MALAYU merupakan salah satu suku (klan) yang tergolong banyak populasinya di Minangkabau. Suku ini umumnya menganut adat Lareh Koto Piliang, tetapi ada pula yang memadukan kedua sistem adat di Minangkabau, yaitu Lareh Koto Piliang sekaligus Lareh Bodi Chaniago (bergantung kepada di nagari mana mereka tinggal) yang bisa dikatakan termasuk pada Lareh Nan Panjang. Mereka mempunyai pemuka-pemuka adat atau penghulu yang disebut Datuk dan hidup bersuku-suku menurut garis ibu (matrlilinial).

Rata-rata orang yang bersuku Malayu di Minangkabau bersifat penyabar sesuai dengan budaya melayu (sirih-sirih) dan ulet yang disimbolkan dengan (gambir) serta terbuka (Pinang-pinang)

Kalau mereka ditanya, mereka tentu akan menjawab bahwa mereka adalah orang Minang atau orang Padang, bukan orang Melayu di luar Minang seperti Melayu Riau, Melayu Jambi, Melayu Bengkulu, Melayu Palembang, Melayu Malaysia dan Melayu-melayu lainnya. 

Munculnya anggapan bahwa Suku Malayu berasal dari luar Minangkabau sangat erat kaitannya dengan kerancuan dalam penulisan nama suku ini. Sebab,  tak jarang orang Minang menuliskan suku ini dengan Suku Melayu, sehingga kerap menimbulkan kerancuan dengan istilah Suku Melayu (sukubangsa Melayu) yang merupakan suku di luar sukubangsa Minangkabau. Padahal harusnya ditulis Suku Malayu mengikuti dialek Minangkabau yang tak mengenal suku kata awal mengandung huruf e atau e pepet.

Dalam hal penamaan, "Malayu" berasal dari bahasa Sanskerta "malaya" yang berarti bukit atau gunung, identik dengan kata "giri" yang berarti bukit dan kata "syaila" yang berarti gunung. Penamaan ini erat kaitannya dengan kondisi geografis tempat bermukim mayoritas Suku Malayu, yakni kawasan ketinggian atau perbukitan. Di Minangkabau, koloni yang bermukim di kawasan ketinggian juga disebut "urang darek".

Asal-usul Suku Malayu

Besar kemungkinan Suku Malayu di Minangkabau awalnya berasal dari Melayu luar wilayah Minangkabau yang datang ke wilayah Minangkabau bersamaan dengan pemindahan pemerintahan Kerajaan Malayu Dharmasraya ke pedalaman Minangkabau di Pagaruyung dan menerima pengakuan sebagai orang Minang sehingga mereka bersuku sebagaimana suku-suku di Minangkabau. 

Dipercaya, Suku Malayu dibawa dan didorong oleh Adityawarman untuk menyebar ke seluruh wilayah Minangkabau bersama suku Minang lainnya.

Pendapat lain menyatakan hal sebaliknya, dimana suku Malayu Minangkabau inilah yang merupakan nenek moyang Suku Minangkabau. Jika dilihat dari sejarah, Minangkabau tidak pernah disebut dalam sejarah Sumatera kuno kecuali nama Moloyou yang tak lain adalah Melayu. Dan memang wilayah adat Minangkabau terletak berdekatan dengan wilayah pusat Kerajaan Melayu, yaitu di hulu Batang Hari, Jambi.

Dalam perjalanan sejarah, banyak orang Minangkabau yang merantau ke berbagai wilayah luar Minangkabau dimana sebagian wilayah itu adalah wilayah Melayu. Karena prinsip orang Minang "Dimana bumi dipijak disana langit dijunjung", maka para perantau Minang ini banyak yang kemudian melebur ke dalam adat suku setempat yang ditandai dengan hilangnya perhatian mereka pada asal usul suku (klan atau marga) mereka sewaktu di Minangkabau dan tak jarang orang Minang menjadi Melayu.

Suku Malayu sebagai suku Raja

Di beberapa nagari di Minangkabau, suku Malayu merupakan suku keluarga raja misalnya di Solok Selatan, Lunang Silaut dan Indropuro (Pesisir Selatan), Ampek Angkek (Agam), nagari Air Bangis (Pasaman) dan beberapa nagari lain. 

Di Solok Selatan, suku Malayu merupakan suku dari Yang Dipertuan Sultan Besar Raja Disembah atau Raja Alam.

Di Kerajaan Dharmasraya, diduga kuat bahwa keluarga kerajaan juga bersuku Malayu dan tentu saja keluarga kerajaan Pagaruyung juga bersuku yang sama yaitu Suku Malayu.

Suku Malayu sebagai Suku Asal Suku Minangkabau

Dikutip dari Buku Sejarah Kebudayaan Minangkabau bahwa suku-suku yang ada dalam kelompok suku Minangkabau merupakan pemekaran dari suku Malayu. 

