JAKARTA -- Persoalan keuangan yang kini tengah dialami dua perusahaan asuransi milik negara yakni PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri (Persero) bisa menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap industri jasa keuangan ini. Dampaknya bahkan bisa lebih luas lagi termasuk merusak kepercayaan investor.

"Pasti, tak hanya berpengaruh terhadap sektor keuangan tapi tentu juga akan berpengaruh terhadap sektor riil, bahkan semuanya termasuk di bursa dan sebagainya," ujar Sekretaris Kementerian Koordinator (Sesmenko) Bidang Perekonomian Susiwijono di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (17/1/2020).

Sejauh ini, dampak dua perusahaan asuransi pelat merah itu terhadap perekonomian Indonesia belum terasa betul. Namun, menurut Susiwijono tetap perlu ada upaya cepat untuk mengantisipasi dampak jangka panjangnya.

"Nah, sebenarnya dengan berbagai kasus yang ada ini kita melihat beberapa indikator sektor keuangan juga masih cukup confident, nggak terlalu terpengaruh betul, tapi kita antisipasi dari awal karena sektor keuangan kan masalah trust itu penting, sentimen market dan lain sebagainya, karena itu memang penting untuk membangun kembali trust itu," tuturnya.

Jiwasraya terjebak dalam saham gorengan yang berakibat pada gagal bayar kepada nasabahnya. Selanjutnya, ada dugaan korupsi di Asabri.

Lantas, apa saja saham gorengan yang sempat jadi langganan keduanya berinvestasi?

Seperti dilansir detikcom, ada sejumlah saham gorengan yang membuat Jiwasraya merugi. Saham-saham gorengan yang dimiliki Jiwasraya kini telah menjadi aset dasar (underlying) investasi reksa dana alias tidak investasi saham langsung.

Beberapa saham itu di antaranya PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR), PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP), PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE), PT Pool Advista Finance Tbk (POLA) dan PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM).

Akan tetapi, penanaman saham Jiwasraya di saham unggulan (LQ45) malah hanya mencapai 5% dari total 22,4% aset finansialnya yang setara Rp 5,7 triliun.

Kemudian, aset finansial reksa dana sebesar 55,1% atau setara Rp 14,9 triliun, hanya 2% nya saja yang dikelola oleh manajer investasi yang baik.

Demikian pula dengan Asabri. Mengutip data KSEI dan RTI, ada beberapa portofolio saham Asabri di saham lapis tiga.

Seperti pada saham PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP). Asabri tercatat memegang 1,82 miliar lembar saham atau setara 5,44% dari seluruh modal yang disetor perusahaan.

Kemudian ada saham PT SMR Utama Tbk (SMRU). Asabri memegang 826,7 juta lembar saham SMRU atau setara 6,614%.

Lalu di saham PT Sido Mulyo Tbk (SDMU), Asabri memegang 205 juta lembar yang setara 18,06% dan saham PT Hanson International Tbk (MYRX) sebanyak 4,68 miliar lembar setara 5,4%.

Semua saham itu kini merupakan saham gocapan sebab harga paling dasarnya berada di level Rp 50 per lembar alias gocap.

Sumber: detik.com
 
Top