f: dok.antara
JAM menunjukkan pukul 23.30, saya baru selesai membaca postingan salah satu teman FB tentang kisah mahkluk besar yang mau turun dari gunung ikut lewat menuju Samudera Jawa melalui daerah-daerah di Banjar, saking besarnya sampai air bah pasang tinggi. Dari kemarin kisah ini bolak-balik berseliweran baik di FB atau pun di grup WA dan jadi pro dan kontra. 

Saya jadi ingat kisah Almarhum Kai (kakek) waktu zaman dulu, mungkin sekitar 28 tahun yang lalu, waktu saya masih kecil. Kai saya asli orang Pagat, Barabai HST Kalsel. Waktu itu saya beberapa kali diajak mama berkunjung kerumah Kai dan keluarga disana. 

Saya masih ingat dari rumah kai itu saya bisa melihat gunung besar yang tinggi menjulang, berwarna hijau tua dan hutannya lebat. Saat melihat gunung itu saya selalu kagum, dan bertanya itu gunung apa kai, rasa-rasanya waktu itu beliau menjawab itu gunung Meratus. Saya agak lupa karena saking lamanya memori anak-anak. Waktu itu saya masih belum paham jadi iya-iya aja waktu kai menjelaskan seperti itu. 

Dulu itu di kampung sana tidak seperti sekarang listrik masih seadanya, kalau malam tiba gelap sunyi jadi saya kadang rewel menangis mau pulang ke Banjar. 

Kalau saya sudah mulai rewel biasanya kai dan acil (saudara perempuan mama) sering bicara seperti ini untuk mendiamkan saya, "Ayu sudah jangan menangis, itu di gunung tinggi ada nang bemata habang ganal, kalo pina inya datang mendangar kekanakan menangis". ("Ayo sudah jangan menangis, itu di gunung yang tinggi disana ada mahkluk yang matanya merah besar, nanti dia bisa datang kalau mendengar ada anak-anak yang menangis"). 

Malam ini memories saya tiba-tiba flash back kembali ke masa-masa itu, tentang kisah-kisah Almarhum kai kisah urang tuha bahari. 

Ada Juga kisah Almarhumah Datu saya yang di Banjar, mengisahkan tentang naga besar panjang penunggu Sungai Martapura, datu saya bercerita kalau buntutnya aja yang bergerak bisa banjir se Banjarmasin, nanti kalian anak cucu ada yg menemui banjir besar di Banjar, tapi kami ini yg tua-tua sudah meninggal semua, saya waktu itu hanya mandam (termenung) sambil berkata, ah datu nih pasti hanya menakut-nakuti, dan datu saya hanya tertawa. 

Datu saya memang suka bercerita, dan saya waktu kecil senang sekali kalau datu sudah mengisahkan entah tentang kerajaan, tentang kisah mahkluk penunggu yang ada di bumi Kalimantan Selatan, atau kisah tentang Jepang dan Belanda yang menjajah Banjar. Namanya juga anak-anak pasti sangat bersemangat kalau diceritakan kisah sejarah, hal-hal yang kadang terasa menakjubkan atau diluar nalar. 

Sekarang Saya hanya tersenyum saja pas teringat kisah-kisah orang tua bahari, bukannya saya mendustakan atau bukan pula percaya. 

Yang jelas Allah SWT pemilik apa yg ada di muka bumi, banyak mahkluk Allah SWT yang tidak kita ketahui dan Allah SWT mampu menciptakan apa saja, seperti ikan Nun yang besar menelan nabi Yunus AS, kisahnya ada dalam Al Qur'an, belum lagi kisah Bah/banjir besar yg dialami Nabi Nuh AS beserta umatnya.

Terpenting sekarang kita banyak-banyak istighfar, banyak mengingat Allah SWT, minta ampun kepada Allah SWT. Bencana sekarang karena memang alam juga mulai berubah, sekarang La Nina sedang mengancam Indonesia, belum lagi kita tahu sama tahu Kalimantan Selatan sekarang bukan Kalimantan Selatan yang dulu penuh hutan hijau belantara sebagai salah satu paru-paru dunia. 

