AGAM, SUMBAR -- Peringatan Hari Buku Sedunia, tahun 2022, diisi dengan cara yang istimewa oleh Dewan Pimpinan Daerah Satupena Sumatera Barat (DPD Satupena Sumbar). Tiga kegiatan diusung sekaligus dalam satu hari, Sabtu (23/4/2022) kemarin.

“Jika hanya membaca yang tertulis, maka keliru kesimpulan yang didapatkan,” kata Yus Datuk Perpatih, budayawan Minangkabau, ketika menerima pengurus DPD Satupena Sumbar di kediamannya di jorong Nagari, Sungaibatang, Maninjau, Kabupaten Agam.

Pesan Yus Datuk Perpatih, disampaikan terkait semakin banyaknya orang keliru memahami pesan-pesan bijak yang sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Minang sejak masa lalu. 

“Jangan dimaknai kalau pesan takuruang nak di lua, tahimpik nak di ateh sebagai pesan yang cadiak buruak, tetapi itulah sikap kreatif orang Minang,” katanya.

Mengapa disebut sikap kreatif? Tahimpik, sesungguhnya bermakna susah. Dalam kondisi susah, kata Yus Datuk Perpatih, orang Minang selalu berusaha untuk bisa selalu berada di atas, atau tidak menyerah dalam dengan kondisi terpuruk.

Ada juga, katanya, indak ado kayu, janjang dikapiang (tak ada kayu, tangga dibelah). Secara umum, terlihat bodoh. Mengapa harus membelah tangga (untuk dijadikan kayu api) karena tak ada kayu lagi? Tapi bukan itu hakikat yang dituju.

“Bagi orang Minang, tak ada uang, tak ada beras, dapur harus tetap berasap. Anak bini harus tetap makan,” katanya.

Pesan-pesan tersebut, katanya, bukti bahwa orang Minang adalah orang-orang yang arif. 

Yus Datuk Perpatih yang dikenal sebagai pelestari budaya Minangkabau, saat ini merasa prihatin. Nyaris tak banyak lagi generasi muda saat ini yang memiliki kepedulian menjaga kelestarian budaya Minangkabau.


Saat silaturrahmi tersebut, Ketua DPD Satupena Sumbar Sastri Bakry menyerahkan Piagam Penghargaan kepada Yus Datuk Perpatih, atas dedikasi dan pengabdiannya untuk dunia literasi. 

Di usianya ke 84 tahun, Yus Datuk Perpatih masih produktif menulis. Ia baru saja meluncurkan buku Menyingkap Wajah Minangkabau. Ia sudah menulis sejak tahun 1980, berawal dari naskah drama. Sejumlah tulisannya ada berbentuk naskah drama, film dan pesan-pesan adat.

Kunjungan Literasi

Masih di hari yang sama, DPD Satupena Sumbar juga melakukan kunjungan literasi. Dua lokasi dituju. Pertama ke SDN 10 Sapiran, Bukittinggi. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah dasar di Bukittinggi yang memiliki prestasi luar biasa di berbagai bidang, khususnya literasi.

Prestasi di bidang literasi yang dihasilkan sekolah ini sangat beragam. Tak hanya di tingkat kota dan provinsi, tetapi sudah beberapa kali menembus tingkat nasional.

Tim Satupena Sumbar diterima Kepala SDN 10 Sapiran Drs Edianto, “guru-guru kami sudah banyak yang terbiasa menulis. Setelah itu, mereka juga menularkan kepada murid-muridnya,” kata Edianto.

Tak hanya itu. Edianto juga mendorong semua guru di sekolah tersebut untuk bisa berbagi ilmu kepada guru atau sekolah lain. 

“Tapi, ada syarat yang harus dipenuhi. Sebelum membagikan ilmunya di sekolah lain, tetapi harus diberikan untuk lingkungan sendiri terlebih dahulu,” katanya. 

Setelah dari SDN 10 Sapiran, Bukittinggi, rombongan pengurus Satupena Sumatera Barat juga berkunjung ke museum rumah kelahiran Buya Hamka. 

Ketua DPD Satupena Sumbar Sastri Bakry, kepada www.sumatrazone.co.id menyebutkan, kegiatan kali ini merupakan bagian dari kegiatan wadah berhimpun bagi penulis di Sumbar. 

“Apa yang dilakukan Angku Yus Datuk Perpatih sangat menginspirasi sekali. Di usia senjanya, beliau masih produktif. Masih menulis,” kata Sastri  Bakry sembari menyebutkan, produktivitas ini perlu menjadi cermin bagi semua, khususnya generasi muda. 

#rel




 
Top