CATATAN: Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda atau anggota keluarga Anda merasakan gejala atau ada gelagat depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti mubaligh, alim ulama, rohaniawan, psikolog, psikiater ataupun klinik kesehatan mental.

Seorang remaja inisial RS (17) ditemukan tewas gantung diri di rumahnya Pelalawan, Riau. Mirisnya, ia merekam tindakan mengakhiri hidupnya tersebut.

Kasatreskrim Polres Pelalawan, AKP Narsy Marsy mengatakan korban bunuh diri pada Minggu (9/1/2022) lalu. Narsy mengakhiri hidup dengan gantung diri di pintu kamar.

"Korban ditemukan meninggal dunia pukul 02.00 Wib. Ditemukan kakak iparnya," kata Narsy, Rabu (12/1/2021).

Kakak ipar korban, SU (31) kaget melihat korban tergantung di pintu kamar dengan seutas tali. Melihat adiknya gantung diri SU langsung teriak histeris.

"Melihat hal tersebut saksi SU histeris dan membangunkan suaminya. Kemudian SU buru-buru menurunkan korban RS dengan maksud ingin menyelamatkan korban. Tapi saat diturunkan, korban tak bernyawa lagi," katanya.

Setelah itu kakak ipar korban melaporkan kejadian ke Ketua RT setempat. Tak lama kemudian seluruh keluarga datang dibawa ke rumah duka.

"Fakta yang ditemukan di lapangan, korban sebelum kejadian sempat pergi ke Sorek jalan-jalan bersama dengan saksi. Mereka kembali ke rumah sekitar pukul 23.00 WIB," katanya.

Selain itu, korban juga pernah bercerita umurnya tidak lama lagi. Bahkan, korban sempat merekam aksinya bunuh diri pakai Hp pribadi dan membuat surat.

"Benar bahwa sebelum korban mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri korban merekam kejadian bunuh dirinya. Direkam pakai Hp korban dan meninggalkan pesan di secarik kertas. Diduga kuat korban bunuh diri akibat ada depresi," katanya.

Rentetan kasus bunuh diri disebabkan depresi di Provinsi Riau cenderung menonjol mulai akhir 2021 lalu hingga awal 2021 ini. Banyak faktor yang memicu depresi hingga para korban memutuskan mengakhiri hidup, yang tentunya merupakan perbuatan yang sangat dilarang oleh ajaran agama apapun juga di dunia, terutama agama Islam. Faktor pendorong, mulai persoalan asmara, dikhianati orang kepercayaan hingga faktor kesulitan ekonomi keluarga.

Cemburu

Pada awal Desember 2021 lalu, seorang pria berinisial AL (25), di Kampar, Riau, nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Aksi itu dilakukan AL diduga karena cemburu kepada calon istrinya, NI.

Kapolsek Siak Hulu AKP Rusyandi Siregar mengatakan korban diketahui tewas saat kakak sepupunya, Nurhayati, datang untuk mengajak makan malam. Namun korban tak kunjung menjawab saat dipanggil dari luar rumah.

"Tadi malam sekitar pukul 22.00 WIB saksi datang ke rumah korban di Kubang Jaya. Rencana mau ngajak makan malam," kata Kapolsek, Minggu (2/1/2022).

Merasa tidak ada jawaban, kakak sepupu korban minta bantuan suami dan tetangga. Selanjutnya rumah didobrak dari luar agar bisa masuk ke dalam.

"Setelah pintu didobrak terlihatlah korban dalam keadaan tergantung di pintu rumah menggunakan tali nilon warna biru. Atas kejadian tersebut, warga melaporkan kejadian tersebut kepada Kepala Dusun dan Polsek," kata Siregar.

Hasil pemeriksaan, diketahui korban AL sempat mengancam NI. Saat itu korban mengancam akan melakukan bunuh diri dan disampaikan oleh korban kepada calon istrinya saat video call.

Beredar kabar korban berencana menikah tapi tak direstui orang tuanya. Polisi menepis hal itu dan menegaskan motif korban gantung diri karena cemburu.

"Nggak ada kalimat tidak merestui (orang tua). Sementara motif cemburu, ini masih kami dalami," katanya.

Ditipu Orang Kepercayaan

Kemudian pada Kamis (11/11/2021), JR alias Jaka (30) mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di Bengkel Zhafran Mobil, Jalan Cempedak, Marpoyan Damai, Pekanbaru.

