JAKARTA -- Tim Densus 88 Antiteror Polri memastikan kelompok organisasi terlarang Negara Islam Indonesia (NII) tak hanya memiliki rencana melengserkan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sebelum Pemilu 2024.

Kabag Operasi Densus 88 Antiteror Kombes Pol Aswin Siregar menyampaikan bahwa jaringan teroris ini bakal menggulingkan siapapun yang menjadi presiden Indonesia.

"Jadi bukan masalah Pak Jokowi atau yang sekarang. Bagi mereka ingin melengserkan siapapun pemerintahannya kan," ujar Kombes Pol Aswin Siregar, dilansir dari tribunnews.com, Jumat (22/4/2022).

Aswin kemudian mengungkapkan alasan kelompok teroris NII ingin melengserkan siapapun sosok yang menjabat presiden.

Pasalnya, NII berkeinginan membentuk Indonesia dengan paham Daulah Islam.

Ia menuturkan bahwa terungkapnya rencana NII tersebut berdasarkan dokumen yang disita saat penangkapan 16 tersangka teroris NII di Sumatera Barat.

Dokumen tersebut bertuliskan teroris NII hendak membuat kerusuhan seperti tahun 1998.

"Notulensi atau catatan pertemuan mereka itu. Salah satunya yang mereka sampaikan adalah mereka akan buat kekacauan kan atau chaos. Yang dia sampaikan ya jika terjadi seperti 98," kata Aswin.

Diberitakan sebelumnya, Kelompok teroris Negara Islam Indonesia (NII) Sumatera Barat (Sumbar) ternyata merencanakan sejumlah aksi teror.

Satu di antaranya berencana menggulingkan pemerintah Joko Widodo (Jokowi) sebelum Pemilu 2024.

Hal itu terungkap seusai penyidik memeriksa 16 tersangka teroris NII yang ditangkap di Sumbar.

Dugaan itu semakin diperkuat seusai menemukan barang bukti yang terkait rencana kelompok NII di Sumbar.

"Barang bukti yang ditemukan juga menunjukkan sejumlah rencana yang tengah dipersiapkan oleh jaringan NII Sumatra Barat yakni upaya melengserkan pemerintah yang berdaulat sebelum tahun pemilu 2024," kata Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar saat dikonfirmasi, Senin (18/4/2022).

Tak hanya itu, kata Aswin, penyidik juga menyita sejumlah barang bukti yang ditemukan dalam bentuk dokumen tertulis menunjukkan bahwa jaringan NII di Sumatera Barat memiliki visi-misi yang sama persis dengan NII Kartosuwiryo.

"Yakni mengganti ideologi Pancasila dan sistem pemerintahan Indonesia saat ini dengan syari’at Islam, sistem khilafah, dan hukum Islam," ungkap Aswin.

Lebih lanjut, Aswin mengungkapkan ada rencana NII Sumbar yang bakal melakukan sejumlah teror.

Hal tersebut karena mereka tengah mempersiapkan senjata tajam yang disebutkan sebagai golok.

"Di antara sekian rencana tersebut, terdapat juga potensi ancaman berupa serangan teror yang tertuang dalam wujud perintah mempersiapkan senjata tajam disebutkan golok dan juga mencari para pandai besi. Adapun temuan alat bukti arahan persiapan golok tersebut sinkron dengan temuan barang bukti sebilah golok panjang milik salah satu tersangka," katanya

Sekadar informasi, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap setidaknya 16 tersangka terorisme jaringan Negara Islam Indonesia (NII) di Sumatera Barat (Sumbar) pada Jumat (25/3/2022) lalu.

Tak lama berselang, Densus kembali menangkap 5 orang tersangka teroris jaringan NII lainnya di daerah Tangerang Selatan, Banten pada Minggu (3/4/2022).

Adapun para tersangka diduga menginginkan untuk mengubah ideologi Pancasila dengan syariat Islam.

Pada saat yang sama, mereka juga aktif merekrut anggota baru dari kalangan anak-anak di bawah umur.

Selain itu, para tersangka itu juga aktif melakukan kegiatan i'dad atau latihan ala militer secara rutin lewat berbagai kegiatan.

Mereka juga berniat menggulingkan pemerintah dengan memanfaatkan situasi jika terjadi kekacauan.

NII Organisasi Penipu, Tak Wajib Jilbab dan Shalat 5 Waktu

Kendati belakangan santer disebut-sebut NII ingin mengubah ideologi Pancasila dengan paham Daulah Islam, namun berdasarkan pengakuan sejumlah mantan pengikut NII, mereka tidak pernah didoktrin tentang pendirian negara Islam Indonesia (NII). Mereka juga tidak diajarkan skema perjuangan layaknya sebuah gerakan radikal. Malah, mereka menyebut, NII lebih tepat disebut sebagai organisasi penipu. 

