Rosadi Jamani

-- Ketua Satupena Kalbar


SEMINGGU terakhir, Indonesia digemparkan oleh empat pulau di Aceh mendadak ‘dimutasi’ ke Sumatera Utara. Dalangnya? Siapa lagi kalau bukan Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Dr. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D. Seorang mantan pemburu teroris internasional, kini menjadi tukang geser koordinat paling berpengaruh di republik ini. Kalau Google Maps bisa bicara, mungkin dia sudah minta cuti karena burnout geser-geser wilayah.

Jangan salah, ini bukan sembarang Tito. Ini Tito yang jika ente menyebut namanya di depan para teroris, mereka bisa langsung gemetar sambil baca istighfar. Tapi anehnya, akhir-akhir ini namanya justru bikin warga Aceh panas dingin. Bukan karena dia pakai rompi Densus, tapi karena tanda tangan mautnya yang bikin empat pulau mendadak kabur ke Sumut. Tapi mari kita jangan langsung ribut. Sebelum menuding, mari kita kenalan dulu dengan beliau.

Lahir di Palembang, 26 Oktober 1964, Tito ini bukan jebolan biasa. Waktu kecil sekolah di Xaverius, remaja di SMA 2 Palembang, lalu lanjut ke Akademi Kepolisian. Tentu saja, keluar sebagai lulusan terbaik. 

Masih kurang? Ia ambil master di Inggris, lanjut bachelor lagi di Selandia Baru (ya, dia kuliah dua kali sarjana, mungkin karena satu gelar terasa kurang), lalu Ph.D. di Singapura. Jangan heran kalau dia sekarang bisa menandatangani SK yang bikin peta berubah. Ini bukan karena salah ketik, ini karena ilmunya memang sudah level dewa koordinat.

Kariernya pun tidak main-main. Dari perwira muda, ia langsung masuk tim elite. Ia adalah otak operasi penangkapan Dr. Azhari, dedengkot teroris kelas kakap. 

Tito bukan cuma jago nembak, tapi juga jago mikir. Dia memimpin Densus 88 seperti memimpin orkestra, setiap serangan terencana, setiap langkah strategis. Saat orang lain sibuk urus SIM hilang, Tito sedang membongkar jaringan teroris lintas negara. Bahkan, saking seringnya memburu bom, Tito bisa dibilang punya radar internal untuk mendeteksi niat jahat.

Ketika dilantik jadi Kapolri, dia tidak cuma bawa tongkat komando. Dia bawa pendekatan baru, lunak dan keras sekaligus. Deradikalisasi? Jalan. Tindakan tegas? Tempur. Tito adalah Kapolri yang bisa ngomong soal teori strategi sambil garuk-garuk peta intelijen. Lalu dia naik kelas lagi. Kali ini jadi Menteri Dalam Negeri. Dari mengatur polisi, sekarang mengatur gubernur. Dari mendeteksi teroris, sekarang mendeteksi tumpang tindih wilayah administrasi.

Di sinilah kita sekarang. Ketika dunia sedang bingung antara AI dan pemanasan global, Tito justru bikin panas satu provinsi gara-gara SK. Tapi tenang, jangan buru-buru marah. Tito bukan orang yang asal tanda tangan. Dia kuliah lama, baca buku banyak, dan kemungkinan besar sudah berkonsultasi dengan satelit sebelum geser pulau. Jadi kalau ada empat pulau di Aceh yang nyelonong ke Sumut, itu bukan sihir, itu strategi. Atau minimal, itu birokrasi yang tidak bisa dijelaskan dengan logika warga biasa.

Yang jelas, Tito Karnavian adalah figur langka. Perpaduan antara polisi, profesor, teknokrat, dan sekarang, tanpa sengaja, kartografer. Dia tidak hanya hafal UU, tapi juga hafal koordinat. Bagi Tito, menjaga NKRI bukan hanya soal menjaga keamanan, tapi juga soal menjaga keakuratan garis-garis di peta. Lain kali sampeyan lihat peta Indonesia, dan merasa rumah nuan bergeser ke provinsi sebelah, jangan panik. Mungkin itu cuma efek samping dari seorang Tito yang terlalu pintar mengatur negara.

Tapi jangan salah. Tito tetap sosok jenius. Ia bisa menjelaskan doktrin kontra-radikalisasi sambil nyicip kopi Aceh Gayo. Ia bisa menjawab pertanyaan wartawan dengan kutipan Machiavelli. Ia bisa bicara strategi pertahanan sambil geser garis batas administrasi. Di tengah semua itu, rakyat cuma bisa bertanya, apakah besok rumah kami masih masuk provinsi yang sama?

Inilah Indonesia, tanah penuh kejutan. Di mana pulau bisa berpindah, wilayah bisa berselisih, dan Mendagri bisa menjadi dalang geopolitik. Dan Tito? Ia tetap tenang, tersenyum, mungkin sedang menyiapkan SK berikutnya, siapa tahu, mungkin kali ini memindahkan pulau ke Pontianak. (*)


#camanewak




 
Top