Oleh: Dr. KH Amidhan Shaberah*
IDULADHA 2025 yang memancarkan kesyahduan takwa di seluruh dunia Islam, di Gaza Palestina justru penuh nestapa! Betapa tidak! Di malam Idul Qurban, tentara Israel melancarkan pembantaian terhadap warga Gaza -- 41 orang tewas. Mereka yang tewas adalah anak-anak, wanita, dan sejumlah jurnalis.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) secara brutal melakukan penyerangan ke Gaza di malam hari suci itu. Sehingga tanah Gaza penuh darah. Bukan darah hewan kurban. Tapi darah manusia yang terkapar terkena peluru panas IDF.
Di hari Iduladha, usai menumpahkan darah di malam harinya, tentara Israel dengan senjata lengkap mengawasi orang-orang yang hendak salat Id. Masjid Baitul Maqdis dijaga ketat tentara. Tak semua kaum muslimin bisa memasuki masjid. Tentara berjaga dan mengawasi kaum muslimin dengan senjata siap tembak.
Jangan tanya adakah kambing, sapi, atau unta yang dipotong untuk kurban. Tak ada. Bahkan nasi, roti, atau gandum pun tak ada. Suasana Idul Qurban dan hari tasyrik mencekam. Warga Gaza tak hanya takut untuk salat Id. Tapi juga takut mati lemas karena lapar. Makanan dan minuman tak ada. IDF menutup akses bantuan makanan dan minuman dari luar negeri untuk warga Gaza. Tak peduli di hari suci!
“Iduladha kali ini terasa seperti darah,” ucap Sami Felfel, warga Gaza utara. “Ini adalah tahun-tahun tersulit yang pernah kami jalani di Gaza,” tambahnya.
Meski demikian puluhan ribu warga Palestina melaksanakan salat Iduladha di Masjid Al-Aqsa Yerusalem yang diduduki IDF Jumat pagi. Sekitar 80.000 warga Palestina berkumpul di masjid tersuci ketiga umat Islam itu sambil melantunkan takbir. Tak peduli moncong senjata IDF di sekitar masjid.
Suasana Jerusalem sangat mencekam. Tentara dan polisi Israel dikerahkan secara besar-besaran di dalam dan sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa dan Kota Tua Jerusalem, sebelum, selama, dan setelah salat Idul Adha. Banyak warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki Israel tidak bisa salat di Jerusalem. Karena gerakan warga Palestina dihadang IDF.
Tapi di Betlehem, Tepi Barat selatan, ribuan orang melaksanakan salat Idul Adha di Lapangan Omar Ibn Al-Khattab, dekat Gereja Kelahiran Jesus. Kota Betlehem relatif aman karena selalu menjadi pusat perhatian internasional. Maklum Betlehem dianggap sebagai "kota suci" tiga agama Abrahamik -- Islam, Kristen, dan Yahudi.
Sementara itu, di kota Hebron, para jemaah berkumpul di Masjid Ibrahimi yang bersejarah di bawah pembatasan keamanan ketat Israel.
Direktur wakaf keagamaan Hebron, Munjid al-Jabari, mengatakan otoritas Israel sekali lagi menolak membuka masjid sepenuhnya bagi jemaah Muslim, termasuk gerbang timurnya.
"Ini adalah tahun ketujuh Israel menolak umat Islam beribadah di masjid Ibrahimi. Tak terkecuali salat di bulan Ramadan dan kedua perayaan Idulfitri dan Iduladha," ujar Al-Jabari.
Setelah lebih dari 20 bulan konflik Israel-Hamas sejak Oktober 2023, warga Gaza menghadapi Iduladha dalam bayang-bayang kehancuran, pengungsian, dan trauma yang mendalam.
Akses terhadap kebutuhan pokok semakin terbatas. Perayaan Iduladha yang biasanya ditandai dengan penyembelihan domba nyaris tidak mungkin terwujud.
“Biasanya pada waktu seperti ini saya menerima hingga 300 pesanan sapi dan domba, tapi tahun ini, satu pun tak ada,” ujar Ahmed Al Zayigh, pedagang hewan kurban di Kota Gaza kepada AFP, Jumat, 6 Juni 2025.
Idul Qurban di Gaza memang mencekam. Daging dan roti langka. Daging menjadi barang mewah yang tak terjangkau. Mohammed Othman (36), pengungsi yang kini tinggal di Deir Al Balah, mengatakan bahwa sekadar mendapatkan roti pun sudah menjadi anugerah.
“Kami hanya berharap bisa menemukan roti untuk memberi makan anak-anak kami di hari Idul Adha. Mereka akan bersukacita hanya dengan mendapat tepung, seolah-olah itu daging,” katanya.
Othman mengaku rindu dengan tradisi berbagi daging kurban sebagaimana diajarkan dalam Al Quran. Tapi saat ini, realitas di lapangan membuat tradisi itu sulit dijalankan.
Israel yang menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, telah melancarkan serangan genosida di Gaza sejak Oktober 2023 -- menewaskan sekitar 54.700 warga Palestina. Korban tewas kebanyakan wanita dan anak-anak.
November 2024 lalu, Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag Belanda mengeluarkan surat perintah penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di Gaza. Tapi kedua penjahat tersebut dilindungi Washington.
*Dr. KH Amidhan Shaberah adalah Ketua MUI 1995-2015/Komnas HAM 2002-2007