JAKARTA -- No Bra Day yang diperingati setiap 13 Oktober dianggap sebagai ajang edukasi tentang kanker payudara. Pertama kali diadakan pada 19 Oktober 2011, acara tersebut diberi nama Hari BRA (Breast Reconstruction Awareness).

Namun dari tahun ke tahun, momen ini menjadi kontroversial karena beberapa orang melihatnya sebagai ajang eksploitasi tubuh wanita, dan pada saat yang sama, meremehkan penyakit yang sangat serius.

No Bra Day sendiri tidak diakui secara resmi oleh organisasi penelitian kanker manapun dan bukan bagian resmi dari Bulan Kesadaran Kanker Payudara oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

Meski demikian, perayaan ini secara tidak langsung bertujuan untuk mengumpulkan dana untuk pencegahan kanker.

Salah satu miskonsepsi yang sering diangkat dalam perayaan ini adalah penyintas kanker payudara bahkan harus menggunakan bra khusus untuk membuat mereka tampak 'normal'.

Jean Sachc, CEO Living Beyond Breast Cancer, salah satu organisasi yang didedikasikan untuk dukungan bagi para pengidap kanker payudara, mengatakan perayaan No Bra Day sangat ofensif.

"Maksud saya, kanker payudara adalah penyakit yang mengancam jiwa. Ini tidak ada hubungannya dengan memakai bra atau tidak memakai bra," katanya dalam wawancara bersama Mashable.

Ia mengatakan slogan seperti #SavetheBoobies menjadi banyak disalah artikan sebagai payudara lebih berharga daripada nyawa mereka. 

Beberapa kampanye di No Bra Day juga disoroti Sachs karena terkesan memperlihatkan untuk menyelamatkan payudara, bukan wanita itu sendiri, sehingga meleset dari tujuan utama kampanye ini.

#dtc/bin




 
Top