PADANG -- Insiden pengusiran Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah, oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi atau UIN Bukittinggi saat orientasi mahasiswa menjadi sorotan nasional.

Insiden bermula pada Selasa (22/8/2023), ketika itu mahasiswa UIN Bukittinggi menolak kehadiran Gubernur Sumbar Mahyeldi di kampus mereka. Penolakan itu terjadi dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di hadapan 2.500 orang mahasiswa baru.

Terlihat dalam video yang beredar di media sosial, Mahyeldi sedang duduk di depan ribuan mahasiswa baru. Kemudian, seorang mahasiswa melakukan orasi, menuntut gubernur menyelesaikan kisruh soal Proyek Strategis Nasional (PSN) di Air Bangis, Pasaman Barat. Mahasiswa yang berdiri di depan gubernur itu adalah Ahmad Zaki, Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Bukittinggi.

Zaki mengatakan bersama mahasiswa lain telah menyiapkan spanduk dan narasi penolakan kehadiran gubernur di UIN Bukittinggi. "Itu kami minta cabut usulan proyek strategis nasional di Air Bangis dan mengutuk keras tindakan represif sewaktu di Masjid Raya Sumbar," katanya saat dikonfirmasi awak media setempat.

Sehabis kericuhan,tutur Zaki lagi, Mahyeldi langsung pergi meninggalkan tempat tersebut. Selaku Gubernur Sumbar ia tidak sempat mengisi orasi ilmiah yang rencananya akan disampaikan dalam menyambut kedatangan mahasiswa baru. "Kita ndak ada menyerang secara fisik. Kita hanya menyampaikan aspirasi, dan menolak beliau untuk hadir," tegasnya.

Ancaman Terhadap Presma dan Mahasiswa

Pada Jumat (25/8/2023,) Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Bukittinggi, Ahmad Zaki, mengaku menerima ancaman pembunuhan melalui pesan WhatsApp (WA) dari pihak tak dikenal.


Ancaman ini datang setelah ia secara terang-terangan mengkritik Gubernur Mahyeldi di media sosial. Pesan ancaman ini mengandung makian, cacian dan bahkan ancaman fisik yang membuat Zaki merasa tidak aman.

Ancaman tersebut pertama kali diketahui dari akun Instagram @muhammad_jalalii pada Minggu, 27 Agustus 2023.

"Alerta!!! Kawan kita Ahmad Zaki Presiden Mahasiswa @uinsmddbukittinggi mendapatkan ancaman pembunuhan dari nomor yang tidak dikenal. Setelah mengkritik Gubernur Sumbar @mahyeldisp," tulis akun tersebut.

"Oi, Zaki. Ang ndak bautak, gubernur ang mode tu an. Ang angkek telpon den baruak, daripado mati ang beko," tulis salah satu pesan sekitar pukul 17.40 WIB.

"Benar, saya mendapat pesan ancaman tersebut," katanya Minggu (27/8/2023) kepada awak media. Selain lewat pesan tertulis, ia pun ditelepon berulangkali oleh dua nomor berbeda yang tak dia kenali.

Gubernur Meminta Laporan Kepolisian

Menyikapi adanya ancaman terhadap Presma UIN Bukittinggi, Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, mengimbau agar mahasiswa yang menerima ancaman segera melaporkannya ke kepolisian.

Gubernur menekankan pentingnya mengedepankan hukum dan menegaskan bahwa negara adalah negara hukum. Ia juga mengingatkan agar tidak ada pihak yang mencoba memanfaatkan situasi untuk memperkeruh suasana dan menciptakan keresahan di tengah masyarakat.


Kepala Biro Adpim Setprov Sumbar Mursalim menyebutkan, Gubernur Sumbar menegaskan pentingnya menghindari pihak-pihak tertentu yang berusaha memanfaatkan situasi setelah aksi unjuk rasa sebagian warga Air Bangis terhadap rencana Proyek Strategi Nasional (PSN) yang berpotensi menciptakan ketidakstabilan.

"Negara kita ini negara hukum. Kita punya aturan. Kita punya penegak hukum. Tentu saja, penegak hukum tidak akan tinggal diam kalau ada pihak-pihak yang mencoba memperkeruh suasana dan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat," kata Mursalim menirukan pesan Gubernur Sumbar dalam keterangan resmi.

Rektor Temui Gubernur

Terkait insiden pengusiran gubernur yang menjadi akar masalah, Rektor UIN Bukittinggi, Ridha Ahida, secara langsung melakukan klarifikasi dengan Gubernur Mahyeldi.

Dilansir dari Sumbarprov.go.id, klarifikasi ini disampaikan di Istana Gubernuran Sumbar pada Rabu (23/8/2023). Rektor mengklarifikasi bahwa tidak ada pengusiran terhadap Gubernur, melainkan ada aksi oknum mahasiswa yang tidak mewakili seluruh mahasiswa.

Rektor juga menyampaikan permohonan maaf atas insiden tersebut, menegaskan komitmen universitas dalam mengambil tindakan tegas terhadap oknum yang terlibat dalam aksi sabotase.

Intimidasi terhadap Presiden Mahasiswa UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, Ahmad Zaki oleh orang tak dikenal terjadi pada Jumat (25/8/2023), bermula saat dirinya bakal berangkat ke Kota Padang dari Bukittinggi.

Saat itu Zaki hendak menghadiri talkshow tentang aksi penolakan Gubernur Sumbar di UIN Bukittinggi.

Ahmad Zaki menilai, intimasi yang diterima dirinya itu berasal dari pihak yang tidak suka akan aksi Dema UIN Bukittinggi, menolak Gubernur Sumbar beberapa waktu lalu.

Diceritakan Zaki, intimidasi didapatkannya melalui pesan WhatsApp bernada ancaman. Bahkan, sampai mengeluarkan kata-kata kasar.

Kendati mendapat ancaman, Zaki menyebut tidak akan gentar dan takut untuk menyuarakan kebenaran.

Zaki berpendapat, dengan adanya ancaman yang diberikan kepada dirinya ini, menandakan bahwa ruang-ruang kebebasan berpendapat mulai terenggut.

Jaringan pembela Hak Asasi Manusia (HAM) Sumbar ikut merespon hal ini

Direktur Walhi Sumbar Wengki Purwanto yang juga bagian dari Jaringan pembela Hak Asasi Manusia (HAM) Sumbar menilai sejak aktif membela dan memperjuangkan hak asasi masyarakat Nagari Air Bangis, mahasiswa telah mendapat berbagai ancaman, baik langsung maupun tidak langsung. 

Wengki lantas mengutuk keras tindakan pengancaman tersebut. Ia menyebut pelaku harus ditangkap dan diadili.

Hal iu agar menjadi bukti bahwa Negara hadir dalam melindungi mahasiswa yang telah memperjuangkan dan membela HAM masyarakat

Wengki menilai, Pemerintah semestinya mengapresiasi mahasiswa yang telah mengingatkan agar pemerintah mengutamakan kepentingan rakyat dibanding kepentingan pengusaha.

#tpc/bin







 
Top