PADANG -- Baru-baru ini Wali Kota Payakumbuh Riza Falepi memberikan tanggapan pedas plus serangkaian statemen pasca pemberian "Rapor Merah" oleh Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) setempat terhadap Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Payakumbuh pada Jumat (8/07/22) lalu. Penilaian dimaksud dipublish salah satu media massa di Padang. 

Menurut Riza, memberikan penilaian jelek terhadap Mal Pelayanan Publik (MPP) Kota Payakumbuh sama dengan menepuk air di dulang, yang memberi nilai juga yang akan diukur orang. Bahkan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyebut pengurus BPC HIPMI Kota Payakumbuh sebagai pengusaha "ecek-ecek". 

Menanggapi pernyataan sang wali kota, Ketua Umum HIPMI Sumatera Barat (Sumbar), Brian Putra Bastara menilai Riza Falepi terlalu reaktif dan tidak bijak dalam memberikan informasi kepada publik.

“Reaksi Pak Wali Kota berlebihan sampai bilang HIPMI ecek-ecek. Kita ini kan anak-anak muda yang ikut bantu beliau di pemerintahan? Masa gara-gara penilaian objektif kami dihajar dengan statement begitu. Beliau mestinya lebih bijak menanggapi," kata Brian.

Menurut Brian, selama ini HIPMI turut berusaha dalam mengurangi masalah sosial pengangguran di Kota Payakumbuh. HIPMI, menurut Brian, sangat terbuka untuk berdiskusi dan bertukar pikiran, sehingga tidak tepat jika disebut ecek-ecek lantaran memberi penilaian objektif.

"Di masa sulit, kami anak-anak HIPMI berusaha bertahan, agar pemerintah daerah Payakumbuh tidak menanggung masalah sosial pengangguran tak terkendali akibat PHK. Kita juga bantu UMKM Payakumbuh agar dikenal dan menjadi kebanggaan," ujar Brian. 

"Kalau lah ada yang menurut beliau diluruskan, kita terbuka diskusi dan bertukar pikiran. Bukan malah membuat anak muda Payakumbuh menjadi mati gaya, karena saat memberi penilaian objektif malah disebut ecek-ecek sama Wali Kotanya," tambahnya.

"HIPMI mengkritik kinerja pemerintah itu kan biasa saja. Karena itu memang urusan publik. Wali Kota bilang anak HIPMI usaha ecek-ecek, pengangguran, dan lainnya, itu ranah private. Penghinaan, merendahkan orang lain," sebut Brian.

Ketum HIPMI Sumbar ini berharap agar Wali Kota Payakumbuh itu dapat menerima penilaian dengan bijak di kemudian hari.

"Harapan kami, pak Wali bisa merespons penilaian kami dengan bijak, dan tetap membuka diri kolaborasi, masa sekarang nggak bisa hebat sendiri. Yang kita mau seluruh pentahelix kompak, berkolaborasi, saling bahu-membahu agar semua tantangan dalam pembangunan daerah bisa kita selesaikan," kata Brian.

Tanggapan Menohok Riza

Sebelumnya, seperti diberitakan mass media di Padang, Wali Kota Riza Falepi memberikan tanggapan menohok perihal “Rapor Merah” yang dilontarkan oleh Ketua BPC HIPMI Kota Payakumbuh kepada DPMPTSP setempat.

Menurut Riza, memberikan penilaian jelek terhadap Mal Pelayanan Publik (MPP) Kota Payakumbuh, sama dengan menepuk air di dulang, yang memberi nilai juga yang akan diukur orang.

Padahal, kata Riza, pihaknya baru saja bertemu dengan pengurus Kamar Dagang dan Industri Kota Payakumbuh terpilih periode 2022-2027 setelah mereka melaksanakan Mukota Kadin dan Riza bertemu hari Kamis (7/7/22) di Balai kota.

“Saat itu pernyataan pertama saya adalah menyampaikan nasehat agar para pengurus menyadari bahwa Kadin adalah organisasi pengusaha yang tentu wadah sekaligus tempat berhimpun pengusaha,” jelas Riza, Minggu (10/7/2022).

Bahkan wali kota dua periode itu menyampaikan pesan jangan sampai masuk Kadin dulu baru jadi pengusaha. Biasanya yang demikian bukanlah pengusaha, tapi mungkin politisi yang lagi cari suara, atau calo, atau orang yang ingin mengacau saja. Akan hilang marwah Kadin kalau sampai demikian.

“Artinya pengusaha sukses dulu baru jadi pengurus atau Ketua Kadin. Karena dia akan menjadi teladan bagi kita semua,” ujar Riza.

Walaupun Riza menyatakan itu kepada Kadin sambil tersenyum, tapi makna penyampaian Riza sangat sarat dengan filosofi yang mendalam karena Riza menyadari keberadaan pengusaha mempengaruhi 80 persen perekonomian daerah, pemda hanya berkontribusi dengan regulasi yang ada, hanya 1/5 persen saja.

