PADANGPANJANG, SUMBAR -- Istilah "Galo-galo atau Kelulut", mungkin tidak begitu asing didengar oleh masyarakat Sumatera Barat, terutama di Kota Padang Panjang. Pasalnya, Galo-galo merupakan salah satu kelompok lebah yang tak berbisa atau tak menyengat.

Kebanyakan dari masyarakat beranggapan jika galo-galo merupakan binatang perusak atau pengganggu. Karena mereka hidup pada pohon-pohon kayu yang berlobang. Tetapi kenyataannya, galo-galo sendiri mampu menghasilkan madu yang tak kalah dahsyat manfaatnya dibandingkan madu yang dihasilkan lebah madu biasa.

Desmon adalah salah satu pembudidaya galo-galo di Kota Padang Panjang. Berbekal ilmu yang diperoleh, dia mulai membudidayakan galo-galo pada Desember 2018 lalu dengan jenis Itama dan Thora.

"Waktu demi waktu yang saya habiskan memelihara galo-galo ini akhirnya berbuahkan hasil, saya menikmati sendiri madu yang dihasilkan oleh galo-galo tersebut," ujar Desmon. 

Dengan keberhasilan itu, Desmon mulai merangkul masyarakat sekitarnya untuk ikut membudidayakan galo-galo, sehingga terkumpullah komunitas galo-galo yang bernama "Kelompok Petani Kelulut" atau disingkat dengan KPK Padang Panjang.

Untuk menambah pengetahuan tentang galo-galo, Komunitas KPK kedatangan Pensiunan Dosen Unand Prof. Dr.Siti Salmah dan rombongan yang mengetahui tentang seluk beluk perkembangan galo-galo di Padang Panjang salah satunya di Tabek Gadang, Kelurahan Ganting, atau yang lebih dikenal dengan Desmon Farm, Rabu (31/7/2019).

Maksud dan tujuan datang ke Padang Panjang yakni ingin melihat sejauhmana perkembangan galo-galo serta pelestariannya seperti apa.

Beliau menanyakan apakah terdapat kendala dalam membudidayakan galo-galo, serta varian madu yang dihasilkan dari masing-masing jenis galo-galo juga berbeda tergantung dari nektar yang dihasilkan tanaman baik dari bunga ataupun dari kuncup daun muda.

"Untuk diketahui, kami berharap agar para komunitas tidak menggabungkan atau mencampurkan antara spesies thora dan itama, begitu juga dengan madu yang dihasilkan," ujarnya.

Beliau juga mengajak agar masyarakat Padang Panjang beramai-ramai membudidayakan galo-galo, karena selain mengisi waktu luang juga bisa menambah penghasilan dari hasil panen madu galo-galo.

Sementara Kabid Destinasi Dinas Pariwisata Medi Rosdian, S.Sos, M.Si menambahkan sangat mengapresiasi sekali dengan kehadiran komunitas KPK  di Padang Panjang. "Dengan begitu, kita mampu menghadirkan wisata edukasi madu kelulut di Padang Panjang nantinya, kita juga bisa menghadirkan kuliner yang berbahan madu kelulut," ujarnya.

Saat ini, ada sekitar 15 anggota yang tergabung dalam komunitas KPK dengan berbagai jenis galo-galo yang dibudidayakan. Seperti Desmon memiliki 4 thora, 15 itama, 4 matahari, 1 minangkabau dan 12 leavicep, Nidya Salmi telah mengembangkan 3 itama dan 1 thora, Rima Amanda ada 4 itama dan 1 thora, Fauzi ada 2 itama dan 16 thora, Ratih Marelita, Denny Ricard, Nina Lestari, Ade Saputra, Fera Marlinda, Kaetika Sari, H. AR Dt. Panjang, Gusnimar,Hera, Anggi dan Emrizal 1 itama. 

(rel/ede)
 
Top