Puisi Asrul Sani Abu


Hari ini kita semua memperingati Hari Merdeka.

Namun benarkah kita sudah merdeka yang sebenar-benarnya?


Merdeka, sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai pimpinan, dan sebagai warga Indonesia.


Benarkah kita telah benar-benar merdeka?


Kemerdekaan bukan sekadar tanggal di kalender, bukan sekadar bendera yang berkibar di tiang bambu atau besi depan rumah.


Ia adalah nyawa yang berdenyut di dada kita,

ia adalah cahaya yang menuntun langkah kita setiap harinya.


Sebagai seorang anak,

kemerdekaan adalah ketika kita bebas bermimpi setinggi langit tanpa intimidasi,

belajar dengan hati yang merdeka,

tanpa rasa takut, tanpa tekanan yang membelenggu.


Orang tua hadir bukan sebagai penghalang,

tetapi sebagai angin semangat yang mengibarkan layar kapal impian kita.


Sebagai seorang suami, istri atau pasangan hidup,

kemerdekaan berarti mencintai tanpa mengekang, melepas bebas

bertanggung jawab tanpa merasa diperbudak.


Di rumah, kita bukan sekadar penghuni,

tetapi raja dan ratu yang membangun istana cinta bersama,

dengan fondasi hormat, kesetaraan, dan doa yang saling menguatkan.


Sebagai seorang ayah atau ibu,

kemerdekaan adalah ketika kita bahagia melihat anak-anak kita bahagia.


Kita merasa sukses saat mereka sukses dalam cita dan cintanya.

Bukan dengan rantai belenggu kita dan dengan menuntun mereka,

melainkan dengan cahaya keteladanan.


Kita rela bila kelak mereka terbang lebih tinggi dari kita,

sebab itulah kemenangan terbesar kita sebagai orang tua…

melahirkan generasi yang lebih baik dan lebih mulia dari diri kita.


Sebagai seorang pemimpin,

kemerdekaan adalah keberanian untuk memimpin dengan nurani,

bukan dengan ambisi pribadi.


Ia adalah kejujuran di tengah godaan,

keteguhan di tengah badai tantangan,

dan kerendahan hati meski berada di puncak kejayaan.


Pemimpin yang merdeka bukan ia yang disanjung tinggi,

tetapi ia yang mengabdi,

hingga keberadaannya menjadi cahaya, bukan sekedar bayang-bayang kegelapan.


Sebagai seorang warga bangsa,

kemerdekaan sejati adalah saat kita tak lagi hidup dalam ketakutan. Kita tak lagi dibodohi oleh sistem yang korup.


Bebas berjalan di jalanan tanpa gangguan,

bebas belajar tanpa intimidasi,

bebas berkarya tanpa bully dan caci maki,

bebas bekerja tanpa hinaan yang memperbudak jiwa.


Merdeka adalah ketika setiap anak Indonesia bisa belajar tanpa batas,

bekerja dengan layak,

hidup dengan adil,

dan bermimpi tanpa ketakutan.


Inilah wajah kemerdekaan sejati,

kemerdekaan yang membuat kita hidup setara, bermartabat, dan saling menjaga sebagai sesama anak bangsa.


Lalu kita bertanya dalam hati…


Sudahkah kita merdeka sebagai anak?

Sudahkah kita merdeka sebagai orang tua?

Sudahkah kita merdeka sebagai pemimpin?

Sudahkah kita merdeka sebagai warga Indonesia?


Merdeka bukan sekadar kata yang diteriakkan di lapangan, ia adalah jiwa yang berani berkata…


Aku tidak akan tunduk pada kebodohan,

aku tidak akan diam dalam ketidakadilan,

aku tidak akan menyerah pada rasa takut dan kekhawatiran.


Merdeka adalah napas kita, ia adalah darah kita, cahaya yang terus hidup dalam jiwa, dan selama kita berani bermimpi,

berani mencinta,

dan berani berkorban demi Indonesia.


Merdekalah Indonesia.


Salam.



 
Top