JAKARTA -- Komputer dan internet bukan lagi barang ajaib untuk anak yang lahir di tengah berlangsungnya perkembangan teknologi digital. Bertolak dari fakta kekinian tersebut, para orang tua dituntut mampu mengarahkan anak cerdas dan sehat dalam berinternet.

Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Fikom Unisba), Santi Indra Astuti, mengingatkan, seperti halnya dunia nyata, dunia digital juga dihuni oleh beraneka ragam manusia dengan perasaan dan latar belakang yang berbeda. 

"Seperti sisi mata uang, selain manfaat yang ada, potensi kejahatan di ruang digital juga tidak dapat diremehkan. Sebagai orang tua kita harus mengajarkan kepada anak untuk selalu berpikir sebelum bertindak di media digital," ujar Santi dalam diskusi daring #MakinCakapDigital bertajuk "Orang Tua Cerdas: Anak Sehat Dalam Berinternet" pada Jumat (5/8/2022) kemarin. 

Diskusi daring ini terlaksana atas kolaborasi Kemenkominfo dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

Selain itu, Santi juga menekankan kepada para orang tua agar mendidik anak-anaknya ihwal hak dan tanggung jawab di dunia digital. Yaitu, menjaga hak-hak atau reputasi orang lain. Menjaga keamanan nasional, ketertiban masyarakat atau kesehatan dan moral publik.

Pada sisi lain ia juga mengingatkan terkait peningkatan budaya digital dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital.

"Kita harus mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital," kata Santi.

Menurutnya, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam digital itu ialah bagaimana menguatkan jati diri Indonesia, mengeksplorasi kreatifitas budaya. Diantaranya, mencitai produk dan bangga menggunakan produk dalam negeri.

Ancaman Keselamatan pada Anak

Senada, Translator/Content Writer, Zulfan Arif juga mengingatkan para orang tua harus memastikan keselamatan anak di dunia maya. Sebab, aktivitas online yang kurang hati-hati membuka peluang ancaman keselamatan pada anak.

"Orang tua, keluarga, guru (sekolah), berperan besar memberikan penjelasan dan perlindungan pada anak dan remaja terkait aktivitas maya mereka," kata Zulfan 

Hal-hal yang harus diperhatikan terkait keselamatan anak di dunia maya ialah potensi pencurian identitas, cyberbullying, pelecehan, penipuan (transaksi online), kekerasan, eksploitasi seksual, rasa panik, cemas, rehdahnya rasa percaya diri, melakukan/menjadi korban intimidasi, adiksi media sosial dan game online.

Untuk itu, orang tua perlu membantu anak-anak dalam memahami informasi pribadi. "Jelaskan mengapa penting untuk menyimpan data pribadi mereka, anggota keluarga dan teman," kata Zulfan.

Pegiat Advokasi Sosial/Fasilitator Komunitas, Ari Ujianto melanjutkan, anak harus diberi edukasi bahwa informasi seperti nama lengkap, nomor telpon, alamat jalan, dan infomrasi keuangan keluarga, seperti nomor rekening bank atau kartu kredit, tidak boleh disebarkan sembarangan.

Orang tua juga perlu kunjungi dan pelajari akun media sosial anak. Dan, biarkan mereka tahu bahwa Anda berada di sana, dan ajari mereka cara berperilaku saat bersosialisasi secara online.

"Jelaskan bahwa anak-anak hanya boleh memposting informasi yang nyaman bagi dirinya dan orang lain," kata Ari.

Kemudian, Ari juga mengingatkan agar orang tua mendorong anak-anaknya untuk selalu memikirkan bahasa yang digunakan di media sosial dan pikirkan sebelum memposting gambar dan video.

"Jelaskan tentang jejak digital. Ingatkan anak-anak Anda bahwa jejak digital bersifat permanen. Kata-kata yang mereka ketik dan gambar yang mereka post-kan dapat memiliki konsekuensi di dunia nyata," ujar Ari.

#tls/bin







 
Top