PADANG -- Ketua Ikatan Kekeluargaan Wartawan (IKW), Ecevit Demirel, mengungkapkan, pihaknya sangat mengapresiasi budaya saling silaturahmi yang selama ini terjalin baik antara pucuk pimpinan mass media dengan jajaran kehumasan Pemko Padang. 

"Sebagai elemen masyarakat yang dalam kesehariannya menggeluti bidang komunikasi dan informasi, masing-masing pihak, baik awak media maupun jajaran kehumasan memang dituntut saling sinerji dan menunjukkan sikap profesional demi mencapai keberhasilan bersama," ujar "ede", demikian ia akrab disapa, dalam sebuah wawancara santai di salah satu kafe di kawasan GOR H Agus Salim, Padang, Sumatera Barat, Rabu (20/12/2017) sore.

Pionir IKW ini menekankan pentingnya sinerji kedua belah pihak, mengingat humas dan pers bagaikan dua sisi yang berbeda pada satu koin. Pada satu sisi, pers membutuhkan bantuan humas atau "public relation" (PR) untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan dan pencapaian kerja suatu instansi, karena humas merupakan sumber informasi paling 'jernih' yang dapat menjembatani antara dalam dan luar instansi.

Sebagai sumber informasi dan pencitraan instansi, lanjut ede, divisi humas memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah instansi. Namun pada sisi lain humas juga membutuhkan pers untuk membantu menyajikan pemberitaan yang informatif dan menarik bagi khalayak luas.

"Kami menilai, sejauh ini kakanda Taf Chaniago selaku Kepala Sub Bagian Pemberitaan Pemko Padang telah bekerja baik dan proporsional, mengacu tugas pokok dan fungsi praktisi humas," ungkap Pemimpin Redaksi (Pemred) Media Online www.sumateratime.com dan www.sumatrazone.co.id tersebut.  

Menurutnya lagi, Taf Chaniago bisa dikatakan "cakap" dalam memenej kegiatan kehumasan Pemko Padang, baik dalam hal teknis seperti pendistribusian pers relis, mengatur jumpa pers dan sejenisnya, maupun dalam hal-hal non teknis seperti kebisaan beliau mendekatkan diri, beradaptasi dan membangun silaturahmi dengan hampir seluruh mass media di Kota Padang. Termasuk dengan puluhan praktisi media online yang berhimpun dalam IKW. 

"Sekitar dua bulan IKW eksis sebagai wadah sosial khusus wartawan, kakanda Taf Chaniago menyatakan keinginan beliau bergabung di IKW. Keinginan tersebut disambut dengan tangan terbuka oleh segenap anggota IKW, disamping sudah sangat mengenal kepribadian beliau, kapasitas kakanda Taf Chaniago selalu praktisi humas memang ada korelasinya dengan keseharian kami para wartawan yang secara kelembagaan punya jalinan kerjasama dengan Pemko Padang. Mengingat kapasitas dan senioritas beliau, kakanda Taf Chaniago kami daulat  menjadi salah seorang Dewan Pembina IKW disamping kakanda Yatun, SH seorang lawyer  senior, Om Syamsir Burhan seorang purnawirawan Mayor TNI yang getol berkecimpung di dunia pers dan LSM, lalu kakanda Bambang seorang pebisnis media senior yang telah cukup mapan," papar pria yang juga Korwil Sumatera Media Online www.beritalima.com tersebut.

Semua Digauli

Menurut ede lagi, Taf Chaniago adalah sosok yang supel dan tak pandang bulu dalam bergaul. 

"Semua digauli oleh beliau. Tak hanya dekat dengan jajaran pimpinan, jajaran reporter hingga redaktur media di Padang juga tak asing dengan sosok yang satu ini," paparnya.

Pihaknya tak menampik bahwa seiring perjalanan waktu, hubungan saling membutuhkan antara humas dan pers bukannya tanpa hambatan. Para praktisi humas dan penggiat pers memiliki persepsi masing-masing tentang satu sama lain.

Dalam realitanya tak sedikit pejabat dan praktisi humas yang mengibaratkan pers sebagai pihak yang suka membuka borok dan keburukan dari suatu instansi. 

"Bagi kami, pers, semakin buruk dan kontroversial suatu berita, maka akan semakin memiliki nilai jual. Sebab, bagaimana pun juga, mass media apa saja yang dikelola swasta -- baik cetak, elektronik maupun online, sama-sama memiliki sisi komersil dan punya visi tersendiri dalam segmentasi pemberitaan," ulasnya. 

Di sisi lain, para jurnalis dan penggiat pers mencap pejabat humas sebagai pihak yang cenderung membesar-besarkan kelebihan dari instansinya. Sehingga seringkali informasi yang disampaikan humas bersifat bias bahkan "lebay". 

"Nah, paradigma dan persepsi inilah yang harus diminamilisir oleh kedua pihak agar dapat bekerjasama dan bersinergi dengan lebih baik," tandas alumni media Jawapos Group tersebut. 

"Banjir Kunjungan" Awak Media

Taf Chaniago yang dihubungi dalam kesempatan terpisah, mengakui, beberapa waktu menjelang pergantian tahun ini dirinya selaku PR di jajaran Humas Pemko Padang memang "banjir kunjungan" awak media. Mulai dari jajaran pimpinan, divisi produksi (pemberitaan), hingga divisi usaha (iklan/pemasaran) media, tak sungkan menyambangi ruang kerjanya di Balaikota Aie Pacah.

Selaku praktisi humas, dirinya selalu berupaya memberikan pelayanan terbaik, sesuai daya dan kapasitas yang tersedia. Selaku individu, aparatur sipil negara (ASN) yang dulunya cukup lama menyelami romantika kehidupan wartawan ini juga lebih mengkedepankan hubungan baik dengan siapa saja, tak pandang pangkat dan jabatan. 

Tentang IKW

Tentang wadah sosial yang diketuainya, ede menjelaskan  bahwa IKW ada dan esksis mulai September 2016. Ide berdirinya wadah sosial ini tercetus ketika malam itu ia bersama sekitar 30 orang rekan seprofesi (wartawan-red) berkumpul di sebuah rumah di kawasan Air Tawar Timur, Padang, selepas pemakaman salah seorang rekan wartawan di TPU Tunggul Hitam. 

Dengan adanya wadah sosial, diharapkan kebersamaan dan keterikatan emosional yang telah terbangun jauh sebelumnya semakin kuat dan lebih terkoordinir. Tidak semata unjuk kebersamaan di saat suka, namun juga di saat duka.

Dalam perjalanannya, IKW menjadi sebuah wadah sosial insan seprofesi yang aktif dan intens menggelar serangkaian kegiatan sosial dengan hanya mewajibkan masing-masing anggota iuran bulanan sebesar Rp20 ribu. 

Anggota IKW yang awalnya hanya sebanyak 27 orang wartawan, berkembang menjadi 48 orang. Satu persatu wartawan yang rata-rata pemilik media online meminta bergabung. 

(rki)

 
Top