JAKARTA -- Emiten konstruksi BUMN Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) tak henti-hentinya menorehkan kinerja yang kurang optimal dalam pengelolaan perusahaan. 

Anak usaha dari Waskita Karya (WSKT) yang baru menyelesaikan restrukturisasi utang ini kini diterpa kasus korupsi setelah sebelumnya sempat dituntut PKPU dan sahamnya masih disuspensi.

Menteri BUMN Erick Thohir menyambut positif langkah tegas yang dilakukan Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam mengusut kasus di perusahaan-perusahaan pelat merah, termasuk yang terjadi di tubuh WSBP.

Kejaksaan Agung menetapkan empat orang sebagai tersangka penyidikan dugaan korupsi dan penyelewengan dana pembangunan oleh WSBP dan membuka penyidikan baru terkait dugaan korupsi pengadaan menara transmisi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2016-2020 senilai Rp 2,25 triliun.

Erick menyampaikan program bersih-bersih BUMN tak sekadar dalam membenahi BUMN dari segi bisnis, melainkan juga aspek hukum yang banyak dibantu para penegak hukum, termasuk Kejagung.

"BUMN sebagai penggerak sepertiga ekonomi kita itu punya peranan vital, kalau tata kelolanya enggak benar, dikorupsi lah, itu yang rugi bukan perusahaan BUMN-nya saja, tapi juga masyarakat dan negara," ucapnya.

Sebelum kasus ini mencuat ke publik, Waskita Beton Precast sendiri memiliki segudang masalah lain, termasuk gugatam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) meski akhirnya diputuskan lolos oleh Pengadilan Negeri Jakarta setelah proposalnya diterima oleh mayoritas kreditor. Keputusan tersebut dibacakan pada 28 Juni lalu.

Sebanyak 279 kreditur yang menyetujui proposal PKPU WSBP memiliki nilai piutang setara Rp 5,81 triliun, sedangkan kreditur yang tidak setuju berjumlah 11 kreditur dengan total tagihan Rp 803,84 miliar.

Sebelumnya perdagangan saham perusahaan sudah disuspensi di pasar modal sejak akhir Januari tahun ini salah satunya karena permasalahan PKPU dan likuiditas perusahaan yang tertekan.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan terbaru untuk periode tiga bulan pertama tahun ini, diketahui bahwa WSBP mengalami defisiensi modal hingga Rp 3,06 triliun. Selain itu perusahaan juga mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 276,82 miliar. Perusahaan juga tidak pernah membukukan laba sejak pandemi dan mulai mengalami defisiensi modal sejak akhir tahun lalu.

Saat ini saham WSBP 'tidur' di harga 95/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 2,5 triliun. Dalam 5 tahun terakhir harga saham perusahaan telah ambruk 82,24%.

Sebagai informasi, WSBP pertama kali ditawarkan ke publik pada 8 September 2016 dan dihargai Rp 490/saham pada penawaran perdana (IPO). Saham ini sempat menyentuh harga tertinggi di Rp 630/saham sekitar dua bulan pasca IPO. Setelahnya saham ini secara konsisten melemah hingga akhirnya disuspensi tahun ini.

#cnbc/bin






 
Top