PADANG -- Ketua Dewan Pembina Relawan Jokowi (Rejo) Sidarto Danusubroto mengukuhkan Dewan Penasehat Forum Komunikasi Relawan Pemenangan Jokowi (FKRJ) Sumatera Barat (Sumbar) 2019 di Kota Padang, Kamis (2/8/2019) kemarin. Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sumbar Shofwan Karim Elha termasuk satu dari 21 nama yang tertera dalam komposisi organisasi tersebut.

Mencuatnya nama Shofwan Karim memancing perdebatan di grup diskusi Whatshapp Alumni Mahasiswa Muhammadiyah (AMM) Sejati. Sebagian kader mendukung jalan yang ditempuh Shofwan. Namun sebagian lagi menentang. Alasannya, nama Syofwan tidak bisa dipisahkan dengan jabatannya sebagai Ketua PW Muhammadiyah Sumbar.

Polemik itu lantas direspons Shofwan Karim. Dia tidak menampik termasuk sebagai Dewan Penasehat FKRJ Sumbar 2019. Baginya, berbeda dukungan terhadap seorang kandidat presiden bukan masalah fatal. Apalagi Muhammadiyah bukan Lembaga Negara, bukan pula partai politik.

"Muhammadiyah gerakan keagamaan. Bebas menentukan pilihan untuk pemimpin. Ini jalan dakwah dan tidak akan mengganggu keutuhan Muhammadiyah," kata Shofwan Karim saat dihubungi melalui telepon selulernya, Jumat (3/8/2018), seperti dilansir jawapos.com.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) itu menerangkan, tidak ada larangan dari Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah terhadap para kader yang ingin berjuang di politik. Baik sebagai anggota dewan, tim sukses dan sebagainya.

Prinsipnya, Muhammadiyah akan mendukung siapa saja kader yang hendak maju di jalur politik. "Mau maju dari partai manapun bebas. Muhammadiyah akan dukung dan sukseskan kadernya. Jangan ragu-ragu, Muhammadiyah dukung siapa saja yang mau maju ataupun mendukung siapa saja," terang Shofwan Karim Elha.

Shofwan juga menantang para kader Muhammadiyah Sumbar untuk bersuara menyatakan dukungan. Baik kepada Prabowo, Jokowi, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan sebagainya. "Kader bebas memilih jalan dakwah. Semuanya kami dorong. Mau jadi calon atau tim sukses. Asal jangan tim sukses narkoba dan yang buruk-buruk saja. Negara kita civil society. Kami bukan ASN. Tidak ada netral-netral itu. Bebas dan kami dorong," tukasnya.

Shofwan sendiri mengaku tidak berbakat jadi anggota DPR maupun DPD RI. Sehingga dia memilih untuk tetap mengurus Muhammadiyah. Namun soal dukungan terhadap salah satu kandidat presiden, menurutnya adalah hal yang wajar-wajar saja. Apalagi tim yang diembannya tidak sebagai Ketua.

Soal namanya dan jabatannya sebagai Ketua PW Muhammadiyah yang diributkan kader, Shofwan menganalogikan dalam kehidupan pribadi sehari-hari. "Bedakan nama Shofwan Karim dengan Ketua PW Muhammadiyah. Sama halnya memisahkan saya sebagai suami dari istri. Tidak mungkin Ketua Muhammadiyah juga. Atau bayar uang sekolah anak, Ketua Muhammadiyah juga. Saya enjoy saja. Saya bukan ASN, sudah pensiun," tutupnya.

(jpc/rcc/scy)


 
Top