Penggerebekan salah satu koperasi abal-abal di kompleks Perumahan Dusun Gundu, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, pada penghujung Januari lalu. 




JAKARTA -- Pengamat koperasi sekaligus Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (Akses) Suroto merespons keinginan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, agar koperasi terlibat dalam program hilirisasi sumber daya alam. Ia menilai sang menteri salah konsep dalam pengembangan kebijakan perkoperasian.

"Semestinya, yang terpenting, lakukan rehabilitasi koperasi. Bubarkan koperasi yang hanya papan nama dan koperasi abal-abal dulu," kata Suroto di Jakarta, Rabu (12/7/2023).

Setelah itu beres, kata Suroto, baru konsolidasi dan lakukan pengembangan. Menurutnya, sulit mengembangkan sebuah lembaga yang masih terus dirundung masalah.

BACA JUGA: Dana Rp26 Triliun 'Dirampok' Pengurus Koperasi, Pemerintah Tegas Tidak Bisa Bantu Talangi! 

Suroto lantas menganalogikan koperasi sebagai pohon jati yang sedang tumbuh di antara semak belukar tebal. "Jati itu bisa mati. Jadi, dibersihkan dululah semak belukarnya," tuturnya.

Sayangnya, ia menduga, Menteri Teten sepertinya tak bernyali untuk membubarkan rentenir dan koperasi abal-abal.

Menteri Teten memang mengatakan koperasi belum mampu menguasai perekonomian Indonesia. Sebab, bisnis koperasi belum berkembang. Selain itu, koperasi menyimpan banyak masalah.

Padahal, koperasi diharapkan menjadi sokoguru perekonomian nasional. "Karena itu, sesuai arahan Pak Presiden, kami ingin koperasi menjadi bagian dari program hilirisasi sumber sumber daya alam dan industrialisasi," kata Teten dalam acara Peringatan Hari Koperasi Nasional ke-76 di Tenis Indoor Senayan, Rabu (12/7/2023) siang. 

Teten mengatakan kementeriannya telah menginisiasi koperasi melalui produk sawit. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi 50 juta ton sawit setahun dan termasuk terbesar di sunia. Namun, sektor ini masih dikuasai usaha besar. Prosuksinya pun belum maksimal. "Masih jual CPO. Paling tinggi, minyak goreng," ujarnya.

Teten ingin produksi dan kesejahteran petani diperbaiki. Terlebih, sekitar 40,47 persen lahan sawit dimiliki petani. Ke depan, Teten ingin petani tidak hanya menjual tandan buah segar (TBS), tetapi turut memproduksi minyak makan merah melalui koperasi.

"Jadi, harus konsolidasi dengan koperasi. Per 1.000 hektar, kami ingin ada pabrik minyak makan merah, sehingga petani bisa menjual produk jadi," ucap Teten.

#tpc/bin





 
Top