Foto tidak terkait dengan berita, sekedar mengilustrasikan seorang perempuan cantik dalam balutan mukena berkualitas. red
PADANG -- Kepolisian Daerah Sumatera Barat (Polda Sumbar) mulai menyelidiki dugaan investasi bodong berkedok usaha mukena dan selendang. Terkait kasus yang dilaporkan pada 28 Agustus 2021, pihak Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) masih mengumpulkan bukti-bukti.

“Sementara lidik dan pengumpulan bukti-bukti,” ujar Direktur Reskrimum Polda Sumbar Kombes Pol. Imam Kabut Sariadi dalam keterangan tertulis kepada awak media di Padang, Rabu (8/9/2021) kemarin.

Ditambahkan Imam, pihaknya akan mulai melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi. Pemeriksaan dijadwal dalam beberapa hari ke depan.

“Besok Jumat dilanjutkan. Sesuai rencana ada empat orang,” ujarnya singkat.

Sebelumnya, dalam kasus ini diduga 140 orang menjadi korban. Para korban didampingi pengacara mereka dari Kantor Advokat, M Nur Idris dan Associates.

“Yang kami laporkan itu seorang perempuan berinisial RY (37) bersama beberapa orang pengelola investasi. Kesemuanya merupakan warga yang berdomisili di Koto Hilalang Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Provinsi Sumbar,” kata pengacara korban, Idris.

Ia menjelaskan bahwa yang dilakukan terlapor bersama pengelola modal adalah menawarkan pengelolaan mukena dan selendang. Barang ini akan dijual ke Negara Malaysia dan Pusat Grosir Pasar Simpang Aur Kuning Bukittinggi.

“Dengan tawaran keuntungan mencapai besaran 40 persen dari modal yang diinvestasikan dan diberikan setiap bulannya. Kegiatan investasi ini sudah dilakukan sejak awal tahun 2020 sampai Juli 2021,” ujarnya.

“Jadi misalnya, investasi dengan modal Rp100 juta maka akan diberikan keuntungan sebanyak 40 persen atau Rp40 juta pada bulan berikutnya. Atau modal investasi Rp2 juta akan diberikan keuntungan Rp800 ribu,” sambung Idris seperti dilansir langgam.

Keuntungan diberikan namun modal tetap disimpan sebagai modal selanjutnya oleh terlapor bersama pengelolanya. Awal pertama pembuatan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) pemberian keuntungan berjalan lancar.

Namun, kata Idris, beberapa bulan kemudian setelah ada investor yang mengulang atau menambah modal periode berikutnya keuntungan tidak ada lagi diberikan dengan alasan pandemi covid-19 atau uang belum dibayar pembeli.

Karena terlapor tidak ada lagi memberikan keuntungan, maka beberapa investor mencoba menghubungi pengelola namun tidak mendapat jawaban. Hingga awal tahun 2021 beberapa orang investor mendatangi rumah terlapor.

Ternyata investasi pengelolaan mukena dan selendang itu tidak ada sama sekali alias bodong. Yang terjadi adalah skema money game atau permainan uang, dimana uang modal investor satu untuk menutupi uang investor lain.

#lgm/red





 
Top