DALAM gelombang kebangkitan identitas keagamaan yang semakin menguat di ruang publik, buku Khazanah Intelektual Islam karya Nurcholish Madjid hadir sebagai oase pemikiran yang tenang namun penuh daya dobrak.

Diterbitkan pertama kali pada 1984, buku ini merupakan kumpulan esai penting Cak Nur yang telah ia tulis di berbagai media.

Walaupun ditulis beberapa dekade lalu, isi dan napas pemikiran dalam buku ini masih sangat relevan dengan tantangan umat Islam hari ini—bahkan mungkin lebih relevan dari sebelumnya.

Cak Nur tidak mengajak kita sekadar “kembali ke masa lalu” Islam yang gemilang.

Ia justru mengajak kita untuk menghidupkan kembali semangat Islam sebagai agama yang terbuka terhadap ilmu, kebudayaan, dan dinamika zaman.

Buku ini membahas berbagai tema, mulai dari relasi agama dan negara, konsep keadilan sosial dalam Islam, pentingnya kebebasan berfikir, hingga kritik terhadap formalisme dalam beragama.

Semua ini dibahas dengan sangat jernih, jauh dari nada menggurui. Di sinilah letak keistimewaannya: ia tidak menyuruh, tapi mengajak berdialog.

Salah satu tulisan paling menggugah adalah ketika Cak Nur menjelaskan konsep sekularisasi. Dalam pandangannya, sekularisasi bukanlah upaya menjauh dari agama, tapi cara membersihkan agama dari manipulasi kekuasaan.

Ini adalah pemikiran radikal di masanya, yang tentu menuai kritik dari sebagian kelompok konservatif. Namun Cak Nur tetap teguh. Ia membedakan secara tajam antara “sekularisme” (sebagai ideologi yang memisahkan agama secara total dari ruang publik) dan “sekularisasi” (sebagai proses historis untuk membebaskan agama dari kepentingan duniawi).

Gagasan ini penting untuk mendudukkan kembali Islam dalam konteks demokrasi dan pluralitas modern.

Penulis: Khoirotun Nisak






Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama
 
Top