Laporan:
HM Yousri Nur Raja Agam 

PERGURUAN Islam Thawalib Parabek di Parabek, Ladang Laweh, Kecamatan Banuhampu,  Bukittinggi - Agam, pada Rabu (21/9/2022) kemarin merayakan Ulang Tahun ke 112. Acara Milad ini dihadiri ribuan santri dan alumni, keluarga santri, serta masyarakat Minang dari berbagai daerah.

Perguruan agama Islam tertua dan terbesar di Pulau Sumatera ini, telah melahirkan ratusan ribu alumni. Tidak hanya dari berbagai wilayah di Indonesia,  tetapi juga berasal dari Singapura, Malaysia, Brunei  dan Patani Thailand. Para alumni Sekolah Thawalib Parabek ini, juga banyak yang melanjutkan pendidikannya ke mancanegara, di samping negara-negara Arab, juga tidak sedikit yang memperoleh gelar doktor (S3) di Amerika dan Eropa.

Sekolah agama yang kini disebut "Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi Agam" ini, memang sudah tua. Mendahului kehadiran Pondok Pesantren (Ponpes) lain di Indonesia. Ponpes besar di Sumatera Barat ini sudah melahirkan ulama dan negarawan.

Mereka itu antara lain:

1. Buya Hamka

Ketua MUI pertama ini mondok di sini pada tahun 1918 silam.Lepas dari pendidikan ini, Hamka kemudian merantau ke Jawa. Kemudian ia dikenal sebagai salah seorang cendekiawan muslim terpenting di Asia Tenggara.

2. Adam Malik

Adam Malik merupakan Wakil Presiden RI ke 3 periode 1978 – 1983. Adam Malik yang berasal dari Pematang Siantar, Sumatera Utara ini mondok 1,5 tahun di Parabek.

3. Mansoer Daoed Dt Palimo Kayo

Buya H.Mansoer pernah menjadi Dubes RI untuk Irak. Ia lahir di Balingka pada 1905  mondok di Parabek tahun 1920-1925

4. Dr.Riki Saputra

Riki Saputra kini menjabat sebagai Rektor UM Sumbar sejak 2019 silam. Ia dilantik dalam usia 36 tahun, dan merupakan salah satu rektor termuda di Indonesia.

Luthan Menjadi Ibrahim

Sekolah ini, didirikan oleh murid sang mahaguru dari Mekah, Arab Saudi, yang juga berasal dari Minangkabau, yakni Syekh Ahmad Chatib al Minangkabawi. Waktu itu, pada 1910,  Luthan bin Musa pulang membawa ke Indonesia. Sang mahaguru pada ijazahnya, nama Luthan bin Musa diubah menjadi Ibrahim Musa. 

Kehebatan Ibrahim Musa memang luar biasa, beliau mendapat julukan terhormat menjadi Syekh Ibrahim Musa. Tetapi selain menjadi Syekh Ibrahim Musa Parabek, nama popularnya adalah Inyiak Parabek.

Kisahnya, setelah pulang ke tanah air, tahun 1910, Ibrahim Musa mendirikan sebuah surau yang dibangun dengan tangan sendiri. Pada tahun 1918 atau delapan tahun kemudian ia mengajak  Inyiak Deer, atau Haji Karim Amrullah, ayah Hamka, membangun lembaga pendidikan bernama Sumatera Thawalib.

Inyiak Parabek merupakan ulama kharismatik Minangkabau. Bersana dia ada Syekh Tajir Jalaluddin, Syekh Karim Amrullah, Inyiak Canduang, Inyiak Jambek, Syekh Abdul Latif Syakur, Syekh Abbas Qdi Ladang Laweh, Inyiak Canduang, Syekh Abbad Padang Japang, Syekh Saad Mungka, Syekh Jamil Jah, Sykeh Thaib Umar serta sederatan panjang nama ulama Minang yang hingga kini tak tertirukan.

Keberhasilan Inyiak Parabek sebagai murid dari Syech Ahmad Chatib ak Minangkabawi, juga menjadi perhatian beberapa guru agama dari Pulau Jawa. Mereka juga berguru kepada guru yang sama di Mekah. Di.antaranya KH Ahmad Dahlan yang mendirikan Perkumpulan Muhammadiyah tahun 1912 dan KH Hasjim Asyari yang mendirikan NU (Nahdlatul Ulama) tahun 1926.

Secara kebetulan, saat Ibrahim Musa mendirikan Thawalib Parabek, Pemerintah Kolonial Belanda, juga mendirikan pabrik semen di Indarung Padang. Sehingga saat ayah Buya Hamka bergabung mendirikan Mesjid Parabek tahun 1918, langsung pula memanfaatkan produksi Semen Padang, pabrik Indarung. 

Dalam proses pengembangan Sumatera Thawalib Parabek ini, di tahun 1942, ada seorang  insinyur sipil bangsa Indonesia, bernama Sukarno  ikut melakukan penelitian. Orang yang kemudian akrab disapa sebagai Bung Karno itu, memegang tiang mesjid dan menyatakan bahwa bangunan Masjid Jami' Parabek akan tahan lama. 

Pada hari Rabu, 21 September 2022 berlangsung resepsi puncak Milad atau HUT ke 112. Ada keunikan dalam penyebutan nama Perguruan Sumatera Thawalib Parabek ini. Kendati terletak di Kabupaten Agam  namun dalam akta disebut Bukittinggi. Memang dulu, Bukittinggi adah ibukota Kabupaten Agam sebelum pindah ke Lubukbasung. Maka jadilah namanya: Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi Agam.

Dengan keunikan itu, maka setiap ada acara serimonial di Ponpes Sumatera Thawalib ini, kedua kepala daerah yakni Walikota Bukittinggi dan Bupati Agam selalu hadir. Bahkan, yang cukup menggembirakan, selain lokasi kampus berada di Kabupaten Agam, Walikota Bukittinggi Erman Safar, di tengah puluhan ribu orang santri dan masyarakat yang hadir, berjanji akan menyiapkan lahan untuk tambahan kampus di Kota Bukittinggi.

**




 
Top