. Sekolah harus belajar menulis cerita tentang dirinya, lalu menyuarakannya dengan percaya diri ke hadapan publik.

Keterampilan menulis kreatif membantu sekolah merancang narasi yang menyentuh hati—dari perjuangan siswa, inovasi guru, hingga kegiatan sosial sekolah. Sementara keterampilan berbicara menjadi alat utama menyampaikan pesan itu secara langsung dan penuh kesan.

Dalam strategi PR modern, informasi saja tidak cukup. Sekolah perlu membangun hubungan emosional dengan masyarakat melalui narasi yang humanis dan suara yang otentik. Itulah cara baru menjangkau kepercayaan publik.

Kepala sekolah, sebagai pemimpin institusi, seharusnya juga tampil sebagai juru bicara utama lembaga. Ia bukan sekadar pejabat administratif, tetapi ikon komunikasi yang menyampaikan visi sekolah dengan percaya diri dan ketulusan.

Guru, khususnya guru bahasa, menjadi narator pendidikan dan pembimbing siswa dalam dunia literasi komunikasi. Dengan pelatihan yang tepat, guru dapat mencetak generasi muda yang mampu menulis dan berbicara secara efektif.

Siswa sendiri adalah wajah paling autentik dari sebuah institusi pendidikan. Ketika mereka diberi ruang menulis artikel, membuat video, atau tampil sebagai pembicara, mereka bukan hanya belajar, tapi juga mewakili martabat sekolah.

Oleh karena itu, sekolah perlu membentuk tim PR kreatif yang melibatkan siswa dan guru. Mereka dapat menulis blog, mengelola media sosial, memproduksi video testimoni, atau membuat buletin sekolah. Konten seperti ini akan jauh lebih hidup dan menyentuh.

Sekolah yang bisa bercerita dengan jujur dan menyampaikan gagasan dengan baik akan lebih mudah mendapat tempat di hati masyarakat. Branding sekolah dibangun bukan lewat brosur formal, tapi melalui suara-suara nyata dari dalam lingkungan sekolah itu sendiri.

Sudah saatnya semua elemen sekolah menjadi komunikator aktif. Bukan untuk pencitraan kosong, tetapi untuk membagikan semangat, nilai, dan mimpi yang terus tumbuh dalam ruang-ruang pendidikan kita.

Karena sekolah yang hebat adalah sekolah yang bisa berbicara. Dan cerita baik tak akan pernah gagal menginspirasi. (*)



Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama
 
Top