JAKARTA -- Irjen Mohammad Fadil Imran dipromosikan memegang tongkat komando Kapolda Metro Jaya. Jenderal bintang dua yang kini menjabat sebagai Kapolda Jawa Timur ini dipercaya menggantikan Irjen Nana Sudjana, yang copot jabatan lantaran gagal menegakkan protokol kesehatan COVID-19.

Keputusan Kapolri Jenderal Idham Azis mengangkat Fadil Imran sebagai Kapolda Metro Jaya tertuang dalam Surat Telegram Kapolri Nomor ST/3222/XI/Kep/2020. Surat telegram tersebut terbit pada hari ini dan ditandatangani Asisten Kapolri bidang SDM, Irjen Sutrisno Yudi Hermawan.

"Irjen Pol Nana Sudjana, Kapolda Metro Jaya diangkat jabatan baru sebagai Korsahli Kapolri. Kemudian Irjen Mohammad Fadil Imran, Kapolda Jawa Timur diangkat jabatan baru sebagai Kapolda Metro Jaya," kata Kadiv Humas Polri, Irjen Argo Yuwono dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jaksel, Senin (16/11/2020).

Fadil Imran merupakan alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) Angkatan 1991. Latar belakang Fadil Imran adalah di bidang reserse.

Sepak terjang pria kelahiran Makassar, 14 Agustus 1968 silam ini antara lain menangkap Hercules dan kawanannya. Saat itu dirinya menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Barat.

Pada 2013, Fadil Imran membentuk Tim Pemburu Preman untuk memberantas premanisme yang sering terjadi di wilayah Jakarta Barat. Tim Pemburu Preman terdiri dari 30 anggota Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Barat.

"Tim pemburu ini dilengkapi pistol revolver, senjata laras panjang jenis SS1 dan Rugermini. Tim ini dibentuk untuk menangani preman-preman kelas kakap, yang biasa melakukan pemerasan kepada pemilik-pemilik lahan, maupun bangunan, dan segala bentuk kejahatan premanisme lainnya. Seperti kelompok preman sekelas Hercules maupun John Kei misalnya. Untuk preman-preman pinggir jalan, bisa ditangani oleh Polsektro setempat" ujar Fadil Imran di Polres Jakarta Barat, Kamis (18/7/2013).

Fadil Imran juga mengungkap sindikat Saracen serta Muslim Cyber Army (MCA) ketika menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri pada 2018 lalu.

"Dari upaya penindakan, kami lakukan analisis sampai penyerangan ulama. Dari klaster Jatim, Jabar, Banten, terlihat bahwa pelakunya ini terhubung satu sama lain. Pelaku-pelaku yang tergabung dalam MCA juga tergabung dengan klaster X, Saracen," ujar Fadil Imran di di gedung Rupatama Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (5/3/2018).

Kala itu Fadil Imran mengatakan pembentukan opini isu penyerangan ulama ini dilakukan terus-menerus di dunia maya lewat media sosial. Selain itu, isu yang terus diembuskan ialah soal kebangkitan PKI.

Sikap Fadil Imran yang marah dan mencopot salah satu kapolsek karena tidur di rapat penanggulangan Corona (COVID-19) juga mendapat sorotan. Kala itu Fadil Imran baru menjabat Kapolda Jawa Timur, pertengahan Mei kemarin.

Berikut jejak karier Kapolda Metro Jaya baru, Irjen Fadil Imran:

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya (2016)

Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri (2016)

Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri (2017)

Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri (2018)

Staf Ahli Kapolri bidang Sosial dan Budaya (2019)

Kapolda Jawa Timur (2020)

Sumber: detik

 
Top