PADANG -- Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Agama Islam (Ketum PB PGAI) Fauzi Bahar menyatakan prihatin sekaligus  menyayangkan terjadinya kasus penganiayaan terhadap Kepala SMA Dr. H. Abdullah Ahmad (PGAI) Padang, Yunarlis. Ia juga mafhum timbul asumsi negatif masyarakat luas atas insiden tersebut.

Terkait kasus penganiayaan terhadap Yunarlis, ditegaskan Fauzi bahwa pihaknya tidak tutup mata dan menyerahkan sepenuhnya proses penegakan hukum terhadap para pelaku. Sejumlah terduga pelaku telah diamankan di Mapolresta Padang. Mengingat para pelaku masih merupakan pengurus PB PGAI, maka bagi mereka telah disiapkan tim kuasa hukum. 

“Kita hormati proses hukumnya, karena ini negara hukum dan kami telah menyiapkan kuasa hukum untuk menyelesaikan persoalan ini,” ujar Ketum PGAI tersebut dalam jumpa pers yang dihadiri sedikitnya 30 orang awak media, bertempat di Panti Asuhan PB PGAI di kawasan Jati, Padang, Rabu (9/11/2022) siang. 

Dalam kesempatan jumpa pers yang juga menghadirkan sejumlah pengurus PB PGAI dan unsur tokoh masyarakat setempat (Jati-red), Fauzi Bahar mencoba meluruskan kesimpangsiuran informasi beredar di tengah-tengah masyarakat. Dampaknya tentu berupa missed persepsi pula pada masyarakat luas, bahkan banyak tudingan bahwa insiden yang terjadi sebagai preseden buruk bagi dunia pendidikan di Sumbar khususnya dan nasional pada umumnya. 

Ia sekaligus menyatakan bahwa telah terjadi pemutarbalikan fakta yang mengatakan bahwa sekolah tersebut diserang oleh orang tidak dikenal atau OTK. Namun ia tak menampik bahwa insiden yang terjadi berawal dari konflik yang terjadi, dualisme yayasan. “Sesungguhnya tidak ada yang demikian (diserang OTK-red),” tegas mantan Wali Kota Padang dua periode tersebut. 

Telah 5x Layangkan Surat

Lebih lanjut ia mengungkap bahwa jauh sebelum terjadinya missed komunikasi berujung tindak kekerasan terhadap Yunarlis oleh sejumlah oknum pengurus PB PGAI, pihaknya telah melayangkan lima kali surat panggilan terhadap Yunarlis. Namun sayang, yang bersangkutan tidak pernah datang.

Sepengetahuannya, pada hari kejadian (Kamis, 3/11/2022-red) sejumlah pengurus PB PGAI sengaja mendatangi Yunarlis ke ruangannya di SMA PGAI dengan tujuan melakukan mediasi dengan cara baik. 

“Jadi adalah keliru anggapan bahwa kami menyerang sekolah, saya juga guru. Dia tidak mengajar dan kebetulan waktu itu, dia ketika kami temui sengaja lari ke sekolah itu,” ungkapnya.

Terkait pemberitaan bahwa yang bersangkutan diperlakukan dengan kejam. Fauzi juga membantah, tidak demikian yang terjadi.

Fauzi menjelaskan, saat kejadian, Yunarlis diminta untuk mengosongkan rumah dinas yang selama ini ia tempati karena dianggap telah habis masa jabatan oleh PB PGAI. Namun, yang bersangkutan menolak dan bersikeras menahan diri untuk tetap berada di kantornya.

“Dia bertahan terus di teralis besi pintu ruangannya seperti terlihat pada rekaman video yang sempat viral. Karena ngotot berlrtahan tersebut, ditarik-tarik, terjepit tangannya mungkin hingga situasi menjadi lebih panas karena dia memprovokasi siswa untuk mengambil batu. Di situ puncaknya, makanya jadi makin panas,” urai Fauzi.

Adapun kejadian itu diakui Fauzi berawal dari konflik yang terjadi di tubuh yayasan yang berujung terciptanya dualisme kepengurusan.

“Saya memang menyayangkan terjadinya penganiayaan tersebut dan ikut prihatin. Namun saya ingin luruskan beberapa hal, karena terjadinya pemutarbalikan fakta,” ujarnya menekankan.

Pemutarbalikan fakta dimaksud, salah satunya soal narasi yang tersebar di masyarakat mengenai sejumlah OTK yang melakukan penyerangan terhadap sekolah.

“Sesungguhnya tidak seperti demikian. Kami sudah mengirimkan surat pemanggilan kepada yang bersangkutan (korban) namun dia tidak pernah datang,” ujarnya.

Fauzi menjelaskan surat pangggilan yang dilayangkan PB PGAI ke Yunarlis atau korban itu bertujuan untuk meminta yang bersangkutan meletakkan jabatannya mengingat masa kepengurusan Yayasan PGAI sudah berakhir. Akan tetapi yang bersangkutan yakni Kepala SMA PGAI Padang tidak mau mundur.

Bahkan, lanjut Fauzi lagi, seharusnya pengurus yayasan yang lama memberikan pertanggunganjawaban keuangan dan mundur dari kepengurusan.

“Pada hari kejadian, beberapa orang ke tempat dia untuk pengosongan dinas yang bersangkutan karena telah habis masa jabatan. Namun dia menolak dan bersikeras menahan diri untuk tetap berada di kantornya,” kata Fauzi.