Sudah kita ketahui emas hitam yang digunakan sebagai penerangan dan lain-lain itu, yang kapal tongkangnya banyak kita lihat di perairan sungai martapura dikeruk dari perut bumi kalimantan, lubang-lubang besar tambang baru bara yang bekas galiannya ditinggalkan begitu saja sampai menjadi danau, belum lagi hutan hujan yg sekarang berubah jadi lahan sawit beribu-ribu hektar, itu otomatis merusak ekosistem lingkungan. Hutan hujan yg ditebangi membuat erosi tanah karena tidak ada lagi akar-akar pohon yg mencengkram, jadi tanah sewaktu-waktu bisa longsor. Ditambah sekarang badai La Nina, hujan besar terus-menerus, air laut pasang dan lain-lain. Itu salah satu faktor juga yang menyebabkan bencana di Kalsel sekarang. 

Jadi ya itu lah, semoga semua belajar dari bencana yang sekarang terjadi, mudah-mudahan akan ada perundang-undangan khusus yang mengatur tentang pertambangan dan pembukaan lahan. Semoga Kalsel setelah ini bisa bangkit kembali, warga Kalsel bisa melewati ini semua dengan tabah, bersatu saling membantu, sesuai semboyan urang Kalimantan Selatan "Waja Sampai Kaputing" yang artinya  "tetap bersemangat dan kuat bagaikan baja dari awal sampai akhir". Jangan gara-gara kisah-kisah seperti diatas itu jadi ribut antara yg percaya dan tidak percaya, biarkan kisah-kisah legenda itu jadi kisah rakyat Kalimantan Selatan. 

Saya memohon doanya untuk warga Kalsel, Mari kita saling mendoakan, jangan lupa perbanyak Istighfar Kepada Allah SWT dan shalawat kepada Rasulullah SAW. Doakan pemimpin kita, pemimpin Kalsel yang sekarang, semoga beliau mampu bertanggung jawab memegang tampuk kepemimpinan dan menjaga seluruh warga kalimantan selatan, semua yg memegang tampuk kepemimpinan pasti akan mempertanggung jawabkan kelak di akhirat. 

Doakan semoga pemimpin kita bisa menjadi seperti khalifah Umar bin Khattab yang selalu berkeliling ke seluruh wilayah dan tidak bisa tidur, takut rakyatnya ada yg kelaparan. 

Doakan pemimpin/presiden kita yang sekarang dengan doa yang baik-baik, karena katanya hari ini beliau mau ke Kalsel meninjau secara langsung keadaan disini. Mari kita berdoa untuk tanah kalsel yang kita pijak dan langit kalsel yang kita junjung. 

***

Tulisan ini ditulis saat waktu menunjukan pukul 01.30 dinihari di Banjarmasin.

Dickala malam gulita dan hujan yang belum berhenti mengguyur kota Banjarmasin dan air masih tinggi. 

Ya Allah Ya Rabbi ampuni segala dosa dan kesalahan kami warga kalimantan Selatan, beserta pemimpin-pemimpin kami. 

Aamin ya Rabbal Alaamiin.

Bencana banjir ini akan selalu di ingat warga Kalimantan Selatan, karena baru kali ini kota seribu sungai yang terkenal dengan hutan belantaranya mengalami banjir bandang besar dan air pasang tinggi merata hampir diseluruh kabupaten.

Banyak rumah-rumah yang hancur, harta benda yang hilang, warga yang kelaparan karena terjebak air, tidak bisa mengungsi dan tidak terjangkau karena akses jalan yg tidak bisa dilalui, sudah banyak korban jiwa yang meninggal akibat banjir bandang, hanyut terbawa air, atau yqng tersengat aliran listrik di air. Biarkan tulisan ini menjadi saksi kisah untuk anak cucu kami nantinya. 

Ditulis oleh: Ummu Aufa Akmal / anggota Komunitas Bisa Menulis Baru (New KBM)

#praytokalsel

#kalseljugaIndonesia

 
Top