Undangan Webinar Hatipena #167
https://s.id/hatipena167
Kamis, 19 Juni 2025
19.00-21.00 WIB
IBADAH HAJI 2025 selesai sudah. Menteri Agama KH Nasaruddin Umar menyatakan haji tahun ini lebih baik dari tahun kemarin. Pada saat yang sama, Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Lalu Hadrian Irfani, Anggota Tim Pengawas Haji 2025, menyatakan kecewa dengan penyelenggaraan haji yang tak sesuai rencana.
Terlepas dari kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang merugikan jemaah calon haji, terutama tentang Haji Furoda, banyak sekali catatan lapangan yang menunjukkan kacaunya penyelenggaraan haji Tahun ini.
Bayangkan betapa ruwetnya kondisi ini: Banyak pasangan suami-istri terpisah hotel; Lansia terpisah dari pendampingnya; Petugas kloter terpisah dari jamaah yang menjadi tanggung jawabnya; Jamaah dalam satu KBIHU pun terpecah ke beberapa hotel, dan minimnya fasilitas air, kamar mandi, dan toliet di beberapa tempat.
Di Arafah, jamaah campur aduk dalam satu tenda, tanpa memperhatikan asal hotel atau kabupaten; Tenda diisi asal-asalan hingga melebihi kapasitas, sisanya tidur di luar tenda tanpa kasur.
Belum lagi kekacauan transportasi di Arafah, Muzdalifah, Mina, di mana jamaah berebut keluar tenda untuk masuk bus; Tidak ada lagi pengaturan kloter dan kabupaten; asal syarikah sama, mereka boleh naik bus; Program tanazul yang awalnya digadang sebagai inovasi layanan dibatalkan sepihak tanpa keterangan jelas. Banyak jemaah yang akhirnya jalan kaki dari Muzdalifah ke Mina.
Juga terjadi kekacauan penempatan jamaah di Mina, di mana jamaah asal bus campur aduk, penempatan jadi tidak karuan; lansia yang keluar ke toilet tak tahu harus kembali ke tenda mana, karena penempatan tidak sesuai kloter atau kabupaten.
Betulkah yang ditulis Eric Tagliacozzo dalam bukunya Southeast Asians and The Pilgrimage to Mecca? Bahwa sejak zaman kolonial, jamaah haji Indonesia telah menjadi sapi perahan para syeikh dan pemerintah Arab. Atau pemerintah kita sendiri yang tak tahu arti posisi tawar? (*)