Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
BERANTAS korupsi sampai ke akar-akarnya. Ungkapan yang sering kita dengar dari mulut penegak hukum. Kalau penulis? Tulis profile koruptor sampai ke sum-sum tulangnya. Kita lanjut cerita Noel, si pendobrak, eh salah, si pemeras yang resmi dikandangin KPK.
Namanya, Irvian Bobby Mahendro. Ia seorang pejabat Kementerian Ketenagakerjaan yang oleh Noel, sang Wamen nan flamboyan, dijuluki “Sultan.” Bukan Sultan Andara, bukan Sultan Bintaro, bukan juga Sultan Brunei, tapi Sultan K3, raja kecil di kerajaan sertifikat keselamatan kerja. Sebuah gelar yang bahkan Aristoteles pun kalau hidup kembali akan berkata, “lho, kok ada sultan tapi kerajaannya sertifikat helm proyek?”
Mari kita tengok sejenak daftar kekayaannya. Ia memiliki mobilnya saja 12 unit, ada Alphard, Pajero, Fortuner, sampai Mercy yang kalau dijajarkan bisa bikin pameran otomotif di JCC. Rumah? Bukan satu, tapi berderet, bak developer properti. Aset yang disita KPK dari tangannya konon bernilai puluhan miliar. Belum lagi saldo tabungan yang kalau dihitung-hitung bisa membiayai gaji ratusan buruh selama setahun penuh.
Dari mana sumber duit itu? Sederhana tapi getir, dari sertifikat K3. Harga resmi Rp275 ribu, tapi di tangan Sultan bisa melambung sampai Rp6 juta. Inilah bisnis paling basah. Keselamatan buruh dijual mahal, biar pejabat bisa beli mobil. Kalau buruh jatuh dari proyek, ya jatuh aja, yang penting Sultan tetap cruising di jalan tol.
Sekarang kita masuk ke babak paling memuakkan. Pertemuan Sultan dengan Noel, sang Wakil Menteri. Di sinilah duet maut dimulai. Noel, mantan aktivis 98, Ketua Jokowi Mania, yang sering duel seru dengan Rocky Gerung, suka teriak-teriak soal nasib buruh, mendadak jadi pelanggan setia ATM bernama Sultan. Baru dua bulan menjabat, ia sudah membuka mulut:,“Bro, gua perlu renovasi rumah. Kasih dong 3 miliar.”
Lalu, Sultan K3? Dengan ketenangan ala bankir Swiss, langsung kasih. Tiga miliar dicairkan begitu saja, tanpa ribet tanda tangan kuitansi. Buruh kalau minta THR saja harus ancam mogok, ini pejabat minta 3 miliar tinggal kedip mata.
Tapi jangan kira hubungan mereka sekadar transfer duit. Ada laporan bahwa Sultan juga menyalurkan sebagian aliran dana ke proyek-proyek yang terkait dengan Kemenaker. Total kerugian negara? Rp81 miliar. Dari jumlah itu, Rp69 miliar muter-muter di genggaman Sultan. Sisanya? Ya bocor sana-sini, termasuk mampir ke kantong Noel.
Lucunya, kalau Noel nggak minta duit buat renovasi rumah, mungkin nama Sultan belum nongol di panggung KPK. Tapi begitulah sifat serakah. Oleh Prabowo disebut serakahnomic. Sekali minta, susah berhenti. Noel minta, Sultan kasih, duit ngalir, KPK ngintip. Akhirnya, duet mereka berakhir bukan di ballroom hotel, tapi di kandang tikus berdasi KPK.
Inilah filsafat orang kaya ala pejabat. Semakin banyak duit, semakin besar keinginan memamerkan. Sultan bisa beli mobil, rumah, bahkan kasih 3 miliar ke temen. Tapi ternyata, kekayaan itu sekaligus jadi tiket emas menuju kandang tikus. Sultan diseret Noel, Noel diseret Sultan. Dua-duanya tenggelam, bukan karena buruh melawan, tapi karena mereka sendiri yang kelepasan bagi-bagi duit.
Bagi kita, yang suka kopi pancong seharga lima ribu, drama ini menyisakan satu pelajaran pahit tapi lucu. Ternyata cara mereka memeras buruh itu simpel. Naikkan harga sertifikat dari 275 ribu jadi 6 juta, kumpulkan puluhan miliar, lalu belikan pejabat mobil mewah dan rumah Disneyland. Sementara buruh? Masih tetap pakai helm proyek yang retak-retak.
Nantikan kisah selanjutnya sampai para koruptor tak hanya putih mata, tapi juga tulang sampai kering sum-sumnya.
#camanewak