Peristiwa gantung diri ini diduga terkait uang miliknya yang mencapai Rp1 miliar dibawa kabur oleh orang kepercayaannya.

Peristiwa ini dibenarkan Kapolsek Bukit Raya, AKP Arry Prasetyo. Ia mengatakan korban pertama kali ditemukan oleh saksi bernama Arkis yang mendatangi bengkel korban.

Saat itu Arkis menanyakan keberadaan korban kepada saksi bernama Sri yang merupakan pemilik warung di sebelah bengkel Jaka.

Kemudian saksi Sri menjawab bahwa mungkin korban di ruangan belakang bengkelnya karena pada pagi hari istrinya mengantarkan sarapan untuk korban.

Mendengar hal tersebut saksi Arkis langsung mengecek korban ke ruangan belakang yang mana saat itu pintu terbuka sedikit dan ia lalu mendorong pintu sambil memanggil korban.

"Saat mendorong pintu, saksi Arkis terkejut melihat korban sudah dalam keadaan tergantung, sehingga ia memberitahu kejadian tersebut kepada warga sekitar dan menghubungi pihak kepolisian," ujar Arry.

Adapun ciri-ciri korban saat ditemukan yaitu menggunakan baju kaos oblong lengan pendek warna hitam dan celana olahraga warna hitam dengan leher terikat tali tambang jemuran.

"Berdasarkan saksi Didi yang merupakan paman korban, korban sempat bercerita kepadanya bahwa 2 minggu yang lalu uang korban dilarikan oleh orang kepercayaannya sebesar Rp1 miliar," ungkapnya.

Hal tersebut membuat korban menjadi beban pikiran, dan hal tersebut yang diduga memicu korban mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Menurut keterangan dokter RS Bhayangkara Polda Riau yang menangani jenazah korban, setelah dilakukan pemeriksaan luar awal di sekujur tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dan murni meninggal akibat gantung diri.

"Pihak keluarga korban dalam hal ini orang tuanya sudah menerima kematian korban dan menolak untuk dilakukan otopsi dikarenakan hendak segera dikebumikan di Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu," pungkasnya.

Kesulitan Ekonomi

Kesulitan ekonomi keluarga ditambah sering bertengkar dengan suami, seorang ibu rumah tangga (IRT) di Pekanbaru, ER (31), memilih akhiri hidupnya dengan bunuh diri.

ER bunuh diri dengan cara gantung diri menggunakan kain panjang. Akhiri hidup itu diputuskan usai sejam setelah ia bertengkar dengan suaminya, Riko Firman (30), Kamis malam (7/10/2021).

Sebelum bunuh diri, warga Jalan Fajar III, Labuhbaru Barat, Payung Sekaki, Pekanbaru tersebut menuliskan pesan-pesan terakhirnya.

"Ini yang terakhir kalinya kau lihat aku, jaga anak-anak," tulis korban sebelum meninggal.

Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Juper Lumban Toruan, menceritakan kronologis kejadian.

Menurut pengakuan suami korban, Riko Firman, Kamis malam, sekira pukul 22.00 WIB, ia sempat adu mulut dengan istrinya dipicu faktor ekonomi.

"Usai ribut-ribut dalam rumah, suami berada di luar (ruang tamu), sedangkan istrinya dalam kamar," ungkap Kompol Juper.

Pukul 23.00 WIB, suaminya hendak pergi keluar rumah, namun sebelum keluar, ia memanggil istrinya.

"Karena tidak menyahut, suami mencoba masuk dalam kamar. Namun pintu dalam kondisi terkunci. Merasa penasaran si suami mengintip dari jendela dan melihat istri sudah menggantung di langit-langit kamar," imbuhnya.

Melihat kejadian itu, si suami memanjat dinding kamar dan mencoba masuk lewat loteng kamar untuk menyelamatkan sang istri.

"Riko mencoba menyelamatkan Eno yang sudah tergantung dengan kain panjang, namun sudah terlambat," pungkasnya.

Tim Inafis Polresta Pekanbaru sudah berada di TKP memeriksa sejumlah bukti-bukti serta membawa jasad korban ke RS Bhayangkara untuk di autopsi.

Hidup seringkali sangat sulit dan bikin stres, akan tetapi kematian tidak pernah menjadi jawabannya.

#red/berbagai sumber




 
Top