JAKARTA -- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) beberapa waktu lalu meluncurkan Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045.
Peta Jalan Pendidikan Indonesia merupakan acuan utama perumusan kebijakan pendidikan. Di dalamnya memaparkan arah kebijakan Pemerintah ke depannya dalam sektor pendidikan.
Di samping itu, dipaparkan juga sejumlah potret masalah pendidikan Indonesia saat ini.
Berdasarkan Ringkasan Eksekutif Peta Jalan Pendidikan Indonesia Tahun 2025-2045, akses pendidikan berkualitas di Indonesia masih belum merata. Permasalahan ini tampak dari sejumlah gambaran berikut:
Sebanyak 29.830 desa/kelurahan tidak mempunyai satuan PAUD (TK/RA/BA).
Sebanyak 302 kecamatan tidak mempunyai SMP/Mts.
Sebanyak 727 kecamatan tidak mempunyai SMA/SMK/MA.
Keterbatasan akses internet dan listrik menjadi kendala perluasan akses pendidikan, khususnya dalam penerapan pembelajaran digital. Permasalahan ini terlihat dari:
- 27.650 atau 10,03% satuan pendidikan belum mempunyai akses internet.
- 3.323 atau 1,21% satuan pendidikan belum mempunyai akses listrik.
Bantuan pendidikan dapat dikatakan efektif, peningkatan angka partisipasi kasar (APK) jenjang SMA/sederajat dari kelompok 20% penduduk termiskin meningkat dari 34,82% pada 2010 menjadi 75,89% pada 2023. Walaupun begitu, angka exclusion error masih tinggi, dengan 1.377.854 anak dari kelompok 25% termiskin tidak sekolah.
Angka tidak sekolah (ATS) cenderung turun, tapi tetap tinggi. Angka ATS usia 6-18 tahun pada 2023 adalah 4,2 juta anak, dengan di antaranya:
- 3,2 juta anak sudah tidak sekolah sebelum-sebelumnya.
- 0,5 juta anak tidak pernah bersekolah.
- 0,5 juta anak putus sekolah tahun ajaran ini.
Isu lintas sektor anak tidak sekolah:
- Anak di daerah khusus
- Anak-anak yang menyandang disabilitas
- Pekerja anak
- Anak terlantar
- Anak korban kekerasan
- Anak korban perkawinan anak
- Anak berkonflik dengan hukum
- Anak jalanan
Pendidikan nonformal sebagai alternatif jalur pendidikan masih belum optimal. Masih ada 55,20% layanan pendidikan nonformal dalam bentuk pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) dan sanggar kegiatan belajar (SKB) yang belum terakreditasi.
Lingkungan Sekitar Pemicu Utama Masalah Sosial Anak
Peta Jalan Pendidikan ini turut menjelaskan lingkungan yang kurang kondusif di sekitar anak menjadi pemicu utama berbagai masalah sosial yang mereka hadapi.
Ketidakstabilan masyarakat, tekanan ekonomi, minimnya dukungan dari keluarga dan lingkungan mampu menghambat perkembangan anak, bahkan membuat mereka terjerumus ke masalah sosial seperti kriminalitas hingga kehamilan usia dini.
Masalah-masalah tersebut juga berdampak pada banyaknya anak yang kesulitan beradaptasi di lingkungan pendidikan, mengalami penurunan prestasi, dan rentan putus sekolah.
#kpc/bin