WASHINGTON DC -- Seperti halnya di Timur Tengah, Laut China Selatan adalah salah satu tempat di belahan dunia yang situasinya dilanda ketegangan. Dua negara besar di dunia, Amerika Serikat (AS) dan China, saling balas unjuk kekuatan militer di teritorial laut internasional ini.

Pekan lalu, Sekretaris Negara AS, Mike Pompeo, memberikan pernyataan resmi yang cukup mengejutkan. Dalam situs resmi Kedutaan Besar AS untuk China, Pompeo menuding bahwa Partai Komunis China mengeksploitasi fokus dunia dalam pandemi Virus Corona atau COVID-19, sementara Negeri Tirai Bambu itu melanjutkan tindakan provokasinya, terutama di wilayah Laut China Selatan.

Pompeo juga menuding China mengklaim sepihak pembuatan dua distrik administratif di wilayah Laut China Selatan. Belum berakhir sampai di situ, Pompeo juga menyebut militer China yang menenggelamkan sebuah kapal penangkap ikan Vietnam serta pembangunan pusat penelitian di Kepulauan Sparatly.

"China mengeksploitasi fokus dunia pada krisis COVID-19 dengan melanjutkan perilaku provokatifnya," ujar Pompeo dikutip Asia.nikkei.com.

"China terus mengerahkan milisi maritim di sekitar Kepulauan Sparatly, dengan menyertakan kapal survei energi dalam armadanya untuk tujuan mengintimidasi. AS sangat menentang penindasan Tiongkok dan kami berharap negara-negara lain akan meminta pertanggungjawaban mereka juga," katanya.

Tudingan AS ini tentu sangat serius. Apalagi baru-baru ini, Angkatan Laut Filipina mengungkap sebuah fakta intimidasi yang dilakukan oleh Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN).

Sebuah kapal perang cepat Angkatan Laut Filipina yang tengah berlayar menuju Commodore Reef di Kepulauan Sparatly, Laut China Selatan, memantau sebuah kapal berwarna abu-abu di kejauhan. Setelah melakukan kontak, ternyata kapal itu adalah kapal perang milik Angkatan Laut China.

Kapal perang Filipina ini sempat melakukan kontak radio kepada kapal tersebut. Akan tetapi, jawaban yang didapat justru respons yang mengintimidasi. Sesaat kemudian, kapal perang China itu disebut mengarahkan moncong senjatanya ke arah kapal perang Filipina.

"Pemerintah China memiliki kedaulatan abadi atas Laut China Selatan, pulau-pulau dan perairan di sekitarnya," bunyi respons kontak radio dari kapal perang China.

Setelah tudingan yang diarahkan oleh Pompeo dan pernyataan Angkatan Laut Filipina, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, memberi pernyataan tegas. Hampir senada dengan respons yang terlontar dari kapal perang PLAN, Geng Shuang juga menegaskan memastikan sikap China dalam permasalahan ini.

"China akan secara tegas selalu melindungi kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangungannya. Tidak peduli apapu, tidak peduli kapanpun," ucap Geng Shuang. 

**

 
Top