Berikut uraiannya: Suku Melayu terpecah menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok mengalami pemekaran menjadi beberapa pecahan suku sebagai berikut:

- Melayu nan IV Paruik (Kaum Kerajaan) :

Suku Malayu

Suku Kampai

Suku Bendang (Suku Salayan)

Suku Lubuk Batang

- Melayu nan V Kampung (Kaum Datuk Nan Sakelap Dunia, Lareh Nan Panjang)

Suku Kutianyie

Suku Pitopang

Suku Banuhampu (Suku Bariang)

Suku Jambak

Suku Salo

- Melayu nan VI Ninik (Kaum Datuk Perpatih Nan Sebatang, Lareh Bodi Chaniago)

Suku Bodi

Suku Singkuang (Suku Sumpadang)

Suku Sungai Napa (Sinapa)

Suku Mandailiang

Suku Caniago

Suku Mandaliko

Suku Balaimansiang (Suku Mansiang)

Suku Panyalai

Suku Sumagek

Suku Sipanjang (Supanjang)

- Melayu Nan IX Induak (Kaum Datuk Ketumanggungan, Lareh Koto Piliang)

Suku Koto (Andomo Koto)

Suku Piliang

Suku Guci (suku Dalimo)

Suku Payobada (suku Dalimo)

Suku Tanjung

Suku Simabur

Suku Sikumbang

Suku Sipisang (Pisang)

Suku Pagacancang

Sejarah

Penyebaran Suku Malayu di Minangkabau

Suku Melayu menyebar hampir ke seluruh wilayah Minangkabau baik luhak (darek) maupun rantau. Di Sungai Pagu (Muara Labuh, Sangir dan sekitarnya), raja alam dipegang oleh Suku Melayu dengan gelar Yang Dipertuan Raja Disembah. 

Di Renah Indo Jati termasuk Inderapura, Tapan, Lunang, Silaut dan Mukomuko, penduduknya juga mayoritas bersuku Malayu dengan berbagai pecahannya. 

Di Tanah Datar, Sijunjung dan Pasaman, suku Mandailiang juga merupakan kerabat Suku Malayu. 

Begitu pula di Kabupaten Solok, terutama di Kenagarian Koto Gadang Koto Anau dan sekitarnya, Suku Malayu juga tergolong mayoritas. Sehingga tidaklah heran jika Koto Anau juga dijuluki Melayunesia. 

Kemudian, keluarga raja Pagaruyung juga bersuku Malayu Kampung Dalam.

Di beberapa daerah di Minangkabau (luhak dan rantau), Suku Malayu disebut sebagai suku raja seperti di Air Bangis, Lunang, Inderapura, Sungai Pagu dan Ampek Angkek (Agam).

Pemekaran

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan populasi warga suku Malayu, pemekaran suku menjadi hal yang tak dapat dihindari. Telah terjadi pemekaran suku Malayu menjadi beberapa pecahan suku [sub klan] di berbagai nagari di Minangkabau, antara lain:

Malayu Panai

Malayu Gadang

Malayu Gadang Ranatu Kataka (Lunang)

Malayu Gadang Kumbuang (Lunang)

Malayu Gantiang

Malayu Lampai,

Malayu Lua,

Malayu Ampek Niniak (Empat Nenek) (Solok Selatan}

Malayu Ampek Paruik (Empat Perut) (Solok Selatan)

Malayu Bariang Ampek Paruik (Solok Selatan)

Malayu Koto Kaciak Ampek Paruik (Solok Selatan)

Malayu Durian (Malayu Rajo)

Malayu Kecik (Kecil) (Lunang)

Malayu Durian Limo Ruang (Solok Selatan)

Malayu Badarah Putiah,

Malayu Baduak,

Malayu Balai,

Malayu Baruah,

Malayu Bendang,

Malayu Bongsu,

Malayu Bosa,

Malayu Bungo,

Malayu Cikarau,

Malayu Gandang Perak,

Malayu Kumbuak Candi,

Distribusi

Pada masa kini, distribusi suku Malayu berkonsentrasi di wilayah Ranah Minangkabau sebelah timur. Beberapa diantara daerah yang bisa dapat ditemui suku Malayu dengan mudah yakni di Sungai Pagu (Muara Labuh, Sangir dan sekitarnya), Renah Indojati, Inderapura, Tapan, Lunang, dan Silaut. 

Jika dilihat pada sumber yang bisa diperoleh di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau di Kota Padang Panjang, moyang dari masyarakat suku Malayu dulunya melakukan migrasi dalam artian lari dari Pagaruyung ke arah wilayah Solok untuk mencari kehidupan yang lebih baik yang pada masa dahulunya wilayah ini dikenal sebagai Kubuang Tigo Baleh.

