Penulis: Warsit


(Sebuah Ungkapan Hati Wong Cilik)


ONTRAN-ONTRAN gas elpiji melon tiga kilo gram baru-baru ini, mengingatkan kata bijak dari almarhum K H Maimun Zubair. Seorang ulama besar sekaligus politikus dari Rembang.

Beliau pernah mengucapkan bahwa, “Wong pinter iku urung mesti bener. ” -Orang pintar atau pandai itu belum pasti benar.

Kata bijak itu telah terbukti kebenarannya ketika dikaitkan dengan permasalahan kelangkaan gas elpiji melon tiga kilo gram yang baru- baru ini membuat rakyat kelimpungan.

Bila si pintar itu adalah Bahlil Lahadalia menteri ESDM, kebijakan yang ia ambil ternyata tidak benar. Aturan baru yang ditentukan Bahlil, penjualan gas elpiji 3 kg hanya bisa melalui pangkalan.

Kebijakan itu mendapat penolakan besar-besaran dari masyarakat. Tak pelak menimbulkan kegaduhan di seluruh wilayah Indonesia.

Kebijakan Bahlil bahkan sempat menimbulkan korban jiwa. Di Kecamatan Pamulang Banten contohnya. Ada seorang ibu meninggal dunia gegara kecapaian antri di pangkalan untuk membeli gas elpiji. Ini benar-benar konyol.

Bila rakyat tidak segera bertindak ramai-ramai untuk menentang kebijakan Bahlil, kesengsaraan dan penderitaan wong cilik akan terus berkepanjangan.

Tindakan Bahlil sebagai menteri ESDM, khususnya dalam membuat aturan baru sistem pemasaran gas elpiji 3 kg tersebut, memberi pelajaran bagi masyarakat. Untuk selalu bersikap kritis terhadap kebijakan-kibijakan yang akan diambil oleh pemerintah untuk waktu mendatang.

Selain itu juga memberi warning bagi menteri-menteri yang lain, untuk lebih hati-hati dan lebih bijak ketika akan membuat aturan baru yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat.

Bercermin dari ucapan K H Maimun Zuber, memberi pelajaran bagi para pemimpin bahkan untuk siapa saja, yang merasa pinter, agar tidak keminter. Sebab wong pinter belum pasti bener.

Semarang, 5 Februari 2025 


@hatipena 






 
Top