Melansir pemberitaan republika.co.id tanggal 2 Mei 2011, Muhammad Nuski, staf pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang pernah mendampingi sejumlah mahasiswa yang terpengaruh ideologi NII pada tahun 2009-2010, menyebutkan gerakan ini lebih tepat disebut sebagai organisasi penipu.

Berdasarkan wawancara sejumlah anggota NII dari Unsoed, Nuski menyebutkan mereka tidak pernah didoktrin tentang pendirian negara Islam Indonesia (NII). Mereka juga tidak diajarkan skema perjuangan layaknya sebuah gerakan radikal.

Ajaran yang diindoktrinasi oleh pentolan NII itu justru mengenai ajaran Islam yang sudah menyimpang. ''Antara lain, seperti pakaian jilbab bagi kaum muslimah yang disebutkan tidak wajib atau kewajiban shalat lima waktu yang juga disebut tidak diwajibkan dalam Islam,'' katanya.

Karena itu, Nuski menyebutkan anggota NII ini sulit diidentifikasi dari performanya. ''Bagi yang laki-laki, mereka tidak berjenggot atau bercelana cungklang. Bagi yang perempuan, mereka tidak mesti mengenakan jilbab,'' tambahnya.

Sesat, Kewajiban Hanya Cari Sadaqoh Sebanyak Mungkin

Melansir pemberitaan tribunnews.com tanggal 28 April 2011, Mantan Menteri Penguatan Produksi Negara Islam Indonesia (NII) Imam Supriyanto membeberkan sejumlah kesesatan ajaran NII.

Imam menyebut, ajaran Islam di NII bukanlah suatu keharusan untuk dilakoni, kendati sholat merupakan termasuk rukun Islam.

"Shalat ketika itu saya anggap hanyalah ritual saja, tidak wajib," ujar Imam.

Imam menjelaskan, suatu hal yang diwajibkan penganut NII adalah mencari sedakah sebanyak mungkin, dan kemudian diserahkan kepada NII.

"Yang wajib adalah mencari sadaqoh, infak sana-sini. Dengan cara apapun, infaq harus saya dapat karena mereka yang bukan NII, kami anggap bukan Islam dan halal hartanya," cerita Imam.

"Shalat ketika itu saya anggap hanyalah ritual, tidak wajib. Yang wajib adalah mencari sedekah, infak, sana-sini. Dengan cara apa pun, infak harus saya dapat karena mereka yang bukan NII akan kami anggap bukan Islam dan halal hartanya (untuk dimiliki)," cerita Imam.

Petinggi Gemar Minum Red Wine

Ia juga mengungkapkan bahwa para petinggi NII ternyata gemar minum red wine (anggur merah). Meminum anggur merah itu menurutnya dianggap halal karena dianggap sebagai tanaman yang banyak di surga.

"Kami meminum red wine karena anggur adalah tanaman yang menghiasi surga. Itu pemahaman kami dulu. Alhamdulillah, saya diberi petunjuk oleh Allah SWT, keluar dari NII," ungkap Imam.

Sebelumnya, Imam juga mengungkap aset NII dalam berbagai bentuk, mulai dari uang tunai, obligasi, hingga emas. Ia mengaitkan NII dengan Pondok Pesantren Al Zaytun di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

"Saya berdosa kalau tak menyampaikan apa adanya. Jangan sampai ada yang mengikuti langkah salah saya ini," aku Imam.

Kini, Imam mengaku harus meniti perjalanan hidupnya dari awal lagi. Imam yang tinggal di Purwakarta kini menjadi petani untuk menghidupi istri dan keenam anaknya.

Imam menjadi anggota NII sejak tahun 1987 dan resmi keluar pada tahun 2007. Kedua orang tuanya, diakuinya pernah menjadi anggota NII. Namun kedua orangtuanya terlebih dahulu keluar. Bahkan, sang ibulah yang kemudian menyadarkan Imam Supriyanto dari geliat NII.

Dia menjelaskan, dirinya mulai sadar saat ia menderita sakit. Dengan tidur hanya beralaskan tikar, Imam menghampiri dirinya, dan memberi nasihat untuk keluar dari NII.

"Saat itu, baru itulah saya mau mendengar nasihat ibu. Saya akhirnya sadar, dengan enam orang anak, saya selalu hidup di bawah tekanan karena menjadi bagian dari NII. Sakit yang saya derita, memberikan jalan untuk keluar dari organisasi itu, juga nasihat ibu," tuturnya lirih.

#tribunnews/red





 
Top