PERNAH dengar kisah Ummu Mahjan? Beliau adalah sosok yang mengabdikan diri di usia senjanya menjadi marbot di Masjid Nabawi.
Biasanya marbot atau orang yang mengurus dan membersihkan masjid adalah seorang laki-laki, namun kala itu ada seorang marbot perempuan yang sangat dihormati oleh Rasulullah SAW bernama Ummu Mahjan.
Dijelaskan dalam kitab Sahih al-Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah, zaman Nabi Muhammad SAW ada seorang perempuan hitam yang mengurus masjid Nabawi. Orang-orang biasa menyebutnya dengan panggilan Ummu Mahjan.
Ummu Mahjan begitu rajin menyapu dan membersihkan masjid Nabawi setiap hari. Di usianya yang sudah tua, beliau istiqomah melakukan satu hal yang mendatangkan manfaat untuk orang lain. Tentunya marbot adalah tugas yang dimuliakan oleh Rasul karena telah menjaga kebersihan masjid.
Sejatinya, pribadi muslim yang terbaik adalah yang selalu menebarkan kebajikan. Dan karena itu semestinya pribadi muslim harus bersenyawa dengan kebaikan sekecil apa pun. Karena bisa jadi kebajikan yang besar itu bermula dari hal-hal yang kecil. Dan tidak boleh meremehkan kebaikan itu sekecil apa pun sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW;
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِقٍ
Janganlah engkau meremehkan suatu kebaikan, walaupun sekadar bermuka manis ketika engkau bertemu dengan saudaramu. (HR Muslim).
Malam itu, kabar duka terdengar bahwa Ummu Mahjan telah wafat dalam keadaan sakit. Para Sahabat Rasul mendatangi rumah Rasulullah namun beliau sudah terlelap. Akhirnya para sahabat memutuskan untuk tidak memberitahu Rasul karena khawatir mengganggu waktu istirahatnya.
Beberapa hari kemudian Rasulullah SAW bertanya ke mana Ummu Mahjan kepada para sahabatnya. Lalu dijawab bahwa ia telah wafat dan telah dikuburkan.
Tentu saja mendengar kabar tersebut, Rasulullah kaget dan berkata mengapa tidak seorang pun yang memberitahukan hal itu kepadanya. Para sahabat menjelaskan, malam itu telah mendatangi kediaman Rasul namun beliau masih dalam keadaan tidur dan khawatir mengganggu waktu istirahatnya sehingga langsung mensalatkan dan menguburkan Ummu Mahjan.
Rasulullah pun langsung meminta ditunjukan tempat di mana Ummu Mahjan dimakamkan dan melakukan salat jenazah untuk mendoakannya. Setelah itu Rasulullah berkata.
“Sesungguhnya kuburan ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya Allah menerangainya bagi mereka karena aku telah mensalatkannya,” katanya.
Dari kisah Ummu Mahjan, bisa disimpulkan bahwa pekerja marbot begitu disukai Rasulullah karena telah melakukan pekerjaan mulia dengan menjaga dan membersihkan rumah Allah. Maka hormatilah para marbot masjid di mana pun dan doakan yang terbaik untuk mereka.
Ada sejumlah hikmah yang bisa sama,-sama kita petik dari kisah Ummu Mahjan, antara lain:
1. Apa pun kedudukan sesorang dalam strata sosial, selama melakukan kebajikan yang diridai Allah sekecil apa pun harus dihargai.
2. Wanita di zaman Nabi tidak harus selalu berada di rumah saja. Mereka juga bersosialisasi, bekerja di ruang publik, dan berkhidmat untuk agamanya, meskipun melalui perbuatan kecil seperti mengurus masjid.
Karena terkadang mengajak kemakrufan (seperti sifat khaira ummah) itu efektif dengan cara bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
3. Penghormatan Nabi kepada Ummu Mihjan yang berkulit hitam, memberikan pelajaran kesamaan beramal saleh di mata Allah.
4. Siapa pun yang disalati Rasulullah SAW, akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah. Dan siapa pun yang disalati Rasulullah SAW pasti orang itu memang mulia dalam pandangan Beliau. Sekalipun hanya tukang sapu masjid.
Wallahu A’lam