CAROK sudah tak asing lagi di kalangan masyarakat Madura. Bahkan tradisi carok sudah dikenal luas Sabang sampai Merauke.

Carok, secara etimologi berarti "pertarungan". Secara istilah, berarti "pertarungan antara dua orang disebabkan oleh beberapa konflik, di antaranya harga diri, harta, agama, wanita. Pertarungan dilakukan dengan senjata tajam jenis "celurit" (senjata khas Madura) dengan didasari perjanjian yang mulia.



Tradisi carok yang sebenarnya itu sendiri sekarang sebenarnya sudah punah dan tidak dibudidayakan lagi oleh masyarakat Madura.

Carok sendiri ternyata mempunyai makna yang sangat luar biasa dan budaya carok ini memang harus dibudidayakan oleh masyarakat Madura.

Akan tetapi, banyak khalayak masyarakat Madura -- bahkan orang-orang luar sana menganggap carok itu sadis, kejam, tidak berperikemanusiaan dan sebagainya. Itu disebabkan karena mereka hanya memandang dari luar, dimana ada dua pihak terlibat bentrok/berkelahi dengan celurit hingga mengakibatkan luka-luka bahkan tak sedikit berujung kematian. Karena itulah budaya carok, oleh kebanyakan pihak dinilai salah.

Bahkan jika mengacu pada carok yang sebenarnya, peristiwa yang pernah terjadi pada tahun 2005 -- tepatnya di Desa Bujur Tengah -- , itu tidak termasuk kategori carok. Perlu pula kita sadari bahwa carok yang sebenarnya didasari dengan perjanjian antara si A dan si B, dengani didasari beberapa konflik. Dengan rincian, si A sudah mendapatkan restu dari keluarganya. Begitupun si B, juga mendapat restu dari keluarganya untuk melakukan carok.

Contoh: Si A istrinya diambil oleh si B. Karena istrinya diambil, si A marah dan mengajak si B untuk carok dan di sanalah ada perjanjian antara si A dengan si B. Mereka tentukan tempat dan jamnya. Maka mereka akan bertarung hingga titik darah penghabisan.

Dari sudut pandang agama, jika dalam pertarungan (carok) si A mati, itu sudah pasti matinya mati syahid. Karena dalam agama Islam ada empat yang harus kita perjuangkan, yaitu harta, agama, keluarga dan harga diri.
Sebaliknya bagi si B, carok berarti petaka karena dia sudah bersalah dan tidak ada yang harus dia perjuangkan.

Itulah carok yang sebenarnya.

So, sangat perlu kita sejenak merenungkan kata-kata yang di sampaikan oleh mendiang maestro WS Rendra.

• Kesadaran adalah matahari
• Kesabaran adalah bumi
• Keberanian adalah cakrawala
• Perjuangan adalah pelaksanaan kata- kata.

(**)
 
Top