ARKTIK -- Kutub utara sedang panas-panasnya. Suhu terpanas di benua itu pun memecahkan rekor, yaitu mencapai 38 derajat celsius yang terjadi tahun 2020 silam. Wow!

Rekor suhu terpanas di Kutub Utara itu dipaparkan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (14/12/2021) lalu.

Menurut pernyataan WMO, rekor suhu terpanas itu terjadi pada 20 Juni 2020 silam, tepatnya di Kota Verkhoyansk, Rusia. Angka ini menurut WMO, adalah rekor suhu terpanas baru yang pernah tercatat di benua Arktik.

"Rekor baru suhu di Arktik ini merupakan salah satu dari sekian laporan observasi yang dilaporkan ke Arsip Cuaca dan Iklim Ekstrim WMO memperingatkan kita soal iklim yang berubah," kata Kepala WMO Petteri Taalas seperti dikutip dari Reuters, Minggu (19/12/2021).

Benua Arktik sendiri merupakan salah satu wilayah yang paling cepat mengalami pemanasan global. Wilayah ini mengalami kenaikan suhu dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata, dikutip dari pernyataan WMO.

Pemecahan rekor ini menuai respons dari berbagai peneliti dunia. Mereka sepakat bahwa pemanasan global sudah merambah sampai ke daratan Siberia.

"Rekor ini mengindikasikan dengan sangat jelas pemanasan yang terjadi di Siberia," kata Ahli Iklim Inggris, Dr. Phil Jones.

"Memverifikasi rekor seperti ini penting dilakukan untuk mendapatkan bukti yang dipercaya terkait bagaimana iklim paling ekstrim kita berubah," imbuh Kepala Biro Meteorologi Australia, Dr. Blair Trewin

Sementara itu, Samudra Arktik sendiri diperkirakan telah mengalami pemanasan global sejak awal abad ke-20, dikutip dari CNN. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances menemukan bahwa ekspansi air dari Samudra Atlantik yang hangat ke Samudra Arktik, yang mana disebut 'Atlantification,' telah membuat suhu perairan Arktik yang diteliti meningkat sebanyak 2 derajat Celsius sejak 1990.

"Samudra Arktik telah mengalami pemanasan untuk waktu yang lebih lama dari yang kita kira," kata seorang penulis studi ini sekaligus asisten profesor geografi di Universitas Cambridge, Francesco Muschitiello.

"Dan ini adalah sesuatu yang sedikit meresahkan akibat banyak hal, khususnya karena model iklim yang biasa kita gunakan untuk membuat proyeksi perubahan iklim di masa depan tidak benar-benar mengungkapkan perubahan seperti ini.

Perubahan iklim sendiri berdampak kepada masyarakat yang hidup di benua Arktik bahkan seluruh dunia. Salah satunya kenaikan level air laut hingga "menenggelamkan" beberapa wilayah yang tadinya daratan.

Perubahan ini juga membawa dampak ke berbagai spesies dan ekosistem. Pemanasan global yang terjadi di Arktik dapat menyebabkan kenaikan air laut, perubahan iklim dan pola curah hujan, meningkatkan cuaca ekstrim, dan mengurangi stok ikan, burung, dan mamalia laut, dikutip dari WWF.

#dtc/bin


 
Top