Selain itu, beber Fauzi lagi, PB PGAI juga telah menerima putusan dari pengadilan untuk mengambil alih yayasan. Namun pihak SMA Dr H. Abdullah Ahmad (PGAI) Padang menolak putusan itu.

“Karena terjadi dualisme dan status quo telah didapat dari pengadilan, makanya kami mengambil alih yayasan, tapi pihak mereka masih bersikeras. Makanya terjadi hal yang seperti itu,” ungkapnya.

Sekali lagi ia menegaskan bahwa pihaknya tidak sama sekali melakukan penyerangan terhadap sekolah. Sejumlah orang yang mendatangi Yurnalis itu datang dengan cara dan niat yang baik untuk melakukan mediasi.

Hanya saja, ia bertahan terus di pagar seperti di video yang beredar. Kemudian dia ditarik-tarik dan mungkin tangannya terjepit. Situasi menjadi lebih panas karena dia memprovokasi siswa untuk mengambil batu,” ungkap Fauzi.

Ketum PB PGAI itu juga menegaskan pihaknya tidak pernah mengganggu sekolah apalagi menganggu proses belajar siswa. Peristiwa itu terjadi akibat Yunarlis yang berlindung dengan cara berlari ke sekolah.

Meskipun begitu pihaknya menghormati proses hukum yang sedang berjalan. PB PGAI telah menyiapkan pengacara untuk mendampingi para pelaku.

“Kita hormati proses hukumnya, karena ini negara hukum. Kami telah menyiapkan empat kuasa hukum untuk menyelesaikan persoalan ini.

Sebelumnya Polresta Padang terus berupaya menangani kasus dugaan penganiayaan dan pengeroyokan terhadap Kepala Sekolah SMA Dr. Abdullah Ahmad (PGAI).

Tim Klewang Satreskrim Polresta Padang sudah mengamankan tiga orang terduga pelaku pengeroyokan, sementara satu orang terduga pelaku lainnya menyerahkan diri ke polisi.

Diketahui sebelumnya, Kepsek SMA PGAI Padang, Yurnalis menjadi korban penganiayaan oleh sekelompak orang saat jam pembelajaran masih berlangsung, Kamis (3/11/2022).

“Saya dijemput dan diseret. Kemudian kepala saya dipukul, badan saya dipukul, dan tangan saya ini dijepit dengan pagar besi pintu kantor saya,” ungkap Yunarlis kepada sejumlah awak media selepas kejadian. 

Menurut Yunarlis, para pemukul itu berlaku beringas saat masuk ke kantornya. Mereka menyeret, mencekik, menendang serta menampar, meninju kepala.

Tak hanya sampai di situ, sekelompok orang tersebut juga memutuskan akses listrik dan PDAM rumah dinasnya.

Beberapa orang tersebut sebelumnya meminta Yunarlis untuk mengosongkan rumas dinas yang sekarang masih ditempatinya itu. Video kekerasan tersebut telah beredar luas di media sosial.

Terkait kasus dugaan tindak kekerasan terhadap Yunarlis, Fauzi Bahar menegaskan bahwa PB PGAI tidak pernah berniat ingin membuat kegaduhan di dalam lingkungan sekolah. Ia menyoroti media yang menerima bulat-bulat informasi beredar sebagaimana terlihat di video viral.

“Untuk itu kami minta kepada rekan-rekan media untuk memberitakan sesuai yang kami klarifikasi hari ini," pinta eks Komandan Pasukan Katak TNI AL yang juga menjabat Ketua Lembaga Kerapatan Adat Nagari Minangkabau (LKAAM) Sumbar tersebut. 

Tentang Yunarlis, ia mengungkap bahwa masyarakat sekitar juga sudah gerah dengan perilaku oknum Kepala Sekolah (Kepsek) tersebut. Bahkan warga pernah mengirim surat kepada Ketua Yayasan PGAI agar mengganti Yunarlis sebagai Kepala Sekolah dengan berbagai alasan.

“Ada surat masuk dari warga warga Jati Kelurahan Sawahan agar Yunarlis diberhentikan sebagai kepala sekolah” ujar Fauzi Bahar.

Dalam surat tersebut, warga memberikan sejumlah alasan kenapa Yunarlis harus diberhentikan. Berikut kutipan isi surat warga yang ditujukan kepada Ketua Yayasan PGAI:

Kami warga Jati Kelurahan Sawahan dengan ini memohon kepada Ketua Yayasan Dr Abdullah Ahmad PGAI Padang Nama Yunarlis S.Ag (Ucok) untuk tidak dilibatkan lagi sebagai pengurus atau jabatan apapun di yayasan H.Abdullah Ahmad Jati Kelurahan Sawahan dengan alasan sebagai berikut :

1. Sejak tinggal di Jati dari tahun 2006 sampai sekarang tidak harmonis dengan warga sekitar.

2. Mulai menjabat menjadi RT, sering ribut dengan warga. (Saksi-saksi masih ada sampai sekarang)

3. Yang bersangkutan pernah melontarkan kata-kata “Saya adalah Presiden di yayasan Dr, H, Abdullah Ahmad PGAI Padang”

4. Yang bersangkutan sebagai pengurus di yayasan Dr, H, Abdullah Ahmad PGAI terlalu arogan.

5. Daftar nama warga terlampir.

Surat ditandatangani oleh 36 orang perwakilan warga Jati Kelurahan Sawahan Kecamatan Padang Timur Kota Padang.

#ede





 
Top