JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah China yang turut membantu penanganan tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402.

"Terima kasih kepada pemerintah China atas bantuan dalam musibah tenggelamnya KRI Nanggala 402," kata Sukamta mewakili nama rakyat Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (11/5/2021).

Namun demikian, Sukamta mengingatkan Kemenhan, TNI, BAIS dan stakeholder terkait pertahanan untuk mewaspadai tujuan di balik hadirnya kapal-kapal perang China di perairan Indonesia beberapa waktu terakhir.

Legislator asal dapil Daerah Istimewa Yogyakarta ini memaparkan beberapa kejadian yang relevan terkait keamanan dan data laut Indonesia sehingga kewaspadaan harus ditingkatkan dalam situasi apapun.

"Beberapa kali kita menemukan sea glider yang diduga milik China tanpa izin diduga sedang mengumpulkan data laut Indonesia. Ini hanya beberapa yang ketahuan yang tidak ketahuan bisa jadi lebih banyak," kata Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI ini.

Ia menambahkan pernyataannya bahwa setiap pergerakan militer asing harus diwaspadai, tak terkecuali wujudnya berupa kegiatan kemanusiaan seperti bantuan Angkatan Laut China kepada Indonesia dalam penanganan KRI Nanggala-402 beberapa waktu lalu. 

Kata Sukamta, dua kapal yaitu Xing Dao-863 dan Ocean Tug Nantuo-185 merupakan kapal penyelamat dan pengangkat kapal, sehingga penggunaannya tepat ketika membantu pengangkatan Nanggala 402.

"Namun, keberadaan kapal Scientific Salvage Tan Suo 2, kapal penelitian ilmiah yang beroperasi di bawah Institut Sains dan Teknik Laut Dalam dari Akademi Ilmu Pengetahuan Cina, patut diwaspadai. Kapal ini bisa menjalankan tugas ganda yaitu membantu pengangkatan Nanggala 402 sekaligus mengumpulkan data tentang laut Indonesia," ujarnya

Ia pun memberikan catatan terkait dengan adanya latihan kapal perang bersama antara TNI Angkatan Laut Indonesia dengan angkatan Laut China. Ia mengatakan, latihan bersama merupakan hal penting untuk saling memahami dan komunikasi antar negara.

"Namun kami memberi catatan apakah latihan kapal perang ini akan memberikan pemahaman ketika kelak masing-masing pihak bertugas menjaga perbatasan wilayah laut negara? Atau latihan ini membuka peluang pengumpulan data-data tentang laut dan kekuatan alutsista Angkatan Laut Indonesia?" tuturnya.

Selain itu, beberapa pekan terakhir kapal-kapal perang China berdatangan ke Indonesia di tengah memanasnya hubungan China dengan Amerika Serikat dan sekutunya yaitu Australia, tentu memiliki maksud politik. Muncul dugaan bahwa kapal Australia sengaja meninggalkan KRI Nanggala 402 lebih awal karena tidak ingin berkonfrontasi langsung atau diketahui data-data kapal perang yang Australia gunakan.

"Aktivitas kapal perang China di wilayah Indonesia tentu memberikan kesan dunia internasional tentang posisi Indonesia. Indonesia harus bersikap bebas aktif, jangan sampai terseret dalam konflik AS dengan China," kata Sukamta.

Ia pun mengajak pemerintah RI khususnya TNI untuk memastikan keamanan data laut Indonesia dan tidak turut terperangkap dalam konflik di Laut China Selatan.

"Sekadar diketahui, kapal yang digunakan oleh Angkatan Laut China dalam latihan bersama dengan TNI AL adalah kapal perang Liuzhou 573 (FFGHM) dan Suqian 504 (FSGHM), merupakan jenis kapal untuk patroli laut dan seringkali ditemukan melanggar batas di Laut Natuna," ungkap Sukamta.

Selain itu, beberapa waktu yang lalu berlangsung latihan gabungan antara AS, Jepang, India dan Australia di Samudera Hindia.

#wartaekonomi





 
Top