Oleh:
 Melti Amrius #

"KABA baiak baimbauan kaba buruak bahambauan". Ini merupakan suatu istilah dalam bahasa Minangkabau, Sumatera Barat. 

"Kaba baiak baimbauan", artinya kabar baik dari seseorang yang langsung ia kabarkan kepada orang lain. "Kaba buruak bahambauan", artinya kabar buruk yang didengar kemudian bergegas untuk segera mengabarkan kembali dan mendatangi.

BACA JUGA: Falsafah Hidup "Urang Minang"

"Kaba baiak" atau kabar baik yang dimaksudkan seperti acara pesta pernikahan, aqiqah, syukuran dan sebagainya. Biasanya kabar baik ini akan disampaikan oleh yang punya hajat kepada orang lain yang ingin diundangnya. Bagi seseorang yang tak dikabarkan atau ia lupa mengabari, maka seseorang tidak akan hadir pada hajatannya meskipun kerabat atau koleganya sendiri. Makanya ketika yang punya hajat terlupa mengabarkan dengan cara memberikan sekapur sirih (manyiriah) ataupun dengan memberikan surat undangan, biasanya pada saat bertemu ia akan minta maaf atas kekhilafannya.

BACA JUGA: Sebelas Pilar Sifat Manusiawi dan Beradab Menurut Adat Minangkabau

Namun berbeda halnya dengan adanya "kaba buruak" (kabar yang tidak mengenakkan seperti musibah, meninggal dunia, sakit dan sebagainya). Jika seseorang sedang mengalami hal tersebut maka tak perlu baginya memberi kabar karena "kaba buruak itu bahambauan", artinya kabar yang sudah didengar oleh seseorang maka akan diteruskan kepada kerabat tetangga atau koleganya. "Bahambauan" ini maksudnya menyampaikan atau mengunjungi tanpa perintah, berangkat dari rasa empati untuk membezuk ataupun melayat seseorang yang sedang mengalami kabar buruk tersebut.

Demikian sekilas pemahaman tentang istilah di Minangkabau. Semoga bermanfaat. **


#Penulis berdomisili di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, berdinas di SMA Negeri 1 Gunung Talang. 

Pehobi aneka warna sesuai dengan situasi, berkesenian, berjualan serta menulis ini punya motto yang patut dipanuti, "Selagi ada waktu dan kesempatan untuk hal yang bermanfaat, gunakanlah sebaik baiknya. Karena waktu dan kesempatan itu belum tentu ada di kemudian hari".

Ia juga berprinsip, segala hal yang dikerjakan, dirasakan serta dilalui dalam hidup dan kehidupan, tetap berpedoman kepada ridho Illahi dan tuntunan Rasulullah. Dengan begitu hidup menjadi terarah, dengan Ilmu hidup jadi mudah dan dengan seni hidup jadi indah. 'Bak pepatah minang, "tigo tungku sajarangan".

 





 
Top