Riza merasa miris mendengarnya jika tuduhan kepada DPMPTSP Kota Payakumbuh yang pernah mendapatkan predikat terbaik nasional serta penilaian murni dari Presiden RI Joko Widodo tanpa adanya rekayasa kemudian tanpa dasar dan tanpa hak memberi “Rapor Merah”.

“Sebagai kota rujukan terkhusus dalam hal Pelayanan Publik yang di akui pemerintah pusat (Presiden RI) dan telah dibuktikan dengan banjirnya kunjungan dari kepala daerah se Indonesia yang melakukan studi tiru ke Payakumbuh, diberi “Rapor Merah” oleh seorang oknum yang mungkin kelas penilaiannya melebihi standar Presiden RI,” imbuh Riza.

Seyogyanya, lanjutnya, oknum yang memberikan Rapor Merah kepada DPMPTSP ini tentu punya dasar yang jelas. Ranah DPMPTSP ini adalah pelayanan, mengurus percepatan investasi bukan mengurusi UKM/UMKM ini jelas beda ranahnya.

“Sangat berbeda dengan himpunan pengusaha anak muda di Payakumbuh, sebagian pengurusnya masih pengusaha ecek-ecek, kalau nggak, dianggap pengangguran, kemudian jadi pengurus, malah membuat cerita yang lucu-lucu. Mungkin lagi cari cara jadi politisi, tapi salah tempat. Di kampungnya saja tidak diakui sebagai pengusaha, apalagi di level nasional. Buat acara dan kegiatan masih “menyusu” ke pemda, pinjam tempatlah, minta dibantu biaya makanlah, masih minta proposal lah dan lain-lain,” sindir Riza.

Riza menambahkan, harusnya pengusaha itu mengisi proposal, bukan minta proposal ke pemda. Namun sebaliknya justru kejadian, minta proposal ke pemda. Hilang marwah sekelas pengusaha hari gini minta proposal ke pemda.

“Sebaiknya kita lebih introspeksi diri, sudah punya prestasi apa kita sampai menilai jelek orang lain, padahal penilaian orang lain dan tim pusat dan di dalamnya termasuk juga HIPMI pusat di mana yang bersangkutan bernaung menilai baik, sementara dia menilai jelek. Lebih hebat dari HIPMI pusat dong?. Kalau hebat harusnya pengusahanya sudah kelas dunia, tapi sayangnya masih kecil. Ukurannya usaha bisa dengan jumlah pegawai, omset per hari, atau berapa banyak keuntungan per bulan. Dari sana saja yang bersangkutan sebenarnya belum layak menilai,” beber Riza.

Riza menegaskan, salah satu sikap pengusaha adalah menjaga silaturahim kepada banyak pihak, bukan mencari musuh banyak banyak, apalagi pemda yang berkuasa atas pengeluaran berbagai ijin yang dimusuhi.

“Itu menunjukkan pada yang bersangkutan bahwa dia sebenarnya bukan pengusaha, mungkin politisi, mungkin orang baru belajar berusaha tapi gurunya mungkin mantan pejabat yang nggak ngerti bisnis dan masih feodal. Tapi apapun itu bukanlah sikap pengusaha sejati dan tidak boleh ditiru,” jelasnya.

Riza mengajak para calon-calon pengusaha agar meniru pengusaha sukses yang ada di kota ini, banyak sekali. Dicontohkannya pemilik Kopmil Ijo, Gubuk Kopi, Gerobak Kopi, dan lain-lain, mereka adalah contoh sebagian kecil pengusaha sukses yang ada.

“Bahkan Buya Isnaldi yang barusan saja sebagai khatib Salat Idul Adha di lapangan Poliko Balai Kota adalah sebagian contoh pengusaha sukses, bahkan beliau muda, pengurus HIPMI pusat, pengurus Kadin Pusat dan sangat rendah hati,” kata Riza.

“Berbeda dengan pengusaha muda yang memberi kita “Rapor Merah”, tingkahnya pongah, tinggi hati, ingin minta disapa terus, padahal prestasinya nol. Cobalah tunjukkan prestasinya agak satu saja, belum pernah kedengaran selain bertingkah yang asal beda sendiri. Bukan zamannya orang bermental begini didukung dan dipelihara. Kita ingin justru pengusaha kelas dunia lahir di Payakumbuh dan menjadi Hero bagi Payakumbuh, bukan pengusaha manja yang maunya disapa dan dielus elus. Disini terlihat  keblunderan dan salah alamatnya, legacy yang telah di capai pemerintah (DPMPTSP) atas perjuangan dan prestasi perangkat beserta seperti dianggap angin lalu saja oleh okum tersebut. Naudzubillah min dzalik,” tukuk Riza.

#red





 
Top