BENGKULU -- Vaksin Measles Rubella (MR) sekarang ini tengah gencar-gencarnya dicanangkan untuk mencegah penyakit Measles dan Rubella atau lebih dikenal dengan campak Jerman.

Hal ini juga mendapat berbagai respon dari masyarakat. Tidak sedikit yang meragukan keamanan dan kehalalan vaksin MR ini.

Sebagai informasi, Measles dan Rubella merupakan salah satu masalah kesehatan dunia yang dapat menyerang siapa saja, tapi lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Kini, elimininasi measles dan Rubella menjadi prioritas regional dan global, termasuk Indonesia.

WHO mencatat virus ini beredar di Indonesia dan terjadi ribuan kasus yang dilaporkan setiap tahunnya. Data Kementerian Kesehatan selama tahun 2010-2017 mencatat sejumlah 27.834 kasus campak dilaporkan terjadi.

WHO Indonesia menjelaskan penyakit Measles dan Rubella merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang bernama sama.

Orang yang terinfeksi Measles dapat menderita demam, ruam, batuk, pilek, dan mata berair. Virus ini melemahkan sistem imun sehingga dapat menyebabkan komplikasi yang mencakup infeksi telinga, diare, pneumonia, kerusakan otak, bahkan kematian.

Sedangkan Rubella menyebabkan demam, sakit tenggorokan, ruam, sakit kepala, kemerahan, dan mata gatal. Pada ibu hamil, Rubella dapat menyebabkan keguguran atau bayi lahir cacat seperti mengalami kebutaan dan tuli.

Salah satu cara efektif untuk mencegah Measles dan Rubella adalah dengan imunisasi vaksin MR. Vaksin ini terbukti berhasil membasmi Measles di Belahan Bumi Barat pada 2002 dan rubella pada 2009.

WHO menyatakan vaksin MR ini aman untuk digunakan pada anak. Tercatat, lebih dari 150 negara menggunakan vaksin MR dengan keamanan dan efektivitas yang tinggi. Sebagian besar anak yang mendapatkan vaksin MR tidak memiliki masalah serius. Efek samping yang kerap terjadi adalah demam dan ruam ringan.

Di Indonesia, dalam rangka mengeliminasi campak pada 2020, kampanye vaksin MR dilakukan dua fase melalui kegiatan imunisasi massal pada Agustus-September 2017 dan bulan yang sama pada 2018. Vaksin MR ini diberikan pada anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun.

Dilansir dari CNN Indonesia, Kementerian Kesehatan juga menyatakan vaksin MR ini halal untuk digunakan.

“Saya kira tidak ya, MUI tidak menolak. Karena sudah ada fatwa MUI tentang imunisasi nomor 4 tahun 2016,” kata Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek usai meninjau pelaksanaan kampanye imunisasi MR di Makassar, dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Rabu (1/8/2018).

“Sudah punya fatwa MUI. (Fatwa MUI No 4 Tahun 2016 tentang imunisasi. Lihat ketentuan hukum nomor 1: imunisasi pada dasarnya dibolehkan atau mubah dan 5: imunisasi wajib hukumnya),” kata Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Eni Gustina beberapa waktu lalu.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nila F Moeloek memastikan pemberian vaksin measles rubella (MR) aman bagi anak. Vaksin untuk mencegah penyakit campak Jerman ini menjadi bagian dari program imunisasi nasional yang digalakkan pemerintah.

Nila memastikan keamanan tersebut setelah sebelumnya ada penolakan dari sebagian masyarakat, terutama orang tua murid di sejumlah daerah.

Penyakit Rubella mudah menular, akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita hamil terutama pada masa awal kehamilan. Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan permanen pada bayi yang dilahirkan atau dikenal dengan Congenital Rubella Syndrome (CRS).

“Kalau kebetulan anak yang sakit Rubella ini dekat dengan ibu hamil, apalagi terkenanya di trimester pertama atau saat janin terbentuk, gejalanya juga tidak spesifik. Mungkin hanya demam ringan, padahal itu Rubella, anak yang dikandungnya bisa terlahir dengan kecacatan,” tambah Menkes.

Kelainan akibat Rubella disebut dapat berupa ketulian, gangguan penglihatan bahkan kebutaan, hingga kelainan jantung. Dalam hal bayi lahir dengan katarak misalnya, Menkes menerangkan bahwa operasi mengangkat katarak bisa dilakukan tetapi mengatasi gangguan penglihatannya sangat sulit.

“Dampak dari Rubella ini sangat luar biasa. Saya kira kita harus memikirkan dampak dan akibat yang terkena apabila kita menolak imunisasi,” tandas Menkes.

(bin)
 
Top