PADANG -- Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menyerukan agar masyarakat provinsi itu, baik yang di kampung halaman maupun yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia untuk ikut membantu kepulangan perantau dari Wamena, Jayawijaya, Papua.

"Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov Sumbar sudah mulai pengumpulan bantuan. Diharapkan ASN di kabupaten dan kota juga mengikuti. Masyarakat di kampung dan di rantau juga bisa mengirimkan bantuan," katanya di Padang, Sabtu (28/9/2019).

Kepedulian semua pihak sangat diharapkan karena biaya pemulangan dari perantau Minang itu cukup besar. Berdasarkan informasi dari Ketua Ikatan Keluarga Minang (IKM) Papua, Zulhendri Sikumbang, sementara ini ada sekitar 327 kepala keluarga perantau di Wamena yang ingin pulang.

Dengan estimasi tiga orang per keluarga, ada 900 orang lebih yang harus dibantu kepulangannya. Harga tiket pesawat dari Papua-Padang diperkirakan Rp 5 juta per orang. Jadi setidaknya butuh Rp 4,5 miliar anggaran untuk membantu pemulangan perantau itu.

Irwan mengatakan Pemprov Sumbar sudah membuka rekening khusus untuk membantu perantau di Wamena tersebut. Siapapun yang bersedia membantu bisa mengirimkan bantuan ke rekening Bank Nagari 2101.0210.07340-3 atas nama Sumbar Peduli Sesama.

Nasib perantau Minang di Wamena saat ini, katanya, masih simpang siur. Informasi terakhir sebagian besar termasuk wanita dan anak-anak masih bertahan di tenda-tenda pengungsian.

Untuk memastikan kondisinya Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit bersama sejumlah perwakilan OPD langsung diutus ke Papua untuk memastikan hal itu. Rombongan itu juga membawa sedikit bantuan yang sempat terkumpul sebelum keberangkatan.

"Dari hasil pertemuan nanti diharapkan akan didapat informasi pasti kondisi dan berapa orang warga Sumbar di sana yang ingin pulang namun tidak punya biaya lagi," katanya.

Sebelumnya kerusuhan di Wamena mengakibatkan 28 orang tewas. Sepuluh diantaranya perantau Minang yang berasal dari Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Delapan dari sepuluh jenazah itu sudah dipulangkan dan dikuburkan di kampung halaman. Namun, kondisi perantau di Wamena masih simpang siur. Banyak informasi tidak jelas menyebar melalui pesan WA dan media sosial.

Sumber: tempo.co
 
Top