Kata Kubuang Tigo Baleh artinya 'Kubuang Tiga Belas', yaitu tiga belas orang datuak di kerajaan Minangkabau yang dibuang karena suatu konflik, sehingga dianggap melakukan pembangkangan. Akhirnya para datuak yang terusir tersebut mencari daerah yang dapat mereka tinggali, perjalanan pencarian tersebut diawali dari Pariangan Padang Panjang lalu menuju ke arah Danau Singkarak. Ketika sudah tiba di suatu wilayah yang saat kemudian dikenal dengan daerah Aripan, para datuak tersebut menyaksikan pemandangan di bawah area tersebut yang cukup datar dan berpotensi untuk ditinggali. Pada saat itulah terucap kata “di situlah tampak raso nan ka elok” jika diartikan maknanya di sana sepertinya akan baik. Seiring berjalannya waktu orang-orang menyebutnya dengan daerah Solok.

Jika dilihat dari asal usul penamaan Kubuang Tigo Baleh dan Solok benar-benar terlihat ada keterkaitan dengan asal muasal suku Malayu ini, dikarenakan juga berawal dari migrasi yang bermakna lari dari Pagaruyung menuju wilayah yang akan diharapkan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. 

Bisa dikatakan suku Malayu ini juga termasuk yang pada mulanya membuka peradaban di wilayah Kubuang Tigo Baleh (Solok sekarang). Dan pada riwayatnya dahulu para datuak di Kubuang Tigo Baleh secara sepihak juga menjadikan wilayah ini sebagai luhak yang keempat, walaupun secara resminya wilayah ini masih merupakan bagian dari wilayah Luhak Tanah Data yang termasuk bagian dari Luhak Nan Tigo.

Selanjutnya jika dilihat dari persebaran orang yang bersuku ini, berarti setelah migrasi moyang tersebut dalam waktu yang dekat ataupun lama, orang bersuku Malayu pun menyebar ke wilayah Sungai Pagu sebagai wilayah rantau bagi Luhak Nan Tigo, yang sekarang dikenal sebagai wilayah Solok Selatan. Dari Sungai Pagu inilah bisa dikatakan asal usul awal persebaran orang bersuku Malayu ke wilayah Banda Sapuluah yang sekarang dikenal sebagai wilayah Pesisir Selatan karena dahulunya Banda Sapuluah adalah wilayah rantau bagi Sungai Pagu.

Suku Malayu ini merupakan pecahan dari suku Jambak, sehingga ini jelas suku Malayu memang berasal dari etnis Minangkabau itu sendiri, dan ini tentu bukan seperti anggapan sebagian orang Minang yang menganggap suku ini berasal dari etnis Melayu yang disebut migrasi ke Minangkabau yang padahal ini tidak ada dasarnya.

Pangulu / Datuak

Sama seperti suku-suku lainnya, para pangulu (terj. har. 'penghulu') dalam suku Malayu umumnya memiliki gelar datuak atau disederhanakan menjadi datuk. Secara eksklusif, Datuak atau Datuk Bandaro dianggap memiliki peranan cukup penting, dan pada masa perkembangannya, pangulu (terj. har. 'penghulu') dari garis ini membentuk dinasti tersendiri yang bernama wangsa Bendahara, yang mana membentuk kesultanan-kesultanan 'ala' mereka di timur Sumatra hingga ke Semenanjung Kra.

Beberapa daftar pangulu (terj. har. 'penghulu') khas suku Malayu diantaranya ialah:

Datuak Gadang Bandaro (Tanjuang Barulak, Kab. Tanah Datar).

Datuak Baradai Ameh (Kubang Pipik, Kec. Baso, Kab. Agam.

Datuak Sati.

Datuak Bandaro Sati.

Datuk Kayo.

Datuk Penghulu Mudo.

Datuk Kulilingi.

Datuk Maruhun Tinggi

Datuk Bagindo Basa.

Datuk Basa.

Datuk Basa Batuah.

Datuk Rajo Mole.

Datuk Sari Mole.

Datuk Bandaro Hitam.

Datuk Pintu Langit.

Datuk Rajo Dilie.

Datuk Topo.

Datuk Majo.

Datuk Tuo.

Datuk Bagindo.

Datuk Rajo Nan Godang.

Datuk Marajo.

Datuk Sori Marajo.

Datuk Rangkayo Basa.

Datuk Tanimbayir Nan Tuo.

Datuk Rajo Manang (Malayu Duyan).

Datuak Mangkudum Sati.

Datuak Tanbijo.

Datuak Mangkudum Tungga.

Datuak Bosa Marajo.

Datuak Siri Marajo.

Datuk Paduko Sutan.

Datuak Rajo Budi Bana (Nagari Lakitan, Kab. Pesisir Selatan).

Datuak Panduko Rajo (di Nagari Ampang Pulai, Kec. Koto XI Tarusan, Kab. Pesisir Selatan).

Datuak Bandaharo (di Nagari Tigo Jangko, Kec. Lintau Buo, Kab. Tanah Datar).

== Suku Malayu memiliki kekerabatan dekat dengan dengan suku Bendang yang berasal dari Solok dan juga suku Kampai.

#red




 
Top