CADIAK buruak atau cerdik buruk adalah kata dalam bahasa Minang untuk menggambarkan seseorang yang cerdik tapi hanya untuk keuntungan pribadinya saja, sementara ia tak peduli kalau orang lain menjadi dirugikan. Singkatnya berkarakter curang atau licik.

Topik ini hanya sebagai catatan karena dalam kehidupan sehari-hari, tak peduli etnis mana, agama apa, berpendidikan apa, orang kota atau orang kampung, ada saja kemungkinan kita menemukan teman atau mungkin kerabat seperti ini. 

Mereka, pemilik katakter cadiak buruak atau cerdik buruk, ketika haknya belum dapat langsung berkoar-koar, namun kalau ditagih kewajibannya suka menghindar.

Mereka yang kalau ada pembagian sesuatu berdiri paling depan, tapi kalau ditarikin sumbangan, langsung menghilang. 

Mereka yang kritis dalam menafsirkan peraturan agar dapat keuntungan atau agar menghindar dari suatu tugas. 

Mereka yang keras menuntut insentif, bonus atau sejenis itu, tapi malah malas dalam bekerja, atau mengklaim prestasi orang lain sebagai prestasi dirinya sendiri. Itulah beberapa contoh cadiak buruak dimaksud.

Mereka, pemilik karakter cadiak buruak, senang memilih-milih teman. Bila si teman mendatangkan keuntungan finansial buat dia seperti kecipratan sesuatu, ia bakal mendekat. Namun, begitu si teman lagi terpuruk, lagi depresi, ia menjauh, bahkan menjelek-jelekkan si teman sebagai dapat hukum karma. Sebaliknya ia mengumbar puja puji yang terkesan menjilat kepada teman yang memberi keuntungan buatnya.

Lantas kalau ketemu orang-orang seperti itu, bagaimana cara menghadapinya?  Ya biasa saja. Jangan terbuai dengan puja pujinya, dengan bujuk rayunya, dan berbagai triknya seperti memelas mengarang cerita sedih agar dikasihani, dan sebagainya. Jangan pula kebakaran jenggot, atau balik marah, bila kita difitnah. 

Bantu mereka bila menurut kita memang layak dibantu tanpa mengharap suatu saat akan dibalasnya. Tapi kalau permintaannya berlebihan, dan kita meragukan kejujurannya, tolak dengan halus, tanpa perlu mengungkapkan keragu-raguan kita.

Memang ada risiko kita dianggap pelit, tidak membantu teman, lupa sama saudara begitu sudah jaya, dan sebagainya. Ya, apa boleh buat. Tapi biasanya waktu yang akhirnya membuktikan bahwa kita berada di pihak yang tepat.

Bisa jadi kita berlebihan dalam menilai. Seseorang bisa saja sudah tobat. Boleh saja sesekali kita test untuk memberikan sesuatu, misalkan meminjamkan duit. Tapi kalo ternyata ia masih tak berubah, ya ikhlaskan saja. Mudah-mudahan dicatat malaikat sebagai amal.

Jangan pula sengaja tidak mau bersahabat dengan para cadiak buruak tersebut. Biasa saja, berteman tapi sedikit berjarak sebagai bentuk kewaspadaan tanpa terlihat oleh si teman. 

Begitu saja, semoga bermanfaat bagi pembaca.

#Disarikan dari tulisan Irwan Rinaldi Sikumbang / Kompasiana

 


 
Top